"sory" Juan berlari "emang sakit." Juan tersenyum meledek Ammar
"sakit lah." Ammar memegangi perutnya
"iya iya maaf." Juan memeluk Ammar
"lebay." Ammar tersenyum pada sahabatnya itu
Tak berapa lama orang tua masing-masing datang, bunda Ammar langsung memeluk anaknya mereka bercengkrama, terlihat sangat bahagia karena kesembuhan Ammar. Paginya setelah diperiksa dokter, Ammar sudah diperbolehkan pulang. Sesampainya dirumah Ammar, Juan membantu Ammar masuk kekamarnya Ranty berjalan dibelakangnya, Ammar duduk dipinggir ranjangnya Juan juga duduk disampingnya, Ranty duduk ditempat biasa Ammar menghabiskan waktunya didepan komputer.
"ternyata kamar loe tetep ya." Juan mengamati kamar Ammar
"emang harus berubah." Tanya Ammar
"ya gak sih." Juan berdiri dan berjalan kesisi ranjang, saat Juan mengamati kamarnya Ammar melihat Ranty yang sedang melihat sebuah foto dengan bingkai berwarna emas itu
"ini Ranty kan." Ranty mengambil foto itu
"yahhh ketauan dech." Juan meledek Ammar
"hmmm." Ammar tersenyum
Juan dan Ranty berpamitan pulang. Keesokan harinya Juan dan Ranty sampai dikampus, saat baru sampai terlihat seseorang mengehentikan motornya.
"loe gila." Juan tiba-tiba sudah ada didekatnya
"hai bro." Suara itu tidak terlalu jelas didalam helm
"perut loe masih sakit napa udah berangkat." Juan memukul kecil helm Ammar
Perlahan Ammar membuka helm nya "gak betah gue dirumah."
"terus abis ini juga mau ke kantor." Tanya Juan mendekati Ammar yang baru saja meletakkan helmnya
"iya" Ammar dengan santai lalu duduk dimotornya
"dasar." Juan kesal dan berlalu pergi
"heii, napa sih." Ammar berlari menghampiri Juan
"terusin aja." Juan dengan wajah sebelnya
"hehh hemm napa sih loe kayak cewek lagi dapet aja, pagi-pagi udah marah-marah." Ammar tersenyum bermaksud menggoda Juan tapi Juan tetap saja berlalu tanpa memperdulikannya dan dia pun berhenti
"mungkin kak Juan gak mau kakak kenapa-napa." Ranty tiba-tiba ada disampingnya
"hahhhh." Ammar kaget
"iya mungkin itu." Ranty membulatkan matanya
"kalau loe gimana." Ammar menyenggol lengan Ranty dengan lengannya "khawatir gak" Ammar senyum sumringah
"kalau gak kenapa." Ranty menaikkan alisnya
"aishhh kenapa gak." Ammar penasaran
"gak mungkin gak." Ranty dengan wajah polosnya
"hahaaaa, loe bisa aja." Ammar hendak memeluk Ranty
"eittss." Ranty menolak
"hahhhaaaa." Ammar tertawa
"hmmm tukang modus." Ranty menepuk lembut pipi Ammar dan berlalu pergi
"hehhee hei." Ammar mengejar dan terlihat Ammar menggandeng tangan Ranty
Siang hari selesai kuliah Ranty keluar kelas terlihat dikejar oleh seorang pemuda tampan
"hai Ranty." Suara itu menghentikan langkah Ranty
"hai." Balas Ranty kaget
"gue Ibra." Jawab pemuda itu dan mengulurkan tangannya
"emm udah tau nama aku kan." Ranty membalas uluran tangan Ibra, ternyata pemuda tampan itu Ibra namanya teman sekelas Ranty satu jurusan
"loe pulang sama siapa." Tanya Ibra
"sama kakak." Jawab Ranty
"ooo." Ibra sepertinya sedikit kecewa
"ooo apa." Tanya Ranty sedikit bingung
"yaaa gapapa oo aja." Ibra tersenyum bodoh
"emmm, aku duluan ya udah ditung..." Ranty belum meneruskan bicaranya tiba-tiba
"Ibra." Panggil seseorang
"kak Ammar." Ibra menoleh kearah suara, ternyata Ammar yang memanggil Ibra
"loe udah mau pulang." Ammar menghampiri Ibra "loh ada bidadari, hai..." Ammar tersenyum pada Ranty
"kak Ammar kenal sama Ibra." Tanya Ranty heran
"kenal lah ini anak jelek ponakan gue, dia ne nakal banget ati-ati sama dia ya." Ammar merangkul Ibra yang terlihat heran dengan keakraban Ammar dan Ranty
"kak Ammar ne apaan sih, gak kok kak Ammar becanda kok, jangan percaya." Ibra melepaskan rangkulan Ammar dari pundaknya
"aishhh anak kecil ne." Ammar menepuk pipi Ibra
"kita tu seumuran kak jangan panggil anak kecil ahh." Ibra dengan nada jengkel
"hhahhhaa iya iya maaf." Ammar menyenggol Ibra dengan lengannya
"emmm... jadi kak Ammar saudara Ibra." Ranty mengangguk-angguk tanda percaya
"loe satu kelas sama Ibra." Tanya Ammar pada Ranty
"iya." Jawab Ranty singkat
"loe jangan ganggu dia ya." Ammar pada Ibra tapi Ranty berlalu pergi
"emang Ranty siapa kak Ammar main larang-larang, wekkk." Ibra berlari membuntuti Ranty
'hei dia calon..." Ammar belum melanjutkan bicaranya
"calon apa Ammar." suara pak Jaya dibelakang Ammar
"calon istri pak, ehh bukan maksudnya." Ammar tersenyum bego sesaat membalikkan badannya
"iya Aammiin" pak Jaya mengiyakan kemauan Ammar
"bapak bikin Ammar malu aja." Ammar lagi-lagi senyum bodoh
"gapapa kan namanya juga anak muda, bapak juga pernah muda kok." Pak Jaya juga tersenyum meledek Ammar
"bapak bisa aja." Ammar malu
"bisa lah apa sih yang bapak gak bisa kecuali satu" pak Jaya tersenyum dan mendekat ketelinga Ammar "gak bisa muda lagi hemmm."
"hehhheeee bapak." Ammar tersenyum geli "kalau bisa muda emang mau apa pak." Tanya Ammar sedikit menggoda dosennya itu
"mau mengejar Ranty sama kayak kamu." Pak Jaya menggoda Ammar
"jadi saingan dong kita pak, hehhheee." Ammar tersenyum lagi
"iya tapi kayaknya bapak bakalan kalah deh." Pak Jaya masih menggoda Ammar
"kenapa kalah pak." Ammar dengan sisa senyumnya
"ya coba aja kamu lihat Ranty dari belakang aja udah cantik terus bapak harus saingan sama pemuda tertampan dikampus hmmm gak jadi muda aja lah." Pak Jaya sepertinya serius
"haduhh bapak ini." Ammar tersenyum dan pak Jaya juga ikut tersenyum
"ayahhhh." Ada suara dari belakang yang memanggil pak Jaya dan membuat Ammar serta pak Jaya membalikkan badan kebelakang
"sayang." Pak Jaya memeluk gadis itu "kamu jadi kesini." Tanya pak Jaya
"iya maaf ya gak bilang dulu." Jawab gadis itu
"o...ya Ammar ini anak bapak namanya Linda, Linda ini Ammar ketua Senat disini." Pak Jaya mengenalkan Linda pada Ammar begitu juga sebaliknya
"Ammar." Ammar mengulurkan tangan
"Linda." Linda juga membalas uluran tangan Ammar "kamu semester berapa." Tanya Linda
"gue emm gue semester 3." Jawab Ammar
"kita seumuran berarti aku juga semester 3." Jawab Linda tersenyum manis pada Ammar
"iya kalian seumuran." Pak Jaya menjelaskan dan Ammar hanya tersenyum
"gila ne cowok ganteng banget sih, hmmm gue harus dapetin dia." Linda dalam hati dan tersenyum pada Ammar. Ammar hanya diam saat Linda menatapnya.
"pak saya permisi dulu, mari pak, eee Linda." Dan Ammar berlalu pergi
Linda terus memperhatikan Ammar "kenapa." Pak Jaya menyadarkan anaknya
"Ammar itu ketua senat ya Yah, berarti ayah kenal banget dong sama Ammar." tanya Linda dengan tetap melihat Ammar yang semakin jauh
"iya ayah kenal baik sama dia, dia salah satu mahasiswa terbaik ayah, kenapa." Pak Jaya menggoda anaknya "kamu suka sama dia." Tanya pak Jaya
"emmm gak tau Yah." Linda tersenyum pada ayahnya
"jangan lah Ammar sudah suka sama perempuan lain, nanti kamu kecewa." Pak Jaya seraya berjalan
"dia sudah menikah." Tanya Linda membuntuti ayahnya
"belum." Pak Jaya tetap berjalan
"berarti kan bukan milik orang." Linda tak perdulikan kata-kata ayahnya
"terus kamu mau gimana." Pak Jaya menghentikan langkahnya
"ayah bantu Linda buat deket sama Ammar." Linda manja
"ayah sudah bilang Ammar sudah suka sama perempuan lain, dan ayah tau siapa Ammar." pak Jaya tetap bersi keras agar Linda tak memaksa
"ayah." Linda memaksa "biasanya Ammar abis kuliah kemana Yah." Tanya Linda manja
"dia anak pekerja keras, abis kuliah biasanya ke kantor." Pak Jaya berjalan kembali
"jadi Ammar punya perusahaan." Tanya Linda semakin bersemangat
"iya." Pak Jaya santai tak mau ambil pusing tingkah anaknya itu
"ayah kasih tau dimana alamatnya." Linda makin menjadi, setelah sampai ruangannya pak Jaya tetap menolak tapi apalah daya anaknya tetap memaksa dan akhirnya pak Jaya memberitahukan alamat kantor Ammar.
Ditempat lain saat Ammar sampai diparkiran, dia melihat Ibra sedang melihat Ranty yang sudah masuk mobil bersama Juan. "hei anak kecil loe ngapain." Ammar mengagetkan Ibra
"kak Ammar ne kebiasaan ya." Ibra cetus
"kenapa adik ku yang ganteng." Ammar merayu
"kak yang pulang sama Ranty itu beneran kakaknya apa pacar nya sih." Ibra tanpa melihat Ammar
"gak tau, kenapa emang." Ammar pura-pura membuat penasaran Ibra
"yaaa tanya aja kalau itu pacarnya ya udah tapi kalau beneran kakanya masih ada kesempatan." Ibra tetap memperhatikan mobil yang dinaiki Ranty itu
"hemmm coba cari tau, gue duluan ada meeting." Ammar berjalan kemotornya "ati-ati jangan nglamun." Ammar tersenyum seraya memakai helmnya
"kak tunggu, gimana itu kakaknya apa pacarnya." Ibra masih penasaran
"cari tau sendiri." Ammar dengan mulai menghidupkan motornya
"kak ayo dong kasih tau." Ibra menarik tangan Ammar
Ammar membuka kaca helmnya "laki-laki harus berjuang." Tersenyum dan berlalu
"kak Ammar tunggu." Teriak Ibra "oke gue akan berjuang seperti yang loe bilang, liat aja ntar." Ibra dengan suara lantangnya dan Ammar mengacungkan jempolnya
"jangan sampai Ibra tau gue lagi deket sama Ranty." Ammar dalam hati dengan terus melajukan motornya
"thanks kak gue akan berjuang." Ibra berlalu pergi
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Cinta
RandomPemuda yang belum pernah satu kalipun berpacaran bertemu dengan gadis yang membuatnya jatuh hati sampai menyebut gadis itu bidadari, yahhhh yang sesungguhnya gadis inilah yang sudah di jodohkan padanya. Kisah cinta dari seseorang yang mengenal cinta...