Bag. 17

182 4 0
                                    

"gue benci sama loe, gue benci." Juan terus memukuli Ammar, papa mama Juan berlari keluar kamar karena mendengar keributan
"Juan hentikan." Papa Juan menarik Juan yang terus-terusan memukuli Ammar
"sudah sayang sudah ada apa ini." Mama Juan panik dan menolong Ammar yang berdarah "sayang Ammar." Mama Juan menangis tak tega melihat Ammar dan Ammar mencoba tersenyum dengan muka memarnya
"Ju kamu tu kenapa ha." Papa Juan menarik Juan dengan paksa dan menjauhkan dari Ammar
"lepasin Juan pa Juan benci sama anak itu Juan benci." Juan meronta dari papa nya
"cukup Ju cukup." Bentak papanya dan Juan pun berhenti meronta
"sebenarnya ada apa ini nak kenapa kamu mukulin Ammar, Ammar sayang kita kerumah sakit ya ayo pa." Mama Juan terus menangis
"emmmm sssttttt gak usah Ma, Ammar gapapa kok sssttttt hmmmm." Ammar mencoba kuat
"ayo berdiri." Papa Juan membantu Ammar berdiri dengan mama Juan yang terus menangis tapi Juan hanya diam dengan air mata yang juga terus keluar dari matanya "Ju kenapa diam saja cepat ambil obat." Bentak papanya tanpa bicara Juan berlari mengambil obat
"ayo sayang duduk." Mama Juan dengan mengelus kepala Ammar
"ma gak usah nangis Ammar gapapa kok, sstttt." Ammar menahan sakit
"Juan cepat." Seru papa Juan "kita kerumah sakit ya." Ajak papa Juan
"ssstttt gak usah pa, sssttt Ammar gapapa kok ssstttt." Ammar terus menahan sakit diwajahnya itu, Juan datang dan langsung sibuk mengambil obat merah dan mengoleskan kewajah Ammar
"maafin gue ya, maaf hmmm." Juan menangis dan perlahan mengolesi luka Ammar dengan lembut
"gue udah maafin loe kok, gue yang harus minta maaf ssssttttt." Ammar meringis
"sini mama aja, kamu ambil air hangat sana." Mama Juan mengambil kapan dari tangan Juan dan
"ini ma." Papa Juan datang membawa air hangat dan Juan pun terduduk lemas dibawah Ammar
"Juan menyelesaikan masalah bukan kayak gini caranya, jaga emosi kamu." Papa Juan menepuk pundak Juan
"iya pa maaf, Juan salah maaf, maafin gue ya Mar." Juan menyesali perbuatannya
"sudah jangan berdebat, ayo Pa bantu kasih obatnya." Mama Juan sembari terus mengoleskan obat diluka Ammar
"sssttttt sakit ma pelan-pelan ya ssstttttt emmmm." Ammar meringis menahan sakitnya, setelah Ammar merasa baikan papa dan mama Juan pergi kekamar karena hari semakin larut, tinggal Juan yang masih duduk dibawah kursi tempat Ammar duduk
"sini naik napa loe disitu." Ammar menarik tangan Juan dan Juan pun berdiri lalu duduk disamping Ammar, tiba-tiba Juan memeluk sahabatnya itu
"maafin gue ya maaf, gue terlalu bego untuk urusan kayak gini, maafin gue ya." Juan menangis
"iya gue udah maafin loe kok, maafin gue juga ya." Ammar menepuk-nepuk pundak Ammar
"hremmm" Juan melepaskan pelukannya dan menahan ingus nya "loe sih sibuk." Juan mencoba tersenyum
"iya, gue juga yang bego terlalu sibuk." Ammar juga tersenyum
"loe tu." Juan menepuk pipi Ammar yang memar
"au sakit tau." Ammar menepuk tangan Juan, dam mereka pun tertawa bersama
"jadi beneran bidadari gue ke belanda." Tanya Ammar
"iya." Jawab Juan
"jadi." Tanya Ammar lagi
"jadi, kasian dech loe." Juan sambil berlalu mengambil air minum "minum biar sembuh tu lukanya." Juan duduk lagi disamping Ammar
"kalau gue kangen gimana." Ammar sambil minum
"tau." Jawab Juan singkat
"gue nyusul terus gue culik bawa pulang boleh gak." Ammar tersenyum
"dengan penuh luka diwajah loe kayak gini, dikira teroris loe." Juan meletakkan minumannya
"jangan salah ini tu karya." Ammar memegangi wajahnya
"karya maksud loe." Tanya Juan heran
"ya karya, karya tangan temen gue." Ammar tersenyum meledek
"dasar loe." Juan menepuk pipi Ammar
"au, hehheee beneran kan." Ammar nyengir lalu tersenyum
"iya maaf." Juan lalu menggembungkan pipinya dan mereka pun berpelukan
"loe mau tidur disini apa mau pulang." Tanya Juan seraya melepaskan pelukannya
"tidur disini ajalah kangen gue sama loe." Ammar tersenyum "lagian nanti kalau pulang bunda malah panik nanya-nanya gak jadi tidur gue." Ammar sambil mengelus luka diwajahnya. Setelah itu mereka pergi kekamar, sesampainya Ammar didepan kamar Ranty dia berhenti lalu melihat dimana Ranty biasa melihat bintang, tiba-tiba Ammar teringat ketika dia memeluk Ranty, dia tersenyum mengingat itu tapi itu sudah lama sekali tepatnya tiga tahun yang lalu dan tiba-tiba Ammar sedih mengingat hal itu karena setelah malam itu dia dan Ranty saling menjauh, perlahan Ammar masuk kekamar dan ponsel Juan pun berbunyi
"Ju hp loe bunyi." Teriak Ammar
"angkat aja gue lagi biasa." Jawab Juan dari kamar mandi
"oke gapapa kan gue angkat ini." Teriak Ammar ini
"iya gaya loe." Teriak Juan dari kamar mandi lagi
Mata Ammar tiba-tiba terbuka lebar tubuhnya bergetar, ponsel itu mati dan brdering lagi, tangan Ammar kian bergetar untuk mengambil ponsel itu, dia memaksa tangannya untuk mengangkat panggilan itu
"kakak ne darimana sih, o...ya kak alhamdulilah Ranty sudah sampai tadi mau langsung telpon Ranty pusing jadi langsung tidur, emmm mama sama papa udah tidur ya kak, kak kok diem aja sih kak." Ranty terus memanggil-manggil
"Ranty, suara itu, apa gue mimpi apa gue harus ngomong, Ranty." Ammar dalam hati masih tidak percaya dengan keadaan saat ini
"kak kok diem aja kakak gapapa kan, kak." Suara Ranty sedikit panik
"walaikum salam." Suara Ammar bergetar "iya alhamdulilah kalau githu." Gemetar suara Ammar
"kak Ammar." Ranty langsung terdiam dan keduanya pun langsung terdiam sampai Juan pun tiba dan mengagetkan Ammar kemudian Ammar memberikan ponsel itu lalu duduk dipinggir ranjang dengan tubuhnya yang masih bergetar
"Ranty sayang, gimana suka gak tempatnya, baik-baik ya disithu." Juan menenangkan Ranty sambil menendang-nendang kaki Ammar yang melamun
"iya kak, O...ya udah dulu ya kak Ranty mau beres-beres dulu terus siapin berkas-berkas untuk kepeluan kuliah, salam buat papa dan mama ya, assalamualaikum." Ranty menutup kata
"salam sama Ammar gak." Ledek Juan sebelum menutup telponnya dan Ammar menepuk punggung Juan yang berdiri membelakanginya
"iya............ udah salamin aja, udah ya kak assalamualaikum." Ranty terbata
"iya walaikumsalam, hati-hati ya disithu." Juan mengakhiri pembicaraan
"loe gila ya." Ammar menatap aneh Juan
"napa emang." Juan membaringkan tubuhnya
"tadi loe salam-slam apa coba." Ammar ikut membaringkan tubuhnya, mereka saling bercanda saling ejek melepas rindu setelah lama tidak bersua. Ditempat lain Ranty sedang teringat dengan Ammar, mata dan fikiran nya dipenuhi dengan satu kata Ammar. Tak sedikit juga tanpa dia sadari dia tersenyum mengingat pertemuan pertamanya dengan Ammar, Ammar yang lugu polos dan aneh menurutnya. Tapi tiba-tiba Ranty terlihat murung mengingat semenjak kejadian malam itu Ammar jauh darinya "kenapa kak Ammar ada dimata Ranty." Ranty mengeluh dalam hati dan tak terasa dia tertidur.
"hai." Ammar mendekati Ranty yang duduk dibangku biasa dia melihat bintang
"kak, sejak kapan Kak Ammar disini." Tanya Ranty sedikit kaget dengan kedatangan Ammar
"dari tadi." Ammar tersenyum
"mana dari tadi Ranty sendirian aja." Ranty sedikit bingung
"kan gue ada dihati loe." Ledek Ammar
"ahhh kak Ammar apaan sih." Ranty mencubit perut Ammar, saat itu juga Ammar yang kegelian memegang tangan Ranty dan mereka pun saling menatap
"gue sayang sama loe." Ammar tersenyum
"emm Ranty juga sayang sama kak Ammar." Ranty membalas senyum Ammar
"loe liat dech bintang disana, mereka tu gak lelah ya selalu menemani bulan, bahkan saat bulan tinggal sekecil jari pun mereka tetap bersinar, gue janji akan selalu jadi bintang buat loe." Ammar memegang erat tangan Ranty dan menatap Ranty, Ranty juga ikut menatap Ammar lalu meletakkan kepalanya dipundak Ammar
"iya kak Ranty percaya." Ranty dipundak Ammar, dan Ammar mencium lembut kening Ranty
"Ranty." Suara lembut Ammar memanggil Ranty
"kak Ammar." Ranty juga dengan lembut memanggil Ammar
"Ranty." Ammar terus memanggil nama Ranty
"hehhh bangun subuhnya abis." Juan menarik selimut Ammar
"Ranty." Ammar membuka matanya lebar-lebar lalu duduk
"pake' mimpiin segala bilang aja loe kangen." Juan menepuk pipi Ammar
"au sakit." Ammar menampik tangan Juan
"iya iya sory, udah sana buruan mandi." Juan menarik tangan Ammar
"iya." Ammar berlalu kekamar mandi
Di Belanda
"kak Ammar." Ranty terbangun dari tidurnya, setelah termenung cukup lama Ranty turun dari ranjangnya dan mengambil sebuah foto dari tasnya
"kak Ammar." Ranty memeluk foto itu yang tak lain adalah foto Ammar bersama kakaknya Juan
3 BULAN KEMUDIAN
"Ranty." Suara seseorang mengagetkan Ranty yang sedang antri mengambil makanan, kemudian Ranty menoleh kesamping kearah suara yang memanggilnya
"Erlin." Suara Ranty menjawab (Erlin itu salah satu sahabat SMA Ranty) "kok kamu ada disini." Ranty bingung dan menarik tangan Erlin
"iya, kok kamu juga disini hayooo aku juga nanya." Erlin berbalik bertanya
"kuliah." Mereka berdua bersamaan "kita ambil makanan dulu nanti kita ngobrol sambil makan, gimana." Tawar Erlin
"iya setuju." Ranty mengiyakan sahabatnya itu
Dimeja makan " Ranty kamu sama siapa disini." Tanya Erlin
"sendiri kalau kamu." Tanya Ranty balik
"sama aku juga sendiri, Ran tinggal sama aku aja sih gimana mau gak." Ajak Erlin
"emm aku pikir-pikir dulu dech, ya gapapa kan." Ranty memegang tangan sahabatnya itu
"iya, pokoknya aku tunggu." Jawab Erlin. Selesai makan keduanya pergi terpisah.
Di Indonesia "KAMPUS"
Terlihat Ammar sibuk dengan laptopnya diruangan senat, masuklah Edo salah satu teman Ammar
"cariin pak jaya tu." Edo masuk dan meletakkan tasnya dimeja
"siapa, gue." Tanya Ammar
"emang ada orang lain." Edo mendekati Ammar "sana buruan, sini gue yang kerjain." Menarik Ammar dari tempat duduknya
"iya, aishhh." Ammar berdiri dan perlahan keluar sesampainya dia didepan pintu
"bawain air ya, ya." Edo tersenyum dengan memainkkan alisnya
"dasar." Ammar mengepalkan tangan dan diarahkan ke Edo
"hahaaaa, ntar bagi kalau dapet bonus." Teriak Edo

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang