part end "42"

660 10 0
                                    

"hmmm nakal." Ranty melepaskan tangannya "nakal sih." Mencubit paha suaminya
"aduhh." Ammar meringis meraba pahanya, memeluk istrinya lagi "sayang pokoknya nanti waktu kamu lahiran kakak mau ikut masuk."
"emang boleh." Tanya istrinya
"harus boleh, kakak kan suami kamu gak mau disamain dengan yang lain." Ammar menjawab dengan PD nya
Ranty sedikit merebahkan tubuhnya pada suaminya menyandarkan kepalanya dipundak suaminya "kok maksa sih." Menatap suaminya
"ya harus maksa karena kakak suami kamu." Dia tersenyum dan mencium pipi istrinya
Ranty tersenyum "nanti tanya aja langsung sama dokternya."
"oke, ya udah ayo berangkat sekarang aja." Ammar juga tersenyum
"kemana." Tanya Ranty
"ke dokter sayang." Jawab Ammar
"ya udah ayok." Ranty menegakkan tubuhnya lalu berdiri, melihat istrinya mau berdiri Ammar cepat-cepat berdiri dan membantu istrinya berdiri "terimakasih ayah." Sesaat Ranty berdiri
"sama-sama bunda." Ammar tersenyum, setelah selesai bersiap mereka nerangkat. Sesampainya dirumah sakit mereka langsung menuju ruangan dokter karena sudah membuat janji, kali ini Ammar bisa melihat langsung pemeriksaan istrinya dia meneteskan karena tak kuasa menahan rasa bahagianya dapat melihat langsung buah hatinya.
Malamnya seperti malam-malam sebelumnya Ranty duduk dibangku melihat bintang
"sayang." Ammar duduk disebelah istrinya "gak istirahat kata dokter dua hari lagi kamu lahiran hmmm sayang sebentar lagi kita ketemu." Ammar mengelus lembut perut istrinya
"ya udah yok, pegel pinggangnya." Ranty berdiri dan Ammar sesegara mungkin membantu istrinya berdiri
Paginya Ranty duduk diruang tengah mengelu-elus perutnya "sayang sebentar lagi kita akan ketemu."
Ammar datang lalu duduk disebelahnya "hmm akhirnya selesai juga."
"apa yang selesai kak." Tanya Ranty
"beres-beresnya." Ammar tersenyum
"emang kakak baru beres-beres apa, kok gak panggil Ranty." Ranty membulatkan matanya
"aishhh jangan githu ahhh." Ammar membalikkan badannya mengahadap Ranty "udah gapapa kasian jagoan ayah, kakak baru beres-beres buat besok."
"buat kerumah sakit." Tanya Ranty lagi
"iya." Ammar mengangguk
"kan masih besok kok udah siap-siap." Ranty menatap tajam suaminya
"gapapa kakak udah gak sabar aja." Jawabnya bersemangat "heii jagoan-jagoan ayahbesok kita ketemu, ayah akan peluk kalian cium kalian dan kita bisa tertawa bersama hmmm." Ammar mencium perut istrinya
"ssttttt." Tiba-tiba Ranty seperti menahan sakit
Ammar kaget "kenapa sayang hahhh." Panik
"sssttt gak tau kak tiba-tiba mules." Ranty meringis menahan sakit
"jangan-jangan." Ammar berdiri lalu duduk lagi "mbakkkk." Ammar teriak
Mbak Ijah datang terengah-engah "iya Den apa."
"ambil tas dikamar kunci mobil juga cepet." Ammar masih panik dengan menenagkan istrinya "sabar ya sayang."
"iya Den." Mbak Ijah berlari menaiki tangga
"cepat mbak, sayang-sayang tahan kan." Ammar makin panik melihat istrinya meringis
"sssttt iya." Ranty mencoba tersenyum
"masih sempet tersenyum katanya sakit, tapi syukur dech kamu hebat." Ammar mencium kening istrinya
Mbak Ijah datang "siap Den."
"bawa ke mobil bilang ke pak sopir siapin mobilnya." Akhirnya mbak Ijah berlari keluar "ayo sayang." Ammar mulai mengangkat tubuh istrinya "jagoan-jagoan ayah sabar ya."
Dan akhirnya mereka berangkat ke rumah sakit, mbak Ijah bilang sama Ammar jangan panik orang melahirkan memang githu biasanya gak sesuai dengan perkiraan dokter bisa maju bisa mundur, dan Ammar mencoba tenang. Dia terus menenangkan istrinya juga, sampailah dirumah sakit. Ammar ikut masuk kedalam tak lama orang tua masing-masing datang menunggu diluar. Karena dokter sedang mempersiapkan semua, Ammar keluar meminta do'a kepada orang tua agar Ranty dimudahkan dalam lahirannya, Ammar meneteskan air matanya saat meminya doa restu pada orang tuanya, lalu dia masuk.
"kak Ammar kenapa." Tanya Ranty yang sudah terbaring dengan wajahnya yang sudah terlihat menahan sakit
"hmm gapapa sayang." Ammar mengusap air matanya "sayang kamu tenang aja kakak akan disini temenin kamu." Ammar mencium kening istrinya
"iya kak, sstttt." Ranty merasakan sakit dan dokter segera masuk, dan beberapa menit kemudian anak pertama mereka lahir, suster memberikan bayi yang masih merah itu pada Ammar, dan Ammar mulai mengumandangkan adzan untuk jagoannya itu, 1 menit kemudian anak keduanya lahir lalu Ammar juga sudah mengumandangkan adzan untuk jagoannya itu. saat bayinya dibersihkan Ammar mendekati istrinya
"sayang terimakasih ya." Ammar mencium kening istrinya yang masih lemah itu "terimakasih sudah melahirkan jagoan-jagoan ayah." Ammar meneteskan air matanya dan Ranty hanya tersenyum, mengerti istrinya masih merasakan lemah dan harus dibersihkan Ammar izin pada istrinya untuk menemui anak mereka, dan Ammar pun pergi menemui anaknya, dia diminta dokter untuk melakukan skin to skin agar sang anak bisa merasakan siapa ayahnya dan agar semakin dekat dengan orang tuanya sebelum menerima asi pertama. Ammar duduk setengah berbaring disofa dia harus membuka kemejanya dan menerima kedua anaknya didadanya sehingga dia bisa merasakan sentuhan pertama kedua anaknya, ya sentuhan kulit halus itu membuat Ammar tak tahan lagi menahan air mata kebahagiannya.
"sayang jagoan-jagoan ayah ini ayah sayang, ayah mau bilang terimakasih karena kalian sudah hadir dalam hidup ayah, ayah sama bunda hanya minta pada kalian jadilah anak-anak yang sholeh ya sayang yang selalu ingat siapa kalian sebagai manusia sayang." Ammar mencium lembut kedua buah hatinya itu yang terlihat nyaman dipelukannya, Ammar melihat buah hatinya itu dia pandangi satu persatu malaikat kecilnya itu dengan air matanya yang teus keluar, membuat dokter yang ada disithu juga ikut terharu melihatnya, setelah 15 menit kemudian
"cukup pak sekarang mereka harus mendapatkan asi pertama dari ibunya." Dokter itu meminta malaikat Ammar
"iya Dok silahkan." Ammar tersenyum dengan sisa air matanya
"saya boleh panggil orang tua saya Dok." Tanya Ammar
"jangan dulu ya, nanti saja biar dia bisa beradaptasi dulu dengan orang tuanya." Dokter itu tersenyum dan Ammar mengikutinya, mereka masuk menemui Ranty yang sedang beristirahat itu
Dokter memeriksa dan menyapanya "gimana bu keadaannya."
"emm baik Dok alhamdulilah." Ranty tersenyum
"syukurlah, sekarang ibu berikan asi pertama yang buat anak ibu." Dokter itu membaringkan anak tak berdosa itu didada Ranty, saat anaknya sudah menerima asi dari ibunya terlihat Ammar masih saja menangis, Ranty yang tak sengaja melihatnya
"kakak kenapa sini." Panggil Ranty
"emm gapapa sayang." Ammar mengusap air matanya lalu mendekati istriya
"coba lihat pinter ya." Ranty tersenyum sambil menunjukkan malaikatnya yang sedang minum asinya itu
"iya." Ammar juga tersenyum dengan matanya yang masih berkaca-kaca
"emm pak, jadi nanti sekitar lima menit lagi angkat bayinya ya dan gantikan dengan yang satunya, maaf saya harus kepasien lain nanti saya panggilkan suster, bapak paham kan maksud saya." Dokter itu menjelaskan
"iya Dok saya paham." Ammar tersenyum lalu menggendong anaknya yang dibaringkan ditempat bayi itu dia menciuminya dan dokter itu permisi keluar
Setelah lima menit kemudian "ayah kayaknya udah, gantian." Ranty memenaggil suaminya yang terus memandangi malaikat kecilnya Ammar meletakkan bayinya
"sayang dia yang keluar pertama namanya Panji dan dia yang kedua namanya Arman, gimana." Ammar meminta pendapat istrinya
"iya ayah, kemarin ayah kan sudah bilang bunda iya aja, udah sini gantian kasian nanti Arman nangis lagi." Ranty tersenyum dan mulai memberikan asi pertamanya buat Arman ya buah hatinya yang kedua
Setelah diizinkan orang tua masing-masing masuk secara bergantian untuk melihat cucu mereka terakhir Juan beserta keluarga yang bergilir melihat keponakan. 2 hari kemudian Ranty sudah bisa dibawa pulang karena melihat Ranty yang sudah pulih. Diantarkan oleh orang tua masing-masing sampailah diistana malaikat-malaikat ayah Ammar. siangnya orang tua masing-masing pulang dulu dan akan kembali nanti sore begitu juga dengan keluarga Juan.
Ranty sedang menemani buah hatinya yang sedang terlelap, dia memandangi keduanya Ammar masuk "sayang." Suara Ammar pelan
"ayah." Ranty tersenyum
"kamu gak istirahat." Ammar perlahan naik keranjangnya dengan pelan karena takut buah hatinya terbangun
"iya sebentar." Ranty meletakkan kepalanya dipundak suaminya
"sayang terimakasih ya." Ammar tersenyum
"iya ayah." Ranty mengangkat kepalanya dan menatap suaminya, Ammar juga menatap istrinya semakin lama semakin dalam saja tatapan itu, saat wajah mereka semakin dekat dan hampir bersentuhan tiba-tiba Panji menangis membuat Ammar dan Ranty kaget dan tersenyum serta menyadari kalau mereka sekarang sudah mempunyai malaikat-malaikat kecil yang akan menamani hari-hari mereka (sering-sering aja ya Panji hahhaaa dan Arman jangan kalah godain juga tu ayah Ammar kayaknya mulai nakal tu hhheeeee)
5 tahun kemudian, "ayahhhh." Panji berlari menghampiri ayahnya yang baru pulang dari kantor
"assalamualaikum." Ammar masuk duduk dan membuka tangannya menyambut buah hati yang sedang berlari padanya
"walaikumsalam ayah." Panji mencium tangan dan memeluk ayahnya "ayah tau gak, tadi Panji sama Arman pergi sama Bunda juga." Panji terlihat bersemangat bercerita
"masak kemana sayang kok ayah gak diajak." Ammar tersenyum lalu mencium anaknya itu
"ayah kan gak ikut jemput Panji, tadi kita beli martabak Yah diujung sana itu loch yang biasa kita mampir." Panji masih semangat
"benarkah hmm pasti enak tu martabaknya, emm kira-kira ayah disisain gak ya, yok kita cari." Ammar menggendong anaknya
"masih lah, ayok ayah cepat nanti dihabisin Arman." Panji meminta ayahnya untuk berjalan cepat
"mau kemana." Ranty turun bersama Arman
"ayahhh." Arman berlari menghampiri ayahnya yang menggendong Panji "Arman juga mau digendong memangnya Panji aja." Katanya menggoyang-goyangkan kaki ayahnya
"iya sayang ayok." Ammar duduk
"sayang gantian kasian ayahnya, kak." Ranty menghampiri ketiganya dan mencium tangan suaminya "ayo salim dulu sama ayah sudah salim belum." Ranty tersenyum dan Arman langsung mencium tangan ayahnya
"Panji sudah Bunda." Panji yang duduk dipaha ayahnya
"tadi mau kemana." Tanya Ranty
"mau kemana ya." Ammar bertanya pada Panji yang tersenyum
"pasti mau ambil martabak kan." Arman menebak
"kok kamu tau." Tanya Panji
"tau lah kita semua kan suka martabak, pasti kamu sudah bilang sama ayah kan iya kan iya." Arman meledek saudaranya
"huhhhh." Panji tersenyum mendengar godaan saudaranya
"emm sudah-sudah, emm kalian tau gak kenapa Bunda akhir-akhir ini suka dianterin sama kalian beli martabak." Ammar membuat Panji dan Ammar penasaran
"kenapa Yah." Keduanya bersamaan
"hmmm kompaknya anak ayah." Ammar tersenyum dan Ranty duduk bersama mereka "tau gak sebenarnya diperut bunda itu ada." Ammar belum meneruskan Panji sudah menyambungnya
"apa, Bunda hamil." Panji membulatkan matanya
"apa, berarti ada calon adik bayi didalam perut bunda." Arman juga ikut membulatkan matanya
"ini anak ayah kok sudah pada pinter ya." Ammar tersenyum mencium keduanya
"kok nebaknya githu tau dari siapa sayang." Tanya Ranty lembut mengelus kepala kedua anaknya
"ada dech ya gak." Panji menjawab dan memain-mainkan alisnya pada Arman
"yoi." Arman juga memainkan alisnya membuat ayah bunda mereka tertawa dan mereka saling berpelukan
SEKIAN
Dan itulah kisah cinta Ammar dan Ranty, dan menemukan kebahagiaan sejati. Hallo Cinta ya judul cerbung ini karena alasannya, kata Hallo itu mewakili seseorang menyapa sesuatu disini Ammar lah yang menyapa Cintanya saat dia bertemu dengan Ranty ya seseorang yang membuatnya merasakan dunia ini indah, kisah ini juga menggambarkan bagaimana seseorang mengenal cinta merasakan cinta, mendapat cinta sampai mempertahankan cinta, dan yakinlah sesuatu itu akan indah pada waktunya.

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang