Paginya Ammar sudah berangkat lagi menemui kliennya Siska dan tanpa sepengetahuan Ammar Ranty mengikutinya, sesampainya ditempat yang dituju Ammar sudah disambut oleh Siska, Ranty hanya melihat dari dalam mobil saja baru setelah Ammar masuk dengan Siska, Ranty turun dari mobilnya dan diam-diam masuk.
"silahkan Ammar." Siska tersenyum manis
"iya terimakasih." Ammar duduk dan ternyata Ranty sudah duduk disebelahnya
"Ammar apa kamu sudah menikah." Tanya Siska
"memangnya kenapa." Ammar datar
"aku masih mengharapkanmu Ammar aku sayang sama kamu." Siska memegang tangan Ammar
"maaf, aku mau nanya sama kamu." Ammar menarik tangannya
"iya tanya aja." Siska tersenyum
"kamu kemarin ketemu Ranty." Tanya Ammar
"Ranty, emm Ranty, ooo... iya Ranty adik sepupu kamu, iya kemarin ketemu." Siska masih saja dengan wajahnya yang senang
"denger ya dia bukan sepupu aku tapi dia istri aku istri aku." Ammar membulatkan matanya "dan jangan pernah macam-macam sama saya lupakan rasa sayang kamu itu karena semua hanya angin lalu."
"apa Mar dia istri kamu jadi kamu udah." Siska dengan wajahnya yang berubah memerah
"iya aku udah nikah dan dia istri ku yang sangat sangat sangat sangat aku sayangi dan sekarang dia sedang mengandung jagoan ku jadi sekarang aku kesini mau membatalkan kerja sama apalah kemarin dan gak ada lagi pertemuan sama kamu apalagi kerja sama, semua cukup dan selesai hari ini." Ammar mengembalikan map yang kemarin Siska tandatangani sesaat sebelum dia pergi dan saat Siska membukanya kertas itu sudah tidak utuh lagi yang disesalkan Siska dia belum memperbanyak surat itu. Ranty juga berlalu pergi.
"Ammarrrrr." Siska menangis berlalu pergi dan dia kembali ke Kalimantan selesailah masalah Siska daaa Siska semoga tenang di Kalimantan baik-baik ya disana.
Setelah shalat isya' Ammar duduk dibangku dimana istrinya biasa melihat bintang, Ranty datang
"kak." Ranty merangkul leher Ammar dan mencium pipinya
"sayang." Ammar menarik tangan Ranty dan Ranty duduk dipangkuannya "kakak janji gak akan buat kamu kecewa." Ammar mencium pipi istrinya
"iya kak Ranty percaya, tapi tadi kenapa kakak batalin kerjasama itu." tanya Ranty
"kok kamu tau nakal ya sekarang." Ammar tersenyum
"iya maaf tadi Ranty ikutin kak Ammar maaf ya." Ranty menyandarkan kepalanya dipundak Ammar
"iya sayang gapapa kok, sayang denger ya kakak lebih baik kehilangan harta kakak karena kamu lah harta yang paling berharga buat kakak, jadi sekarang kamu liat dech kakak punya apa, ayo ikut." Ammar tersenyum menggendong Ranty kekamar, meletakkan Ranty diranjang dan Ammar mengambil sesuatu dari tasnya
"apa ini kak." Sesaat Ranty menerima sebuah bingkisan dari Ammar
"buka aja sayang." Ammar duduk berjongkok didepan Ranty
"Ranty buka ya." Ranty mulai membuka bingkisan itu dan seketika wajah Ranty berubah terihat senang tapi air matanya tak terbendung lagi
"iya ini buat hadiah pernikahan kita yang udah hampir 8 bulan kita kan belum." Ammar memain-mainkan alisnya
"kak Ammar." Ranty memeluk suaminya itu
"sayang jangan nangis geh, kakak tau kamu belum jadi bimbingan kan karena Bu Lia dosen kamu cuti melahirkan, jadi ini waktu yang tepat buat kakak ngajak kamu jalan-jalan ketempat yang kamu mau." Ammar tersenyum
"makasih ya kak, kok kak Ammar tau kalau Ranty belum jadi bimbingan tau darimana." Ranty melepaskan pelukannya
"iya tau aja." Ammar kembali tersenyum
"iya sih kak dosen Ranty lagi cuti sekitar 2 bulan, tapi kakak masih izinin kan." tanya Ranty
"iya walaupun kandungan kamu semakin besar kakak izinin asal kamu perginya sama kakak." Ammar mencium perut istrinya "kasian jagoan ayah diajak bimbingan."
"terimakasih ya kak pokoknya nanti Ranty selalu sama kakak kemana-mana, emmm ini beneran kita mau pergi jalan-jalan." Tanya Ranty memegang tangan Ammar yang ada diperutnya
"iya lah emang kamu masih gak percaya." Ammar datar
"percaya kok." Ranty memeluk suaminya "terimakasih ya kak, Ranty sayang sama kakak." Ranty tersenyum
"jadi sayangnya karena mau diajak pergi aja." Ammar menggoda istrinya
"hmm." Ranty melepaskan pelukannya Ammar memain-mainkan alisnya "kalau sayangnya barusan gak mungkin Ranty." Ranty belum meneruskan kata
"iya ahh becanda sayang, ya udah sekarang kita istirahat dulu besok pagi kita siap-siap siangnya kita berangkat, oke." Ammar tersenyum dan tangannya membimbing Ranty istrinya agar berbaring keranjangnya, Ammar menarik selimut dan
"kak Ammar nakal." Ranty terdengar memberontak
Pagi nya Ammar terlihat sibuk mempersiapkan keperluannya bersama Ranty 1 minggu ke depan di Belanda (ooo....jadi mau ke Belanda mau nostalgia kayaknya inget kan mereka pertama kali emmm itu lah). Ranty juga terlihat sibuk tapi sesekali Ammar melarangnya karena Ammar tidak mau istrinya capek.
"akhirnya selesai juga." Ammar duduk disofa setengah berbaring
"Ranty bawa ini buat ayah." Ranty memberikan secangkir teh pada suaminya
"emm makasih cantik." Ammar tersenyum dengan menikmati aroma teh yang dibawakan istrinya itu
"berarti cuma waktu bawain teh aja cantiknya." Ranty cemberut
"hmm ya gak lah." Ammar meletakkan cangkir tehnya "sayang aku sayang sama kamu bukan karena fisik kamu cantik tapi karena kamu kalem anggun dan penurut sama orangtua, tapi emang bener cantik sih." Ammar mencium tangan Ranty
"masak." Ranty membulatkan matanya
"dan sekarang nurut banget sama suami yahh meski kadang-kadang gihtu dech." Ammar senyum bodoh
"itu kan adek bayi yang mau kakak bukan Ranty, jadi selama ini gak ikhlas ya." Ranty dengan wajahnya yag murung
"heii." Ammar menarik lembut kepala Ranty kedadanya "husstttt kok sensi sih sayang kakak tadi niatnya becanda sayang, maafin kakak ya." Ammar mencium kening Ranty
"iya tapi." Ranty dengan suara serak
"sayang hmm sumpah kakak tadi beneran cuma becanda sayang." Ammar memeluk erat istrinya
"hheehhh." Ranty seperti menahan tawa
"loh kok." Ammar melepaskan pelukannya dan memandang Ranty
"hahhaaaaa." Ranty tertawa lepas "kasian dikerjain."
"hmmm." Ammar sekarang yang cemberut
"hehh." Ranty melihat Ammar yang sudah diam "kak." Ranty memegang tangan Ammar dengan sisa senyumnya dan Ammar hanya diam melipat tangannya didada "kakak." Ranty menarik tangan Ammar membuka lipatan tangan Ammar dan memeluk suaminya yang sedang diam itu "masak githu aja ngambek sih, kak."
"hmm." Ammar masih diam
"kak Ammar." Ranty kian mempererat pelukannya "maaf kak." Ammar masih diam "aduh." Ranty menjauh dan bersandar disofa memegangi perutnya
"kenapa sayang, hahhh mana yang sakit, sayang kamu kenapa." Ammar panik "kakak panggil dokter dulu ya." Ammar berdiri dan tangannya ditarik oleh Ranty
"kak." Ranty masih terlihat menahan sakit "Ranty laper." Ranty tersenyum tipis dengan mengerutkan alisnya
"serius." Ammar sedikit lega "hehhhee." Ammar tersenyum lalu duduk didekat Ranty "kamu paling bisa ya." Ammar memegang tangan Ranty
"tapi beneran ini lagi laper pake banget malahan." Ranty tersenyum bodoh
"sekarang makannya banyak ya." Ammar tersenyum tipis
"kan emang bertiga." Ranty cepat
"kok bertiga maksudnya sama kakak, iya." Ammar merasa aneh
"emm iya githu." Ranty tersenyum bodoh seperti adayang disembunyikan
"tapi kakak gak pernah minta makanan kamu." Ammar mulai merasa aneh
"emm udah ahhh sana ambilin." Ranty menggoyang-goyangkan tangan Ammar
"iya mau makan apa sayang." Ammar mendekatkan kepalanya didekat perut Ranty
"Ranty Kak yang minta bukan adek." Ranty menarik-narik tangan Ammar
"tadi katanya yang makan bertiga ya kakak juga nanya sama dia lah, ya kan sayang." Ammar mengelus perut istrinya "mau makan apa sayang." Tanya Ammar
"emm roti tawar dikasih susu terus dicelupin teh panas." Ranty tersenyum
"itu kan yang kemarin jadi beneran mau ya." Ammar menaikkan alisnya
"hmmm iya." Ranty tersenyum lagi "kak Ranty mau tolong ambilin dan harus kakak yang buatin dan harus cepat kembali karena sebentar lagi Ranty gak mau ya kak."
"iya sayang,ya udah tunggu ya." Ammar berdiri dan berjalan keruang makan
"gak usah buat teh lagi ini masih ada." Ranty mengangkat cangkir tehnya dan Ammar hanya tersenyum mengangguk
Tak lama Ammar sudah datang "ini sayang diabisin ya biar gak rewel." Ammar mengulurkan tangannya yang sudah memegang roti dan menyuapkannya pada istrinnya
'emm terimakasih ayah." Ranty tersenyum lalu membuka mulutnya menerima suapan dari suaminya itu karena Ranty menggigit terlalu banyak dan masih tersisa diluar mulutnya dia menunjuk mulutnya yang penuh itu lalu menunjuk Ammar
"apa sayang minum." Ammar bingung
"emmm." Ranty menggeleng dan tetap menunjuk mulutnya lalu menunjuk Ammar lagi, tanpa tanya lagi Ammar seperti tau apa maksud istrinya itu, Ammar menggigit sisa roti yang ada diluar mulut Ranty
"bener gak." Ammar tersenyum
"emm iya." Ranty juga tersenyum dan saat Ranty ingin menyuapinya lagi "udah kak udah kenyang."
"baru satu gigitan masak udah kenyang." Ammar menarik lagi tangannya
"kak." Ranty menyandarkan tubuhnya pada Ammar
"apa." Ammar meletakkan piring roti yang dia bawa dari tadi
"kak udah jam 8 kita mandi aja yok terus siap-siap." Ranty tersenyum
"masak." Ammar kaget lalu melihat jam "ya udah ayok." Ammar berdiri dan mengangkat Ranty
"gak usah gendong kak." Ranty saat sudah ada ditangan Ammar
"sayang biar gak cepk, emm kakak suka gendong kamu." Ammar tersenyum
Dan mereka siap-siap untuk berangkat, saat sudah siap mereka turun dan orang tua masing-masing sudah datang mau menghantarkan mereka ke bandara. Setelah siap semua berangkat ke bandara, sebelum berangkat mereka berpamitan dan sudah saatnya mereka terbang. Didalam pesawat Ranty tak melepaskan pelukannya.
"kalau ngantuk tidur aja." Ammar menyibak rambut istrinya
"gak kok, emm Ranty bahagia sekali kak bisa pergi sama kakak dan sekarang Ranty sedang mengandung anak kita." Ranty tersenyum menatap Ammar
"sayang kakak yang lebih bahagia karena kakak bisa miliki kamu, hmmm dan sebentar lagi kakak punya jagoan." Ammar juga tersenyum mengelus perut Ranty yang sudah mulai membesar karena sudah memasuki 6 bulan
"iya Ranty juga bahagia bisa dicintai disayangi sama laki-laki yang ganteng kayak kakak." Ranty tersenyum tipis
"emm gombal nanti kakak terbang gimana." Ammar lagi-lagi tersenyum
"emang kita lagi terbang." Ranty membulatkan matanya
"masak, o..iya." Ammar tersenyum
"hmmm." Ranty memeluk erat suaminya. Tak lama mereka usdah sampai, dan mereka langsung menuju kesebuah apartemen, setelah selesai Ammar mengajak Ranty menuju apartemen yang sudah disewanya itu.
"akhirnya sampai juga." Ammar menutup pintu dan meletakkan koper yang dia bawa
"alhamdulilah." Ranty duduk dipinggir ranjang
Ammar membaringkan tubuhnya "gak nyangka dulu waktu kesini masih cari cinta sekarang udah punya cinta." Ammar merentangkan tangannya
"masak sih." Ranty membaringkan tubuhnya meletakkan kepalanya ditangan suaminya
"ini cintanya." Ammar mengelus perut istrinya yang semakin hari semakin terlihat saja"emm sayang kok sekarang belum nendang ya."
"sabar lah." Ranty melihat kelangit atap
"ehh dia nendang." Ammar mengangkat tubuhnya meletakkan kepalanya diperut istrinya "beneran tadi nendang sayang kamu ngrasain gak tadi." Ammar terlihat sangat bahagia "ini sentuhan kamu yang pertama buat ayah sayang." Ammar mencium perut istrinya
"iya." Ranty datar
"iya beneran jadi iya bener dia nendang." Ammar terlihat bersemangat bahagia
"iya ayah." Ranty duduk
"hmm sayang terimakasih ya tadi kamu udah nendang ayah, nanti kalau udah besar kita main basket ya sam bunda juga bunda juga jago basket loh." Ammar mencium lagi perut istrinya
"kak Ranty ke toilet dulu." Ranty berdiri dan berlalu
Saat Ranty kembali dari toilet, Ammar terlihat kelelahan berbaring diranjang dan menutup matanya
"kak." Tangan lembut Ranty memegang tangan Ammar
"emm." Ammar membuka matanya "sayang." Ammar duduk
"kakak capek." Tanya Ranty
"gak kok." Jawab Ammar datar
"kenapa." Tanya Ranty lagi "kok kak Ammar nangis sih, kenapa kak." Ranty memeluk suaminya
"hmmm." Ammar tersenyum mengusap air matanya "gapapa sayang kakak cuma ngrasa jadi manusia paling beruntung karena kakak bisa dipercaya buat miliki kamu menjaga kamu dan selalu ada disamping kamu."
"iya kak, Ranty ngerti jangan nangis lagi ya." Ranty melepaskan pelukannya "Ranty janji sama kak Ammar akan selalu ada disamping kakak." Ranty mencium kening suaminya
"iya sayang kakak percaya." Ammar memeluk istrinya itu
"sana mandi dulu udah malam ini, malam ini kita istirahat aja kak besok pagi aja jalan-jalannya Ranty capek." Ranty tersenyum sesaat melepaskan pelukan suaminya
"siap." Ammar berdiri memberi hormat "ya udah kakak mandi dulu."
Ranty duduk diranjang menyandarkan setengah tubuhnya diranjang dia membaca buku yang sengaja Ammar bawa untuknya. Ammar keluar dan selesai mandi
"baca apa." Ammar naik keranjang duduk disebelahnya
"emm ini." Ranty mengangkat buku yang dia baca
"ooo." Ammar juga menyandarkan tubuhnya keranjang
"kak boleh tanya." Ranty memegang tangan Ammar
"tanya apa sayang." Ammar menatap istrinya
"emm waktu kakak ke belanda waktu itu niatnya karena tugas apa ada yang lain." Ranty menatap suaminya
"emm itu, kakak ceritain ya awalnya kakak tu bingung mau jawab iya atau tidak, tapi saat denger kata Belanda langsung kayak ada yang penting githu,masih mikir dulu belum jawab, apa ya apa ya githu terus." Ammar tersenyum tipis
"terus." Ranty semangat mendengarkan
"terus tiba-tiba inget kamu dech." Ammar menyandarkan kepalanya dipundak Ranty
"iya terus." Ranty sepertinya penasaran
Ammar mengangkat kepalanya lagi "terus langsung aja ngomong nama kamu sampai pak jaya bingung beliau bilang Belanda Ammar bukan Ranty githu." Ammar tersenyum mengingat tingkahnya "terus mau aja waktu itu, terus malam sebelum berangkat dimata kakak tu ada wajah kamu aja dimanapun, niat awal sih karena tugas tapi niat juga mau cari kamu sampai dapat heee." Ammar melihat Ranty
"hmm berarti biar jauh deket dihati ya." Ranty tersenyum tipis
"kayak kamu gak, bawa-bawa foto kakak lagi dapet darimana coba kakak aja gak inget itu fotonya kapan waktu apa." Ammar masih menatap Ranty
"udah lanjut ceritanya." Ranty sekarang merebahkan tubuhnya
"capek ya." Ammar mengelus perut istrinya
"udah lanjut." Ranty masih saja ingin tahu
"iya, nah waktu dipesawat fikiran kakak tu campur aduk rasanya antara seneng gak sabar pengen cepet sampai pengen cepet nemuin kamu hmm pokoknya campur aduk banget." Ammar tersenyum mengingat lagi tingkahnya waktu itu
"kayak gado-gado berarti." Ranty menatap Ammar
"mungkin." Ammar tersenyum
"enak ya gado-gado." Ranty melihat langit-langit atap
"hmmm mau." Ammar memegang tangan Ranty
"he eh." Ranty mengangguk
"ini Belanda sayang mana ada gado-gado." Ammar menatap lekat Ranty
"iya ya hemmm." Ranty tersenyum "tapi nanti kalau udah pulang beliin ya Kak, yang itu didepan kampus yang ibu-ibu itu loh yang jualan yang biasa panggil Kakak bocah ganteng." Ranty tersenyum menatap suaminya
"hmm masih inget aja, tapi jauh amat deket rumah kan ada sayang." Ammar menaikkan alisnya
"tapi maunya yang disana." Ranty menggoyang-goyangkan tangan suaminya
"iya nanti kalau udah pulang." Ammar merebahkan tubuhnya menarik selimut "sekarang tidur ya udah malam." Ammar mencium kening hidung dan bibir istrinya setelah itu Ammar mengajak doa anak dalam kandungan istrinya itu, setelah beberapa saat mereka sudah terlelap.
Paginya mereka sudah siap jalan-jalan setelah sarapan. Ranty terlihat sekali sangat bahagia, dia berjalan menikmati pagi dengan menggandeng tangan suaminya itu, Ammar tersenyum saat melihatnya. Meski sudah sarapan tapi seperti biasa Ranty dengan keinginannya membeli makanan yang dirasanya itu baru, dan Ammar sebagai suami hanya menurutinya tanpa menolak karena dia fikir itu lah salah satu wujud rasa sayangnya pada istri dan calon bayi nya. Ranty sangat manja sama Ammar, sampai ada orang yang bilang mereka pasangan yang cocok (ya iyalah cocok AmRa githu lochhh #alay). Ditempat lain yang mereka datangi terlihat sesekali mereka selfi terunyuk abad ini (ini yang alay mereka apa yang nulis hehheee #ngaku). Tak terasa malam pun tiba tapi mereka putuskan untuk kembali keapartemen, saat diperjalanan mereka melewati pedagang roti dan Ranty pengen beli akhirnya Ammar pun membelikannya, mereka duduk ditaman sambil istirahat
"kamu gak capek ya kok dari tadi diajak pulang gak mau."Ammar memegang tangan istrinya
"kan dari tadi kakak ngajak istirahat, jalan dikit istirahat jalan dikit istirahat gak capek kakak sayang." Ranty meletakkan kepalanya dipundak Ammar
"iya tapi kakak khawatir sama kamu nanti kamu capek." Ammar masih saja khawatir
"kakak tenang aja ya Ranty kuat kok ya percaya sama Ranty." Ranty mencium tangan suaminya
"syukurlah tapi beneran ya." Ammar mencium kening istrinya dan Ranty mengangguk
Dari arah samping mereka "kalian orang Indonesia." Tanya bapak-bapak itu
"emm iya pak." Ammar kaget melepaskan pelukannya
"boleh gabung." Bapak itu meminta izin
"silahkan pak, bapak juga orang Indonesia." Tanya Ammar masih bingung
"iya bapak orang Indonesia tapi sudah lama disini, o..ya kenalkan nama bapak Harun." Bapak itu memperkenalkan diri
"saya Ammar pak ini istri saya Ranty." Ammar juga memperkenalkan diri
"iya salam kenal ya, o...ya maaf dari tadi bapak memperhatikan kalian, tapi jangan mikir yang macem-macem soalnya wajah kamu mengingatkan saya pada sahabat lama saya di Indonesia." Pak Harun pada Ammar
"masak pak, memangnya siapa." Tanya Ammar heran
"saya punya sahabat namanaya Zoni, tapi kami berpisah saat SMP karena saya harus pindah kesini ikut orang tua, jujur saya kangen sama dia tapi kami hilang kontak sejak saat itu." pak Harun menjelaskan
"memang ciri-ciri pak Zoni itu bagaimana pak soalnya nama ayah saya namanya juga Zoni." Ammar mulai penasaran
"beneran jangan-jangan kamu anak Zoni sahabat saya." Pak Harun memegang pundak Ammar "seingat saya dia punya tanda lahir dipundak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Cinta
RandomPemuda yang belum pernah satu kalipun berpacaran bertemu dengan gadis yang membuatnya jatuh hati sampai menyebut gadis itu bidadari, yahhhh yang sesungguhnya gadis inilah yang sudah di jodohkan padanya. Kisah cinta dari seseorang yang mengenal cinta...