32

257 7 0
                                    

"tu anak beneran belum bangun Bun." Ayah Ammar seraya duduk dikursi
"belum Yah biar ntar Bunda yang bangunin." Bunda Ammar memberikan secangkir teh
Diluar terlihat Ranty datang membawa rantang berwarna putih dan mengetuk pintu
"assalamualaikum." Suara lembutnya, tak lama kemudian pintunya terbuka
"walaikumsalam." Asisten rumah tangga menjawab "Non Ranty, masuk Non, silahkan bapak sama ibu ada dibelakang kalau Den Ammar masih tidur."
"masih tidur, o...ya udah Ranty langsung kebelakang aja ya." Ranty tersenyum sedikit heran mendengar Ammar belum bangun jam segini
"perlu saya bantu Non." Mbak Ijem manawarkan bantuan
"gak usah mbak biar Ranty bawa aja, terimakasih ya." Ranty tersenyum dan langsung menuju kebelakang
"assalamualaikum bunda ayah." Ranty mencium tangan bunda dan ayah Ammar
"walaikumsalam sayang." Bunda Ammar mencium Ranty "walaikumsalam" Ayah Ammar tersenyum
"sama siapa Juan mana." tanya ayah Ammar
"tadi kak Juan langsung ke kantor Yah." Ranty tersenyum lalu duduk
"hmm baunya seperti enak ini, hmm belum sarapan lagi, bawa apa." tanya Ayah Ammar lagi
"o...iya sampai lupa, emmm ini tadi Ranty belajar masak sama mbak dirumah kata mama sih enak, emmm ayah bunda mau cobain." Ranty seraya membuka rantang makanan yang dia bawa
"iya mau dibawain kan Yah masak gak mau, biar bunda ambil piring dulu ya." Bunda Ammar berdiri hendak pergi
"biar Ranty saja Bun." Ranty menghentikan langkah bunda Ammar dan berjalan masuk kedalam
"mantu Bun." Ayah Ammar tersenyum dan bunda Ammar juga membalas tersenyum, tak lama Ranty sudah kembali membawa piring dan jodohnya.
"hmm gak sabar." Ayah Ammar semangat sekali
"ayah ahh malu dong sama Ranty." Bunda Ammar dengan lembut pada suaminya itu
"gapapa bunda, ini ayah." Ranty mmemberikan piring yang sudah dia isi dengan makanan yang dibawa "maaf ya Yah kalau nanti rasanya aneh." Ranty tersipu malu dengan memberikan makanan pada Bunda Ammar
"hmmm yang masak aja cantik pasti rasanya enak ya kan Bun." Ayah Ammar seraya mulai memakannya
"iya ya Yah pasti rasanya enak, yang masak aja cantik." Bunda Ammar juga mulai memakan
"hmmm." Ayah dan Bunda Ammar hampir bersamaan dengan membulatkan matanya
"kenapa." Ranty terlihat bingung "pasti rasanya aneh." Ranty duduk
"hmmm." Ayah Ammar masih membuat Ranty penasaran
"hmmm." Bunda Ammar juga ikut-ikutan "o..ya sayang kamu panggil Ammar aja sana, dari tadi gak bangun-bangun." Bunda Ammar terlihat serius
"hahhh." Ranty kaget "panggil kak Ammar."
"iya sana." bunda Ammar serius lagi, dan Ranty pun perlahan dengan ragu berjalan, saat sampai didepan pintu
"ini beneran gapapa Bun." Ranty membalikkan badannya
"iya sudah sana." Ayah Ammar sambil mengunyah makanan "nanti keburu abis makanannya."
"ya udah tapi beneran gapapa kan." Ranty masih saja ragu dan akhirnya Ranty mau, dia berjalan perlahan keatas, tangannya gemetar takut kalau Ammar nanti marah malu dan terus bergelut dengan perasaannya sendiri. Sampailah dia didepan pintu kamar Ammar, tangannya ingin mengetuk tapi masih ragu setelah lama berfikir dia memberanikan diri, didalam Ammar masih terlihat lelap dalam tidurnya
"tok tok tok."suara itu membuat Ammar bergerak, kedua kali Ammar membuka matanya yang masih berat itu, ketiga kali Ammar masih berat membuka matanya
"apa sih Bun."suara malas Ammar "tadi kan Ammar bilang Ammar mau bangun sendiri."suaranya masih terdengar sangat malas tapi dia berusaha bangkit berjalan untuk membuka pintu dengan matanya yang masih sangat berat itu. dia membuka pintu itu dan Ranty terdiam melihat Ammar yang masih menutup mata itu, terlihat Ammar masih memakai baju sholatnya peci beserta sarungnya, "apasih Bun hhhaaaa." Ammar menguap dan berusaha membuka mata beratnya
"ya udah tidur lagi aja, maaf." Ranty menjawab dengan terbata membalikkan badan dan hendak berjalan
Tangan Ammar menahan tangannya "kok Bunda minta maaf sih, kenapa sih Bun." Ammar perlahan membuka matanya "kok tangannya beda sih." Mata Ammar membuka lebar " lohh kok." Ammar mlongo wajahnya terlihat lucu
"kak Ammar dipanggil Bunda." Ranty terbata
"gue mimpi apa sudah beneran bangun sih."Ammar menggosok-gosok matanya "gue gak mimpi kan."Ammar memegang tangan Ranty dan menatap Ranty
"kak cepet." Ranty sedikit takut dengan tatapan Ammar
Ammar tak berkedip dan terus menatap Ranty yang terlihat takut itu wajahnya memerah "loe tu bikin emmm bikin, jantung gue mau copot aja, eee tunggu disini mau cuci muka dulu, tunggu ya sebentar." Ammar berlari kedalam lagi dan sebentar sudah datang dengan wajah yang masih banyak air
"emang udah gosok gigi, cepet amat." Ranty bingung
"heee bentar ya." Ammar tersenyum bodoh dan kembali berlari kedalam, tak lama sudah kembali "sudah bidadari siap." Ammar berdiri tegak
"kak Ammar." Ranty dengan wajah herannya
"hehheee udah ayok." Ammar menggandeng tangan Ranty, Ranty tersenyum melihat peci yang dipakai Ammar miring tak teratur itu "kenapa." Ammar menghentikan langkahnya tanpa menjawab Ranty langsung membenarkan pecinya, sadar karena dia tinggi Ammar menunduk
"udah." Ranty tersenyum
Ammar juga tersenyum "terimakasih bidadari ku." Dan mengajak Ranty berjalan lagi, saat berjalan mereka saling melempar senyum, saat sudah dekat dengan ayah bundanya "bunda ayah berdiri." suara Ammar lantang dengan membenarkan tangan Ranty yang dia gandeng dari tadi dan ayah bunda langsung berdiri meski sedang menikmati makanannya "pangeran dan bidadari akan memasuki ruangan." Serius menatap Ranty "teng teng tengteng teng teng tengteng." Ammar berjalan berlagak pangeran kerajaan bersama permaisurinya memasuki ruangan tapi bukan beneran melainkan pangeran muslim lengkap dengan peci dan sarungnya
"kak Ammar." Ranty mencubit perut Ammar tapi Ammar hanya tersenyum saja menikmati tingkahnya sendiri
"pangeran dan bidadari akan duduk." Ammar masih saja menikmati candanya, ayah dan bundanya melancarkan aksinya yang gila itu, menyiapkan kursi untuknya dan Ranty
"silahkan pangeran." Ayahnya dengan suara menirukan pengawal kerajaan
"terimakasih." Ammar duduk tapi Ranty seperti orang bingung malu dan tak enak hati rasanya "silahkan duduk bidadari ku." Ammar masih saja dan dia pun menarik lembut tangan Ranty
Saat Ranty sudah duduk "maaf ya ayah bunda Ranty gak sopan." Ranty memegang tangan Bunda Ammar
"sayang kok minta maaf gapapa ini kan cuma becanda aja." Bunda Ranty membalas mengelus lembut tangan Ranty
"hahhaaa pantes gak sih Yah Ammar jadi pangeran dan Ranty bidadarinya." Ammar memainkan alisnya pada ayahnya itu, karena kembali memakan makanannya ayahnya hanya memberi jempol anaknya
"kak Ammar." Ranty mencubit perut Ammar
"auuu hehhheeee." Ammar tersenyum bodoh
"sudah-sudah kita sarapan aja yok, bunda sudah ambil piring buat kalian." Bunda Ammar memberikan piring pada Ammar dan Ranty
"terimakasih bunda." Ranty tersenyum
"mau tu diambilin." Ammar memberikan piringnya pada Ranty dan Ranty perlahan mengamblikannya Ammar tersenyum padanya "emmm tunggu dech tumben bunda jam segini udah nyampek pasar, udah ada makanan gini." Ammar penasaran
"siapa yang kepasar sayang." Bundanya tetap menikmati makannya
"ini darimana, kayaknya mbak juga jarang masak ginian terus darimana kalau bukan dari pasar." Ammar mencium aroma masakan itu "hmmmm." Ammar menikmati aroma itu "baunya aja enak apalagi rasanya ya,hmmm." Ammar hendak memakannya
"enak lah yang bawa aja bidadari." Ayahnya dengan tetap menikmati makanannya tanpa melihat Ammar
Ammar membulatkan matanya menatap Ranty "kenapa kak." Ranty mengerutkan keningnya
"jadi ini dari loe, baik banget sih." Ammar berkata lirih "gue makan ya." Ammar memasukkan makanan itu kemulutnya "hmmm masakan bidadari tu memang enak ya hmmm sering-sering ya hheee." Ammar memuji, Ranty hanya tersenyum dan merekapun makan bersama. Setelah selesai Ranty kedapur untuk membersihkan piring yang kotor itu ayah dan bunda Ammar pergi keatas untuk bersih-bersih, Ranty terlihat serius mencuci piring itu
"enak kali ya kalau udah nikah istri baik rajin ditambah cantik lagi." Ammar berdiri disamping Ranty bersandar ditempat itu sambil memakan apel tetap dengan peci dan sarungnya
"kak Ammar mau nikah." Tanya Ranty dengan tetap menyelesaikan pekerjaannya
"mau sama loe." Ammar melirik Ranty, Ranty langsung menghentikan tangannya, wajahnya memerah "kenapa." Ammar sekarang mengahadap kearah Ranty dan Ranty hanya menggeleng tanpa menjawab lalu meneruskan lagi menyelesaikan pekerjaannya. Setelah selesai Ranty berjalan kemeja makan mengambil minum dan meminumnya. Ammar mengikutinya "loe mau kan jadi calon istri gue." Ammar mendekati Ranty, Ranty tak menjawab dan menatapnya yang tengah berdiri itu, kemudian dia duduk disebelah Ranty "sudah banyak hal yang kita lalui jadi apa salahnya jika aku ingin membuatmu lebih bahagia lagi dan tidak hanya sekedar tatapan cinta yang aku punya." Ammar memegang tangan Ranty menatapnya penuh cinta dan kata-katanya sekarang berubah "izin kan aku membahagiakanmu ya." Ammar dengan mata yang berkaca-kaca
"kak Ammar kenapa." Ranty mengahapus lembut air mata Ammar yang perlahan mengalir dipipinya
Ammar tersenyum "aku mau bilang sama kamu, bismillah kamu mau gak jadi calon istri ku." Ammar menatap Ranty penuh harap berkata dengan hati memegang tangan Ranty
Ranty masih bingung dengan matanya yang berkaca-kaca "insyaAllah." Suara Ranty gemetar
"jadi, artinya iya." Ammar terbata masih ragu
"insyaAllah." Ranty tersenyum
"berarti iya." Ammar menggigit bibirnya air matanya mengalir "alhamdulilah." Ammar mencium tangan Ranty
"tapi jangan sekarang." Ranty lirih
"kenapa." Tanya Ammar dengan wajah yang berubah merah
"ini rahasia ya." Ranty berbisik
"kenapa." Ammar penasaran
"kak Juan mau nikah dulu dan harus nikah dulu, kak Ammar tau kan orang jawa kayak gimana, ya percaya gak percaya sih." Ranty terlihat serius
"ya udah Juan suruh nikah cepet-cepet aja abis itu kita." Ammar tersenyum
"kak Ammar." Ranty memanggil
"apa." Ammar terlihat bahagia
"mandi geh ganti baju, dari tadi pake sarung terus kayak bapak-bapak." Ranty mengerutkan kening
"udah mandi kok tadi subuh, tapi ya juga ya hehhh tapi kan emang calon bapak." Ammar memainkan alisnya
"udah sana." Ranty menarik tangan Ammar dan Ammar pun keatas
Ranty dipanggil bunda Ammar dan terlihat bercengkrama ditaman belakang. Ayah Ammar sudah pergi karena ada meeting. Ammar turun dia melihat Ranty sedang bersama bundanya
"gue emang gak salah pilih." Ammar tersenyum dan menyusul lalu terlibat obrolan langsung bersama bundanya dan Ranty.
Hari ini hari minggu gak ada kegiatan yang harus dilakukan, Ammar keluar kamar siap pergi entah kemana dan sama siapa, rapi dengan celana pendek kaos oblong putih turun dengan memain-mainkan kunci motornya kembali lagi kedalam mengambil topi lalu bergegas keluar lagi cepet-cepet turun.
"mau kemana." Bundanya dari dapur

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang