39

339 8 0
                                    

"emm kakak maunya dedek nya laki-laki apa perempuan." Ranty serius
"perempuan mau laki-laki tambah mau." Ammar juga serius
"jadi maunya laki-laki." Tanya Ranty lagi
"sudahlah sayang pokoknya kamu sehat junior juga sehat lahirannya lancar sempurna itu sudah cukup kok, mau laki-laki mau perempuan yang penting sempurna sayang." Ammar mencium pipi Ranty
"Aammiin, iya kak." Ranty tersenyum "emm kak tadi Ranty dapet info dari kampus kalau 5 bulan lagi ada wisuda lagi setelah besok jadi Ranty pengen selesain skripsi Ranty bulan-bulan ini jadi nanti selesai lahiran Ranty bisa ikut wisuda, kakak izinin gak."
"emang kamu kuat, jujur kakak gak izinin tapi jika ini baik buat kamu kakak insyaAllah izinin." Ammar menatap Ranty
"beneran tapi itu kata Ranty baiknya dan Ranty pengen jadi istri sholehah yang nurut sama suami, jadi kakak maunya gimana." Ranty juga menatap Ammar
"iya kakak izinin tapi jangan capek-capek ya." Ammar mengelus perut Ranty
"terimakasih ya kak." Ranty tersenyum
"apa sih yang gak buat kamu sayang." Ammar tersenyum seraya terus mengelus perut istrinya "sayang kapan sih dia nendang-nendang." Tanya Ammar
"ya belum lah ayah nanti adek bakal nendang ayah kok sabar ya ayah sayang." Ranty memegang tangan Ammar yang ada diperutnya
"gak sabar, hmm jadi ngebayangin wajah kamu sayang mata kamu hidung kamu bibir kamu dan senyum kamu." Ammar tersenyum tapi tak terasa air matanya menetes dipundak Ranty
"kak Ammar kenapa." Ranty mengelus lembut pipi Ammar
"hahhh." Ammar mengusap air mata dipipinya sendiri "gak papa sayang, emmm masih lama ya 4 bulan tu." Ammar terus tak berhenti mengelus perut istrinya
"sabar." Ranty tersenyum lagi
Siang berganti malam dan malam pun berganti pagi, Ammar sudah siap berangkat kerja karena ada meeting hari ini dan dia harus berangkat karena klien datang jauh-jauh dari kalimantan. Setelah selesai mempersiapkan suaminya Ranty terlihat juga sedang sibuk mempersiapkan lembaran-lembaran kertas skripsinya.
"sayang." Ammar memeluk istrinya dari belakang
"iya." Ranty terus sibuk dengan kertas-kertasnya
Ammar mencium pipi Ranty "sarapan dulu yok."
"iya udah ayo." Ranty meletakkan kertasnya memegang tangan Ammar dan menariknya
Selesai sarapan Ammar berangkat, diantar Ranty istrinya saat diteras Ammar duduk berjongkok didepan Ranty dan mencium perut istrinya "sayang kamu jangan nakal ya jaga bunda, ayah kerja dulu nanti ayah jemput kekampus ya." Lalu Ammar berdiri "sayang kalau capek istirahat ya jangan dipaksakan nanti kakak jemput dikampus ya." Ammar mencium kening Ranty
"iya kak, kakak hati-hati dijalan." Ranty mencium tangan suaminya
"iya Assalamualaikum." Ammar tersenyum
"iya Walaikumsalam." Ranty melambaikan tangannya, setelah itu Ranty bersiap sendiri untuk berangkat kekampus. Selesai siap-siap dia berangkat, dia begitu terlihat menikmati hari-harinya kedepan dia terus memikirkan keseruan menyusun lembar demi lembar skripsinya bagaimana seriusnya bimbingan skripsi dengan dosen pembimbing hmm dia sudah tidak sabar lagi. Ditempat lain Ammar sudah sampai ditempat dimana dia akan menemui kliennya, dia turun dari mobilnya dan langsung menuju tempat sesuai dengan petunjukkan yang diberikan orang kantornya.
"maaf apa benar anda ibu Siska." Ammar menyapa wanita yang sedang duduk karena Ammar dibelakangnya jadi tidak melihatnya
"iya saya Siska." Wanita iu berdiri dan menghadap Ammar "Ammar." wanita itu seperti tak percaya
"Siska kamu." Ammar juga seperti tidak percaya
"eee silahkan duduk." Siska salting
"iya terimakasih." Ammar masih dengan raut wajahnya yang tidak percaya
"emm mau minum apa makan apa biar saya pesankan." Siska masih salting dengan memegangi leher belakangnya
"emm teh aja." Ammar senyum tipis
"ya udah,emm mbak." Siska memanggil pelayan "teh satu."
"jadi kamu dari PT. Central Abadi." Tanya Ammar
"iya aku baru dateng tadi malam." Siska tersenyum dan tak lama te Ammar datang "gimana kabar Juan."
"emm githu." Ammar seraya meminum jusnya "alhamdulilah baik."
"aku gak nyangka bakal ketemu kamu lagi." Siska tersenyum "jadi kamu pemilik PT. Panji Jaya aku bener-bener gak nyangka Ammar." Siska memegang tangan Ammar
"emm maaf." Ammar menarik tangannya
"kenapa Ammar aku masih." Siska dengan raut wajah yang serius "Ammar aku masih sayang sama kamu." (info: waktu SMP kelas 3 Siska suka sama Ammar dan mereka saling suka sepertinya tapi belum jadian karena candaan Juan untuk dekat dengan Siska lah yang membuat Ammar dekat dan saat Ammar memberanikan diri untuk menembak Siska ternyata Siska sudah terlanjur pergi ke Kalimantan bersama orang tuanya jauh sebelum Ammar mengenal Ranty, dan sejak itulah Juan sering bilang sama Ammar kalau dia takut sama perempuan)
"emm maaf kita disini karena kerjaan bukan kembali kemasa lalu, jadi tolong." Ammar dengan wajah kesalnya
"ya udah." Siska menerima meski pun dengan hati terpaksa, dan Ammar mulai menjelaskan tentang apa aja yang ada diperusahaannya itu dan Siska sepakat akan menanamkan sahamnya dan besok mereka akan bertemu lagi.
Dilain tempat tak terasa Ranty sudah sampai dikampus, dia langsung menuju ruangan dosen pembimbingnya tapi dosennya masih ada dikelas. Dia menunggu dan berjalan kekantin karena merasa haus, dia mengambil air minum membayarnya lalu duduk ditaman depan kantin. Dia meminumnya sambil memegangi perutnya.
"hai Ranty." Suara itu seperti dia kenal
Ranty dengan raut wajahnya yang tidak percaya "kamu."
"iya ini aku Linda." Linda tersenyum "jangan kaget githu lah aku udah tobat kok." Linda terdengar serius "aku mau." Linda memegang tangan Ranty
"kamu." Ranty masih tidak percaya
"Ran maafin aku ya." Linda meneteskan air mata "sungguh waktu itu aku tidak tau dengan apa yang sedang aku lakukan, aku mohon Ran maafkan aku."
"emm iya aku maafin kok sebelum kamu minta maaf aku sudah maafin kamu kok." Ranty tersenyum
"bilang sama Ammar juga aku minta maaf yang sedalam-dalamnya, sungguh karena aku belum paham apa itu cinta makanya aku nekat waktu itu, dia apa kabar." Linda melihat perut Ranty yang terlihat membesar itu "Ranty kamu."
"emm." Ranty memegang perutnya "iya aku sedang mengandung anak kami."
"kamu sudah menikah, wahh selamat ya maaf aku gak bisa datang." Linda tersenyum sambil mengusap air matanya
"iya aku sudah menikah." Ranty tersenyum lagi
"pasti sama Ammar kan wahh selamat ya kamu serasi banget sama dia, dan ini pasti bukti rasa sayang kalian." Linda memegang perut Ranty
"kenapa kamu nebaknya githu." Ranty menatap Linda
"karena Ammar sangat menyayangi kamu." Linda tersenyum "pokoknya selamat ya aku do'ain kamu bahagia selalu terus langgeng sampai hayat memisahkan."
"Aammiin terimakasih ya." Ranty tersenyum
"ayo kita pulang." Laki-laki itu seperti sangat perhatian dengan Linda dia terlihat rapi menggunakan seragam polisi
"mas iya." Linda tersenyum dan berdiri "mas duluan aja nanti Linda susul mau ngobrol sebentar dengan dia sahabat ku." Dan akhirnya laki-laki yang tampak seorang polisi itu pergi
"apa kamu masih." Ranty belum melanjutkan katanya
"aku sudah keluar Ran dan dia itu suami aku." Linda tersenyum
"jadi kamu sudah menikah juga selamat ya." Ranty juga tersenyum
"iya terimakasih, aku kenal dia waktu aku dibui terus waktu aku keluar tiba-tiba dia lamar aku, ya udah." Linda tersenyum lagi "o..iya Ran aku harus pulang ya terimakasih kamu udah maafin aku dan jangan lupa bilang sama suami kamu Ammar maafkan aku ya, aku permisi." Linda berlalu pergi dan Ranty hanya tersenyum. Setelah itu Ranty pergi kedosen pembimbingnya dan akhirnya selesai juga bimbingan hari ini, baru saja dia keluar dari ruangan dosennya
"kak Ammar." Ranty melihat Ammar sudah berdiri disisi ruangan itu sedang ngobrol dengan 2 mahasiswa
"hei udah." Ammar mendekati Ranty dan Ranty mencium tangannya
"jadi ini istri kak Ammar, hmmm jadi waktu itu beneran kak." Mahasiswa itu seperti akrab dengan Ammar
"iya jadilah masak kayak gini gak jadi." Ammar tersenyum
"jadi gak jadi gimana maksudnya." Ranty terlihat bingung
"gak sayang becanda kok, o..ya kenalin ini Ardi dan Reza ini ketua senat dan wakilnya sekarang ya kayak dulu aku sama Juan." Ammar mengenalkan mahasiswa itu
"iya kak kami ketua senat yang sekarang, makanya tadi kami pinjem kak Ammar sebentar buat ngasih masukan buat kami." Ardi mengulurkan tangannya pada Ranty diikuti Reza
"iya aku Ranty." Ranty tersenyum
"iya kami sudah tau sih tapi mungkin kak Ranty gak pernah paham dengan kami saja karena yah banyak mahasiswa disini lagian kami jauh kalah ganteng dari kak Ammar ya gak Di." Reza meledek
"iya bener tu, jadi gak mungkin perhatiin kita." Ardi ikut-ikutan
"kalian ne." Ammar tersipu
"emm kak Ranty udah capek belum." Tanya Ardi
"memangnya kenapa." Ranty juga gantian bertanya
"emm kita mau nunjukin rencana kerja kita diruang senat sama kak Ammar kami mau minta pendapat, tapi kalau kak Ranty sudah capek ya udah kapan-kapan aja." Reza datar
"gimana sayang." Tanya Ammar
"ya udah gapapa, Ranty belum capek kok tapi Ranty ikut ya." Ranty tersenyum
"terimakasih ya kak, mari." Ardi mengajak
Sesampainya diruang senat, Ardi dan Reza mempersilahkan Ammar duduk dan mulai memberikan lembaran kertas pada Ammar, Ammar membacanya dan memberikan sebuah ide untuk mereka. Ranty terlihat sedang memperhatikan foto-foto yang dipajang didinding ruangan itu.
"kok fotonya masih aja emang gak pernah diganti ya." Ranty tiba-tiba bertanya
"emm iya kak itu gak pernah diganti kalau ditambah iya, soalnya sayang aja buat motivasi kita-kita." Ardi menjawab
Setelah selesai Ammar dan Ranty pulang, saat diperjalanan
"kak pengen makan disitu." Ranty menunjuk keluar
"iya ayok." Ammar membelokkan mobilnya kesebuah resto
Ranty menggandeng suaminya masuk kedalam, dan Ranty mulai memesan
"kak Ranty ketoilet sebentar ya." Ranty memegang tangan Ammar
"iya."Ammar tersenyum dan Ranty berlalu
Tak lama kemudian, "Ammar." ternyata Siska menghampiri Ammar
"kamu." Ammar tak percaya "kok disini ngapain."
"ini kan tempat umum Ammar jadi siapa aja boleh kan kesini." Siska tersenyum lalu duduk
"iya tapi." Ammar masih saja tak percaya
"kamu mau makan ya emm sayang banget aku baru aja selesai." Siska memegang tangan Ammar
Dari jauh terlihat Ranty sedang memperhatikan Ammar bersama wanita itu, awalnya dia ada perasaan marah tapi dia urungkan dan hanya memperhatikan dari jauh, dia melihat sesekali wanita itu memegang tangan suaminya tapi tak lama wanita itu pergi dan Ranty pun berjalan kesuaminya.
"kak." Ranty memegang pundak Ammar
"hei kok lama kenapa kamu gapapa kan." Ammar memegang tangan Ranty sesaat dia duduk
"gak kok." Ranty tersenyum
"syukurlah, ya udah sekarang kita makan dulu ya." Ammar memberikan makanan yang ada dimeja pada istrinya. Setelah selesai makan mereka pulang.
Malam ini suasananya kurang disukai Ranty, mendung jadi bintang hanya satu dua yang terlihat samar-samar, Ammar yang sedang membaca buku diranjangnya memperhatikan istrinya seperti gelisah, perlahan dia turun dari ranjangnya dan menghampiri istrinya
"kenapa sayang." Ammar memeluk istrinya dari belakang
"bintangnya gak kliatan." Ranty cemberut
"namanya juga alam gak bisa kita prediksi, hei." Ammar menarik Ranty agar menghadapnya "mending liat kakak aja." Ammar tersenyum
"emang kenapa." Ranty masih saja cemberut
"coba kamu liat mata kakak." Ammar menatap mata Ranty
"kenapa." Tanya Ranty masih belum paham
"soalnya ada bintang dimata kakak." Ammar tersenyum
"gombal." Ranty mencubit perut Ammar
"yee beneran coba aja liat lagi." Ammar memeluk erat tubuh istrinya
"iya udah liat, ada Ranty dimata kak Ammar." Ranty meniup mata Ammar yang terus-terusan menatapnya
"hmm nakal ya." Ammar menciumi pipi istrinya
"kak Ammar." Ranty tak bisa menolak, tiba-tiba Ammar mengangkat tubuh Ranty
"sudah malam sayang istirahat ya katanya besok mau ke kampus lagi." Ammar mencium kening Ranty
Karena malam semakin larut mereka pun tertidur dengan lelap. Paginya Ammar sudah siap berangkat dan Ranty kekampus diantarkannya. Setelah selesai dikampus Ranty tidak langsung pulang dia pergi kerumah Mamanya, siangnya dia pulang dan mampir kesebuah resto. Ternyata Ammar juga ada disana bersama Siska
"ini surat perjanjianya tanda tangan disini." Ammar memberikan map itu pada Siska "dan mana yang harus saya tandatangani." Tanya Ammar
"emm maaf Ammar." Siska mengiba "aku lupa bawa suratnya gimana kalau besok kita ketemu lagi."
"bukannya hari ini hari terakhir kamu dijakarta." Ammar merasa aneh
"gapapa kok lagian aku betah disini karena ada kamu." Siska tersenyum, tak disadari ternyata Ranty ada dibelakang mereka, Ranty terlihat bersedih matanya memerah dia menahan diri untuk tidak menemui suaminya itu.
"ya sudah besok kita ketemu lagi disini, jam makan siang permisi." Ammar berdiri dan berlalu pergi
"ya udah besok aku tunggu kamu." Siska tersenyum manis pada Ammar
Karena mendengar suaminya pergi Ranty perlahan mendekati Siska
"hai." Ranty tersenyum
"hai emm kamu siapa." Tanya Siska
"o..ya kenalin aku Ranty." Ranty mengulurkan tangan
"aku Siska,emm Ranty siapa ya." Siska menerima uluran tangan Ranty
"emm aku emm aku adik kak Ammar." Ranty tersenyum bodoh
"perasaan Ammar anak tunggal ya kok punya adik." Siska bingung
"emm iya itu aku adik sepupunya emm iya sepupu." Ranty terbata
"o...sepupu, emm kok kamu tau aku baru ketemu Ammar." Siska masih merasa bingung
"emm aku tadi ada dibelakang kalian mau gabung gak enak takut ganggu." Ranty mencari alasan
"o...githu." Siska membulatkan matanya
"emm boleh tanya." Ranty tersenyum tipis
"boleh tanya aja." Siska santai
"maaf sebelumnya emm apa hubungan kamu sama kak Ammar kayaknya deket banget." Ranty menatap Siska
"o..itu iya temen deket bisa dibilang, kita dulu pernah deket dan hampir jadian, terus akunya pergi sekarang baru ketemu, aku bahagia sekali mungkin dia jodoh ku." Siska tersenyum, hati Ranty terasa tersambar petir matanya memerah "aku sangat mencintai dia dan aku lihat dia juga masih menyimpan perasaan sama aku."
"o..githu emm makasih ya." Ranty gemetar
"makasih buat apa, o...karena aku udah mau cerita emm iya sama-sama, aku seneng bisa kenal kamu biar makin akrab aja kalau udah jadi saudara." Siska memegang tangan Ranty
"emm iya ya udah aku permisi dulu ya daa." Ranty berlalu pergi dengan air matanya
Ammar sudah sampai dirumah tapi dia mencari Ranty istrinya tidak ada "katanya tadi udah pulang kok gak ada." Ammar menggerutu
"nyari Non Ranty Den." Mbak Ijah tiba-tiba datang
"hahh." Ammar kaget "mbak ne ahh." Ammar masih bingung "iya mana belum pulang."
"belum katanya tadi kerumah Mamanya." Mbak Ijah menjawab
"o..ya udah biar Ammar aja yang telpon." Ammar mengambil ponselnya
Sambungan ponsel "sayang kamu dimana udah pulang belum sama siapa terus." Ammar khawatir
"walaikumsalam ayah." Ranty menjawab
"belum salam ya tadi." Ammar bingung
"udah kayaknya, iya ini lagi dimobil bentar lagi sampai." Ranty menjelaskan
"ya udah ati-ati kakak tunggu daa sayang." Ammar lega
"iya ayah." Ranty menutup ponselnya, setelah ponselnya mati Ammar langsung kedepan menunggu istrinya datang baru saja dia keluar mobil Ranty sudah datang, Ammar buru-buru mendekati, membukakan pintu dan langsung menggendong istrinya
"kakak ne." Ranty menaikkan alisnya
"kenapa sayang." Ammar tersenyum
"bilang kalau mau gini biar gak kaget." Ranty cemberut
"kayak biasanya gak, udah ayo kita masuk ya." Ammar sambil berjalan kedalam rumah
Setelah shalat isya tidak biasanya Ranty langsung pergi kekamarnya, dia juga tidak melihat bintang dia langsung merebahkan tubuhnya keranjang, tak lama Ammar yang merasa aneh dari tadi langsung menghampiri sang istri dan berbaring disampingnya
"apaan sih kak." Ranty mendorong tubuh Ammar yang sudah memeluknya
"heii kenapa sayang." Ammar masih saja ingin memeluk
"jangan peluk." Ranty mendorong tangan Ammar
"ini ada apa sih." Ammar mulai merasa curiga dengan meletakkan tangannya untuk menyangga kepalanya
"Siska tu siapa kak ." tanya Ranty menatap suaminya
"o..jadi gara-gara itu." Ammar duduk "sayang siapa Siska itu gak penting aku aja gak peduli sama dia ngapain kamu peduli." Ammar tersenyum memegang tangan Ranty
"terus kalau dia mau ambil suamiku aku juga harus gak peduli, gak bisa kak." Ranty juga duduk
"husstt sayang." Ammar memeluk istrinya "sayang siapa yang mau ambil suami kamu gak ada sayang, aku hanya milik kamu dan hanya satu punya kamu." Ammar masih memeluk istrinya
"tapi kak." Ranty melepaskan pelukan Ammar "tadi dia bilang kalau kakak suka sama dia terus mau nikah sama dia, kak sakit." Ranty meneteskan air matanya
"heii." Ammar memeluk lagi istrinya "ngapain sih harus nangis, denger ya kakak gak ada pikiran bahkan terbesit secuil sehelai rambut pun gak ada buat jauh dari kamu, sayang mungkin ini ujian buat keluarga kita dan kamu harus percaya sama kakak karena itu semua kata dia bukan kata kak Ammar kan." Ammar mencium kening Ranty
"tapi besok kakak ketemu dia lagi kan." Ranty menatap Ammar suaminya
"gak lebih dari kerjaan." Ammar singkat "oke kalau kamu gak suka besok terakhir dan berakhir." Ammar tersenyum
"maksud kak Ammar." Ranty melepaskan pelukan Ammar
"udah sekarang kamu istirahat ya." Ammar menunduk mengelus lembut perut istrinya itu "heii sayang kamu gak boleh sedih kamu paham kan kalau hati ayah jiwa raga ayah cuma buat kamu dan bunda kamu yang lagi sensitif ini, heii kamu tau gak sebenarnya ayah seneng karena bunda kamu ini marah berarti dia sangat sayang sama ayahmu yang ganteng ini,ya gak." Ammar tersenyum lalu mencium perut Ranty
"hmmm." Ranty menarik telinga Ammar "jadi seneng kalau Ranty marah-marah iya hmm." Ranty masih menarik telinga Ammar
"aduh." Ammar meringis melepaskan tangan Ranty dan tiba-tiba Ammar menyentuh bibir istrinya itu seketika Ranty terdiam, dan Ammar melepaskannya
"tu kan diem." Ammar tersenyum
"gak lucu." Ranty malah makin sebel dan berbaring membelakangi Ammar
"hei bukannya senyum malah ngambek." Ammar juga berbaring dan memeluk istrinya dari belakang "kamu liat aja besok sayang." Ammar menggigit kecil telinga Ranty "sayang." Ammar mencium telinga Ranty "sayang." Terus saja Ammar dengan tingkahnya
Dan Ranty pun tersenyum karena merasa geli ditelinganya yang terus diciumi suaminya itu "iya udah." Ranty membalikkan badannya menghadap Ammar "janji gak macem-macem." Ranty membulatkan matanya
"iya sayang, siap tuan putri." Ammar mengangkat tangannya memberi hormat
"ya udah tidur yok capek marah-marah sama kakak tu, mana aku kalah lagi." Ranty memeluk Ammar
"baru tau kalau aku ne pangeran yang tak terkalahkan ya walaupun perut pernah robek." Ammar memainkkan alisnya
"udah diem ayo mau doa sama adek kecil diperut bunda gak." Ranty menarik tangan Ammar keperutnya
"iya lah." Ammar menarik kepalanya didepan perut Ranty "sayang sebelum tidur kita doa dulu ya, bismillahirrohmanirrohim bismikaallahumaahyawaamud." Ammar mencium perut Ranty
"Aammiin." Ranty tersenyum, dan Ammar membaringkan tubuhnya sesaat mencium kening hidung dan bibir istrinya

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang