Bag. 25

246 6 0
                                    

"mama papa pulang aja biar Ranty disini." Ranty mendekati mama papanya yang sedang duduk berdua
"tapi sayang." Mamanya keberatan
"besok kan bisa kesini lagi." Ranty menenangkan mamanya
"iya ma kita pulang dulu benar kata Ranty besok kesini lagi." Papa Juan juga menenangkan istrinya dan akhirnya mama papanya serta bunda dan ayah Ammar pulang setelah Ranty merayu nya. Juan baru datang dan langsung mendekati Ranty yang akan masuk
"adek kamu pulang aja biar kakak disini." Juan menarik tangan adiknya itu
"gak kak, kakak aja yang pulang besok kakak ada kelas pagi kan." Ranty mengingatkan kakaknya
"iya tapi nanti...." Juan tetap memaksa
"kakak." Ranty membulatkan matanya
"ya udah dech kalau githu, jaga pangeranmu baik-baik ya, nanti kalau ada apa-apa cepet kasih kabar oke." Akhirya Juan menyerah dan Juan pun pulang dengan hati yang masih berat sebenarnya. Ranty masuk dan melihat Ammar yang masih belum membuka matanya itu. Ranty membenarkan selimut Ammar dia elus lembut rambut Ammar, tak terasa air matanya keluar saat dia melihat wajah Ammar yang penuh luka itu. Ranty teringat kemarin dia baru melihat tatapan mata yang penuh cinta itu senyum yang membuatnya selalu ingin bertemu.
"kak Ammar coba dech lihat banyak bintang dilangit, kak Ammar inget kan waktu pertama kak Ammar lihat bintang sama Ranty." Ranty mencoba tersenyum tapi Ammar tetap diam tanpa bergerak sedikit pun. Perlahan Ranty berjalan kepinggir jendela, dia memandangi langit. Ranty tidak percaya saat dia melihat bintang, ada senyum Ammar disana, Ranty tersenyum tapi air matanya tak bisa untuk tidak keluar. Ranty melihat lagi Ammar yang terbaring tanpa sadar itu, perlahan dia mendekati Ammar lagi, dia duduk dan kembali menatap Ammar tangannya memegang tangan Ammar dan meletakkan kepalanya diatasnya karena malam semakin larut Ranty pun tertidur. Tak lama kemudian Ranty terjaga dari tidurnya. Melihat jam pukul 3 pagi, dia melihat Ammar dan membenarkan selimut Ammar, dia perlahan pergi keluar tak lama kemudian dia sudah masuk lengkap dengan mukena yang ia kenakan, menyibakkan sajadah dilantai dan meletakkan Al-Qur'an dimeja sebelah Ammar yang sedang tak sadarkan diri itu. Dia mulai melaksanakan shalat malam, setelah selesai dia berdo'a
"ya Allah yang maha diatas segala maha alhamdulilah atas semua limpahan rahmatmu pada ku hamba mu ini, ya Allah sembuhkan kak Ammar orang yang selama ini engkau datangkan pada hidup hamba mengisi hari-hari dan memberikan senyuman diwajahnya, ya Allah semua terjadi karena Mu dan akan kembali pada Mu, kabulkan do'a hambamu ini, Aammiin." Air mata Ranty terus membasahi pipinya, lalu dia beranjak dari duduknya menuju kekursi sebelah Ammar tanpa melepas mukenanya. Dia mulai mengambil Al-Qur'an yang dia letakkan dimeja tadi, dan mulailah dia mengaji dengan lembut. Setelah beberapa saat Ammar membuka matanya, membuka mata dengan perlahan dan mendengar sayup-sayup suara orang mengaji. Perlahan Ammar menoleh kearah suara yang ada disampingnya, dia melihat wajah yang menurutnya tidak asing lagi wajah itu begitu anggun dibalik mukena putih itu. suaranya membuat hati Ammar bergetar, Ammar mengingat-ingat lagi wajah itu tapi rasa sakit dikepalanya semakin sakit
"sssttttt." Suara Ammar menahan sakit dan membuat Ranty mengakhiri mengajinya menutup Al-Qur'an itu dan tak lupa menciumnya lalu meletakkannya di meja
"kak Ammar" Ranty tersenyum dan buru-buru dia memencet tombol memanggil dokter, tak lama kemudian dokter datang dan langsung memeriksa Ammar yang terus mengeluhkan kepalanya. Ranty bahagia tapi hatinya masih merasa khawatir, dia terus menanti jawaban dari dokter. Tak lama setelah memeriksa dokter keluar mengajaknya juga meninggalkan Ammar yang sudah tenang. Sesampainya diluar
"mbak tolong ajak dia bicara yang ringan-ringan saja ya jangan memaksakan dia untuk mengingat sesuatu dulu, biarkan dia sadar dengar perlahan, buat dia nyaman ya mbak, saya permisi dulu." Dokter berlalu pergi setelah menjelaskan pada Ranty
"iya dok terimakasih." Ranty kemudian masuk lagi, terlihat Ammar memegangi kepalanya
"kak Ammar." suara lembut itu menyadarkan Ammar dari lamunannya
"kak Ammar, siapa kak Ammar." Ammar bingung
"emm kak Ammar itu nama kakak, emm tapi gak usah dipaksakan kak kalau kakak belum ingat." Ranty mendekati Ammar
"iya, eee jadi nama ku Ammar." Ammar terbata
"iya tapi gak usah dipaksakan ya kak." Ranty memegang tangan Ammar, seketika Ammar merasakan hal yang sepertinya jauh lebih dari apa yang sedang ia rasakan sekarang
"kamu baik banget." Ammar tersenyum membuat mata Ranty berkaca-kaca "loh kamu kenapa." Tanya Ammar
"emm gapapa kok kak, Ranty gapapa." Jawab Ranty lirih
"jadi nama kamu Ranty." Sekarang Ammar yang memegang tangan Ranty "sepertinya aku kenal baik sama kamu, tapi sayang banget sakit kepala ku, emm maaf ya kalau aku gak inget kamu." Ammar menatap Ranty, Ranty juga menatap mata Ammar mata yang membuatnya selama ini ingin terus melihat mata itu, ingin terus bersama dan membuatnya merasakan hal-hal indah dalam hidupnya.
Ranty tersenyum "iya kak nama aku Ranty, kakak jangan memaksa buat inget ya pelan-pelan saja."
"kamu cantik pake' mukena itu." Ammar terenyum lagi dan tak lama kemudian terdengar suara adzan "aku mau ambil wudhu dulu." Ammar berusaha bangkit dari tempat tidur tapi badannya lemah sekali iya rasakan
"biar Ranty ambilkan air saja ya kak." Ranty menahan Ammar yang akan bangkit itu
"aku kuat kok." Ammar memaksa
"ya sudah biar Ranty bantu." Ranty memegang tangan Ammar dan tak tega untuk melarang lagi
"terimakasih ya." Ammar lagi-lagi tersenyum dan menatap Ranty seperti awal dia melihat Ranty, itu yang dirasakan Ranty. Setelah selesai Ammar sholat dengan duduk saja di kursi roda karena kakinya belum kuat untuk berdiri. Saat selesai Ranty bersalaman dengannya mencium tangannya, dan ini yang membuat Ammar semakin merasakan bahwa Ranty adalah orang terdekatnya. Dia tersenyum
"tapi kita belum nikah kan." tanya Ammar dengan nada yang sedikit ragu
Ranty bingung harus jawab apa "hahhh, emmm."
"apa kita sudah suami istri." Tanya Ammar lagi
Ranty makin bingung "emmm belum kak ehh maksudnya bukan."
"beneran bukan." Ammar masih saja bertanya
"iya bukan." Ranty dengan wajah merahnya
"kenapa bukan kenapa gak iya aja." Ammar tersenyum
Ranty mengerutkan keningnya "emang bukan kak."
"aku sih berharap nya iya." Ammar tersenyum lagi
"kok githu, sudah kak, kak Ammar baringan dulu ya Ranty mau ngabarin orang rumah dulu." Ranty membantu Ammar turun dari kursi roda dan kembali ketempat tidurnya, Ammar menatap Ranty dan tersenyum
"jadi beneran kamu bukan istri ku." Lagi-lagi Ammar bertanya
"bukan kak." Ranty menggeleng dengan wajah bingungnya
"kenapa bukan." Lagi-lagi pertanyaan itu keluar dari Ammar
"sudah kak, kak Ammar istirahat dulu." Ranty menyudahi pertanyaan Ammar dan Ranty membuka mukenanya lalu mengambil ponsel dari tasnya, sesegera mungkin dia mengabarkan kabar baik ini, Ammar terus memandangi Ranty dia begitu terpesona dengan pancaran wajah Ranty yang menurutnya sangat indah itu.
"siapa dia ya Allah, kenapa perasaan ini begitu kuat kenapa mata itu." Ammar berbicara dalam hati tapi belum sempat dia berfikir terlalu jauh "sssttttttt." Ammar mengerang karena sakit dikepalanya, Ranty buru-buru berlari
"kak Ammar kenapa." Ranty panik
"gak tau kepala ku ssttttt." Ammar terus mengerang, Ranty berlari keluar tak lama kemudian Ranty datang bersama dokter, sesegera mungkin dokter memeriksanya
"ini efek dari kemauan kamu buat mengingat sesuatu, jadi jangan dipaksakan ya." Dokter memberikan suntikan pada Ammar "masih ingat pesan saya kan mbak." Dokter pada Ranty
"iya Dok, tadi saya sudah menyuruhnya istirahat, tapi gak lama kemudian kak Ammar teriak kesakitan Dok, tapi emang bener-bener gapapa kan Dok." Ranty menjelaskan dengan kekhawatirannya, dokter menjelaskan efek dari ingatan Ammar yang hilang saja setelah itu dokter keluar, Ranty mendekati Ammar yang sudah tenang itu
"terimaksih ya kamu baik banget." Ammar tersenyum dengan matanya yang sudah sayu karena pengaruh obat
"iya kak,sekarang kakak istirahat ya." Ranty membenarkan selimut Ammar, saat Ranty hendak pergi tangan Ammar menahannya Ranty berbalik dan Ammar tersenyum. Ranty membalas tersenyum
"disini aja ya aku takut sendirian." Ammar dengan suara lemahnya, Ranty tersenyum dan kembali duduk perlahan Ammar menutup matanya, tak lama kemudian ayah bunda Ammar datang dan langsung memeluk Ammar membuat Ammar terbangun, Ammar bahagia karena memiliki orang-orang yang sayang dengannya meski ingatannya tak sesempurna dulu banyak hal yang iya lupa bahkan nama pun dia lupa, Ammar berjanji pada ayah bundanya bahwa dia akan sembuh. Beberapa saat kemudian keluarga Ranty datang. Mereka bercengkrama membuat Ammar semakin tenang dan semakin bersemangat untuk mengingat kembali siapa dia yang dahulu. Ranty berpamitan untuk ke kampus karena harus mengantar berkas-berkas yang belum dibawa kemarin, Juan bersi keras ingin berdua saja dengan dan menemani Ammar, dengan berat hati bunda Ammar pulang karena bunda Ammar tau Juan tau apa yang harus Juan lakukan untuk Ammar dan akhirnya semua pergi. Juan kembali kedalam terlihat Ammar masih berbaring. Juan memulai berbicara ringan dengan Ammar mengajak Ammar bercanda dan terlihat Ammar nyaman sekali bercengkrama dengan Juan. Sesekali senyumnya keluar dari bibirnya, Juan terus memberikan sebuah rangsangan pada Ammar untuk mengingat kembali siapa dia yang sebenarya.
"hhaahhaaa bener banget loe tu emang bener kayak orang bego' waktu pertama ketemu adik gue Ranty, gue sempet bilang loe tu kayak orang linglung yang lupa bawa nyawa hhaaaa." Juan terus memberi rangsangan pada ingatan Ammar
"hemmm." Ammar tersenyum "jadi beneran gue suka sama Ranty." Tanya Ammar
"gak tau, loe sekarang ngrasainnya gimana." Juan balik bertanya
"emmm gak tau." Ammat menggeleng, karena tau Ammar mulai bingung Juan mencoba menenangkannya
"kita keluar yok cari udara segar." Juan membantu Ammar berdiri.
Sesampainya diluar Ammar dan Juan duduk disebuah bangku dibawah pohon, terlihat Juan terus memberikan obrolan-obrolan yang mengingatkan sedikit demi sedikit ingatan Ammar sesekali Juan memberikan candaan sehingga Ammar semakin nyaman ngobrol dengannya.
"jadi Ranty udah ngrubah pandangan ku selama ini ya." Tanya Ammar dengan sisa senyum dibibirnya
"iya bener, tapi sebenarnya gue gak terlalu perhatiin loe sih karena gue mau loe nyaman aja sama perasaan loe." Juan dengan senyumnya
"hmmm." Ammar tersenyum, Juan terus memberikan rangsangan
"kayaknya lagi seru." Ranty tiba-tiba datang dan duduk disebelah Ammar
"ke kampus ngapain cepet amat." Juan masih menyisakan senyum
"kan cuma nganterin berkas." Ranty meletakkan kantong plastik yang dari tadi dia bawa
"terus gak da kelas." Juan bertanya
"ada tapi cuma dikasih tugas terus udah pulang." Ranty tersenyum, Ammar terlihat hanya memandangi Ranty yang ada disampingnya, "kak Ammar mau jeruk, Ranty kupasin ya." Seraya mengambil jeruk dikantong plastik yang dia letakkan tadi, Ammar hanya mengangguk
"terus gue gak doyan." Juan membulatkan matanya
"iya ini." Ranty memberikan kantong plastik pada kakaknya
"semua ini, oke loe satu aja ya." Juan memainkkan alisnya pada Ammar yang diam dan hanya terseyum saja

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang