Bag. 23

228 3 0
                                    

Diruang rektor "o...ya Ammar perkenalkan ini pak Asep dosen baru disini beliau memegang mata kuliah perdagangan." Pak Jaya memperkenalkan pak Asep pada Ammar
"ohh iya, pak." Ammar menjabat tangan pak Asep dan tersenyum
"iya salam kenal ya emm" pak Asep menjabat tangan Ammar
"Ammar pak." Ammar sedikit menunduk memberi hormat
"iya Ammar." Pak Asep tersenyum
"ini Ammar pak dia ketua senat disini pak, jadi kalau bapak butuh berkas-berkas tentang mahasiswa bisa hubungi Ammar pak kalau misalnya saya tidak ada." Pak Jaya menjelaskan pada pak Asep
"iya pak." Ammar tersenyum "o..ya pak 15 menit lagi ada mata kuliah perdagangan di kelas saya." Ammar memberitahu
"o..githu ya sudah saya permisi dulu ya pak, mau siap-siap dulu" pak Asep pada pak Jaya "Ammar." Pada Ammar
"iya pak." Ammar tersenyum
"silahkan pak." Pak Jaya mempersilahkan dan pak Asep berlalu pergi
"o..ya pak ini buat bapak hampir lupa." Ammar memberikan sebungkus kado itu pada pak Jaya
"kok repot-repot sih Mar, terimakasih ya." Pak Jaya mengambil dari Ammar
"gak repot kok pak, saya yang seharusnya berterimakasih sama bapak." Ammar tersenyum
"lah kok bisa bapak yang harus berterimakasih karena kamu sudah membantu bapak" pak Jaya juga tersenyum pada Ammar "bapak bangga sama kamu Mar."
"bapak berlebihan, iya sama-sama pak, tapi dengan tugas ini pengalaman saya bertambah pak itu maksud saya berterimakasih." Ammar menjelaskan
"iya, pokoknya jangan bosen-bosen ya kalau nanti bapak butuh kamu lagi." Pak Jaya berpesan
"siap pak heee, gak usah sungkan pak." Ammar tersenyum lagi
"o..ya Mar katanya ada mahasiswi baru" Pak Jaya bertanya "coba panggil kesini."
"mahasiswi baru pak." Ammar bingung
"adik Juan apa siapa, tadi malam Juan telfon bapak." Pak Jaya menjelaskan
"ohhh iya pak." Ammar ingat "Ranty pak namanya, saya permisi mau panggil dulu." Ammar permisi keluar
Diruang senat Ranty sedang melihat gambar-gambar yang yang ditempel didinding, masuklah Ammar "hai." Ammar menyapa "kita keruang pak Jaya sekarang." Ammar mendekati Ranty yang sedang melihat sesuatu didinding dibelakang meja Ammar
"hmmm iya kak." Ranty sedikit kaget
"liat apaan, haaa." Ammar melihat kearah dinding "ooo...." Ammar terlihat bangga "itu waktu ada sosialisasi dari KAPOLRI, gue keren ya disthu ya gak." Ammar memain-mainkan alisnya
"emm." Ranty tersenyum dan mengangguk
"jadi beneran gue keren, iya." Ammar mendekati Ranty dan Ranty pun menatapnya, Ammar tersenyum "ya udah ayo" Ammar mempersilahkan dan mereka pun keluar menuju keruangan pak Jaya "terimakasih ya." Ammar tiba-tiba
"terimakasih buat." Tanya Ranty
"semuanya." Ammar bikin penasaran
"apa kak Ammar." Ranty menghentikan langkahnya dan menatap serius mata Ammar
"ya semua nya lah" Ammar tersenyum "udah ayo" Ammar berjalan lagi tapi Ranty masih terpaku "heii ayo." Ajak Ammar. Mereka berjalan melewati beberapa mahasiswa/i lain yang sedang lalu lalang ada yang sedang ngobrol bercanda dan aktivitas lainnya
"yang baru pulang dari Belanda dapat noni Belanda ya." Ejek salah satu mahasiswa
"cantik Mar, pinter loe." Mahasiswa lain
"kalian bisa aja, iya makasih, cantik kan." Ammar tersenyum dan menunduk melihat Ranty
"cocok Mar lanjutkan." Sambung yang lain
"sip." Ammar memberikan jempolnya
"kak Ammar, malu tau." Ranty mencubit perut Ammar
"aduh heheee gapapa bikin orang lain seneng, gue juga seneng kok." Ammar kembali tersenyum
"tu kan." Ranty kesel
"iya-iya maaf" Ammar berjalan mundur didepan Ranty "senyum nya mana." Ammar menggoda dan perlahan Ranty tersenyum, Ammar tersenyum
Sesampainya diruangan pak Jaya "permisi pak" Ammar didepan pintu
"o...ya masuk." Pak Jaya mempersilhakn keduanya duduk, dan pak Jaya mulai bertanya-tanya pada Ranty dan memberikan beberapa berkas untuk diisi. Pak Jaya melanjutkan pekerjaannya didepan komputer disebelah. Ammar meletakkan kedua tangannya dimeja dan perlahan meletakkan juga kepalanya mulailah Ammar memandangi Ranty yang serius mengisi formulir itu. Ammar tanpa berkedip melihatnya tak sengaja Ranty melihat kearahnya, Ranty menaikkan alisnya pertanda bertanya pada Ammar tapi Ammar menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak ada apa-apa dan tersenyum, Ranty pun membalas dengan senyuman.
"kenapa Mar, cantik ya." Pak Jaya mengagetkan Ammar
"bapak bisa aja." Ammar mengangkat kepalanya terlihat wajahnya sedikit merah karena malu
"halah ngaku aja, bapak ini pernah muda loh." Pak Jaya menggoda Ammar
"bapak bikin malu aja." Ammar tersenyum bodoh Ranty hanya tersenyum
"ya udah sini biar gak malu." Pak Jaya menyuruh Ammar mendekat ke meja komputer dan Ammar beranjak dari duduknya perlahan menuju ke pak Jaya yang duduk disana, saat sudah berdiri Ammar menyenggol lembut Ranty dan saat Ranty melihatnya Ammar memainkan alisnya, pak Jaya yang tau tersenyum dan mengeleng-gelengkan kepalanya, Ammar yang sadar dilihat pak Jaya tersenyum bodoh dan bergegas ketempat pak Jaya, pak Jaya masih saja tersenyum pada Ammar, Ammar juga terus tersenyum mengangguk-anggukkan kepalanya sesekali dia membuang menunduk malu, pak Jaya menepuk pundak Ammar kemudian menjelaskan apa yang harus dibantu Ammar padanya. Tak lama kemudian masuklah pak Asep
"permisi pak Jaya." Pak Asep menyapa
"o..iya pak." Pak Jaya beranjak dari duduknya, pak Asep yang berdiri didekat Ranty memperhatikan Ranty yang tersenyum padanya, pak Asep teringat sesuatu "kalau kamu ingin selamat carikan 10 wanita untuk kami, kalau tidak anak kamu yang kami ambil." Kata seseorang didalam ingatan pak Asep (sekilas tentang pak Asep, dia adalah orang yang sederhana, anaknya sibungsu terkena kanker darah semenjak umur 3 tahun dan diharuskan cuci darah setiap 4 hari sekali biayanya tidak murah tentunya, gaji honor dosennya belum mencukupi karena anaknya ada tiga yang dua siswi SMA dan sibungsu yang sakit. Pak Asep terpaksa berhutang kesana kemari untuk biaya hidup dan berobat anaknya itu. kali ini pak Asep tersandung utang pada salah satu depkolektor yang sangat keji dan tidak segan-segan meminta salah satu keluarga yang berhutang untuk dijual (miris mendengarnya). Dan ternyata pak Asep sedang mencari syarat itu) "aku harus dapetin anak ini." Pak Asep dalam hati
"ada yang bisa saya bantu pak." Pak Jaya merasa aneh dengan sikap pak Asep "pak Asep ada yang bisa saya bantu pak." Pak Jaya makin bingung
"emm iya pak ini." Pak Asep terlihat gugup "ini pak saya mau tanya kelas ekonomi sebelah mana."
"o...kelas ekonomi, Mar sana antar kelas kamu kan" pak Jaya berbisik pada Ammar "iya pak ini biar sama Ammar kesananya."
Dan Ammar ke kelas bersama pak Asep, sedangkan Ranty masuk kekelas diantar pak Jaya. Saat keluar kelas Ranty duduk di taman dengan membaca buku yang dipinjamnya dari perpustakaan datang lah pak Asep
"lagi belajar ya." Pak Asep duduk didekat Ranty
"hahh." Ranty kaget "iya pak."
"bapak ganggu gak." Pak Asep bertanya
"gak kok pak, ada yang bisa Ranty bantu." Ranty sedkit heran
"emm gini bapak mau kepanti asuhan dan anak-anak disana minta buku-buku cerita, kamu bisa bantu bapak." Pak Asep kelihatan serius
"emmm maksud bapak saya harus bantu bapak beli buku-buku." Ranty bertanya dengan nada terbata karena merasa aneh dan bingung. Dan pak Asep mengiyakan, karena Ranty anak yang baik maka dia bersedia, tapi saat Ranty hendak berpamitan dulu dengan kakaknya pak Asep melarangnya. Ranty merasa makin aneh saja dibuatnya. Dan akhirnya Ranty pergi mengikuti pak Asep. Saat diperjalanan pak Asep tak henti-hentinya sibuk dengan ponselnya. Ranty mulai merasa takut dengan keadaan ini saat dia mengambil ponselnya ternyata ponselnya low, benar-benar hari yang membuatnya banyak pengalaman menurutnya. Saat Ranty menunjukkan jalan kearah toko buku mobil itu berhenti dan ada seseorang memaksa Ranty keluar dari mobil pak Asep dan mamaksanya juga masuk ke mobil lain
"lepaskan, lepaskan saya lepaskan." Ranty terus memberontak
"diam." Orang bertubuh kekar itu membentaknya
"lepass" Ranty mulai menangis "kak Juan tolong Ranty, kak Ammar." Suara Ranty melemah karena satu diantara mereka membungkamnya dan Ranty pun pingsan karena ketakutan yang berlebih yang dia rasakan. Ranty diculik. Dikampus Juan terlihat berlari-lari menuju ruang senat
"bro adik gue." Juan terengah-engah, Ammar langsung beranjak dari duduknya dan bergegas mendekati Juan
"kenapa hahhh." Ammar panik
"gue cari kemana-mana gak ada hp nya juga gak bisa dihubungi." Juan masih terengah-engah
"cari bro cari." Ammar menarik Juan untuk keluar tak lupa Ammar membawa tasnya. Saat diluar datanglah seorang mahasiswi menghampiri mereka dan memberitahu bahwa tadi Ranty keluar kampus bersama dosen baru, Ammar mengingat siapa dosen baru setelah ingat Ammar langsung berlari keruangan pak Jaya. Ammar bertanya dimana alamat pak Asep pada pak Jaya, Ammar menjelaskan tentang hilangnya Ranty, meskipun pak Jaya tidak percaya tapi Ammar tetap memaksa, Ammar bilang mau tau saja, saat Ammar masih berdebat dengan pak Jaya, ponsel pak Jaya berbunyi, ada pesan dari salah satu temannya yang memberitahukan tetntang identitas seorang dosen yang sedang dicari-cari polisi. Betapa kagetnya pak Jaya dan beliaupun langsung terduduk seketika dikursinya, Juan langsung mengambil ponsel pak Jaya yang diberikan padanya. Mata Juan tak berkedip melihat isi pesan itu, Ammar yang semakin penasaran langsung mengambil ponsel itu dari tangan Juan. Dan benar saja ternyata orang itu adalah pak Asep ya dosen baru itu. tanpa berdebat lagi pak Jaya memberikan alamat itu pada Ammar. Ammar dan Juan langsung keluar bersama Juan setelah berterimakasih pada pak Jaya yang masih kelihatan tak percaya, merasa bersalah karena sudah memasukkan orang yang salah dikampusnya."bro lo jangan bilang-bilang orang rumah biar gue yang menyelidiki ini, lo pulang kayak biasa aja bilang Ranty sama gue, oke." Ammar seraya memakai helm nya

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang