Bag. 26

253 5 0
                                    

"ini kak." Ranty mendekatkan jeruk yang sudah bersih dimulut Ammar, Ammar membuka mulutnya
"terimakasih ya." Ammar tersenyum dan Ranty juga tersenyum, ponsel Juan berbunyi dan Juan perlahan menjauh dari Ammar dan Ranty
"lanjutin ya, gue dipanggil pak Jaya." Juan mendekati Ammar "bidadarinya jangan diliatin aja tambah cantik ntar." Juan berbisik ditelinga Ammar, dan Ammar lagi-lagi hanya tersenyum, perlahan Juan pergi
"kak Juan ngomong apa." Tanya Ranty pada Ammar
"gak kok" jawab Ammar "katanya bidadari itu cantik." Ammar tersenyum
"emang ada bidadari disini kak." Tanya Ranty bingung
"emm ada." Ammar membuat penasaran
"mana kak Ranty belum pernah liat bidadari loh, mana." Ranty mencari-cari
"hei." Ammar memegang tangan Ranty dan Ranty menatapnya "kamu bidadari." Ammar membalas tatapan Ranty, Ranty terus menatap Ammar tatapan yang membuatnya gelisah selama ini. Ammar terus mendekatkan wajahnya pada Ranty dan
"emm kak." Ranty menyadarkan Ammar, secepatnya Ammar sadar dan menjauhkan wajahnya
"maaf." Ammar dengan wajahnya yang memerah
"hei kenapa." Ranty memegang tangan Ammar
"kayaknya gue pernah nglakuin sesuatu sama kamu." Ammar menggigit kecil bibirnya dan menatap Ranty
"emm kak kita masuk aja ya, waktunya kakak makan terus minum obat." Ranty mencari alasan berdiri dan membantu Ammar berdiri "ayo." Dan Ammar masih saja menatapnya penuh tanya "kak." Ranty menarik tangan Ammar dan Ammar pun berdiri "kenapa." Tanya Ranty seraya senyum dibibirnya
"kamu cantik." Jawab Ammar
"masih aja." Ranty tersenyum
"masih apa." Ammar terus menatap Ranty
"masihhhh." Ranty membuat penasaran
"apa." Ammar menaikkan alisnya
"masih jauh kamarnya, ayo kak." Ranty tersenyum lagi
"kamu." Ammar juga tersenyum dan mereka pun menuju kamar rawat Ammar
Malam pun perlahan datang cerah penuh bintang, Juan datang membawa martabak kesukaan Ammar, terlihat Ammar memakannya bersama Juan dan Juan dengan terus memberi candaan pada Ammar, Ranty baru keluar dari kamar mandi
"buat Ranty mana." Ranty mendekati Juan dan Ammar, Ammar mendekatkan sepotong martabak itu ke mulut Ranty, Ranty tersenyum dan membuka mulutnya
"terimakasih." Ranty denga mulutnya penuh dengan martabak yang dia gigit
"lagi." Ammar menawarkan
"iya terus aja, gue ngantuk mau merem ya." Juan ngambek
"ini anak, ya udah ini." Ammar menyuapkan martabak kemulut Juan
Juan tersenyum dan menerima suapan Ammar."terimakasih ganteng." Suaranya tertahan karena mulutnya penuh
"emmm gue kebelakang dulu." Juan berlalu kekamar mandi
Ammar sudah meletakkan martabak yang dia makan tadi sambil terus menatap Ranty, Ammar merasa bahwa dia mempunyai perasaan yang sangat dalam pada Ranty, Ranty yang sibuk dengan ponselnya tidak tau kalau Ammar tengah memperhatikannya. Terkadang Ranty tersenyum lalu diam lagi, Ammar tersenyum melihat perilaku Ranty yang tengah sibuk dengan ponselnya itu. Juan datang dan memperhatikan keduanya, Juan tersenyum
"ehemm." Juan mengagetkan, Ammar langsung tersadar "napa." Juan menepuk pundak Ammar
"gak." Ammar menggelengkan kepala
"gue mau tidur, heh jelek jaga dia ya." Juan menutup layar ponsel Ranty dengan tangannya
"iyaa." Ranty kesal dan menggembungkan pipinya, perlahan Juan merebahkan tubuhnya disofa lalu memejamkan matanya tak lama dia sudah tak ada bergerak sedikit pun rupanya benar-benar dia ngantuk.
"kak Ammar tidur ya, sudah malam" Ranty meletakkan ponselnya dan Ammar yang dari tadi diam saja mengangguk tanda setuju, Ranty berdiri mengambil obat dimeja "minum obat dulu." Ranty duduk lagi disamping Ammar dan dengan telaten mengambilkan obat Ammar memberikan ke Ammar dan Ammar meminumnya "gak takut obat lagi kan." Ranty tersenyum setelah Ammar meminum obatnya
"emang aku takut sama obat." Ammar terlihat bingung
"gak kok becanda, ayo kak." Ranty tersenyum lalu berdiri dan meminta Ammar untuk berdiri
"jadi aku takut obat ya." Ammar seraya berdiri
"gak kok, ayo kak." Ranty membantu Ammar berjalan meletakkan tangan Ammar dipundaknya, tak disangka saat Ammar menundukkan kepalanya Ranty mendongak melihat Ammar sehingga bibir Ammar tepat mendarat dikening Ranty, mereka langsung terdiam saling menatap.
"aku sayang sama kamu." Ammar dengan tatapannya
"emm iya kak, ayo." Ranty mulai berjalan, ternyata Juan melihatnya dia tersenyum
Ammar sudah berbaring ditempat tidur, Ranty membenarkan selimut Ammar dan perlahan Ammar memejamkan matanya. Saat Ammar dilihatnya sudah tenang Ranty perlahan berjalan keluar kamar berdiri dibalkon menatap bintang melipat tangannya, Ranty begitu menikmati pemandangan malam itu. tanpa dia sadari ada tangan yang tengah memeluknya dari belakang
"jangan pernah tinggalin aku ya, aku takut kalau ingatan ku tidak kembali, aku ingin kamu selalu disamping aku." Ammar memeluk erat tubuh Ranty
"iya kak, kak Ammar yang tenang ya dan kak Ammar harus yakin ingatan kakak pasti kembali." Ranty menenangkan Ammar dan tangannya mengelus lembut pipi Ammar, Ammar terus memeluk erat tubuh Ranty
"kak ada bintang jatuh, ayo cepat minta sesuatu." Ranty melepaskan pelukan Ammar dan perlahan Ranty menutup matanya berdo'a, Ammar yang masih bingung perlahan berjalan tepat didepan Ranty memperhatikan setiap lekuk wajah Ranty dan masih tetap memejamkan matanya bukannya berdo'a seperti Ranty justru Ammar malah tertegun menatap wanita yang ada didepannya itu. Ammar menunduk dan wajahnya kini tepat dihadapan Ranty, saat Ranty membuka mata perlahan ternyata ada Ammar ada didepannya
"apa kak." Ranty mengagetkan Ammar, tanpa menjawab Ammar langsung memeluk Ranty lagi "kenapa sih kak." Ranty sekarang terlihat bingung
"aku takut jika aku tak lagi ingat sama kamu, karena aku merasa kamu begitu berharga untuk ku, aku mohon jangan tinggalkan aku." Ammar kali ini dengan suara paraunya
"kak Ammar kenapa." Ranty masih saja bingung, Ammar kian erat memeluk Ranty , tiba-tiba pelukannya semakin melemah Ammar lemah terjatuh ditubuh Ranty "kak Ammar kenapa." Ranty panik "kak kakak kak Juannn." Ranty berteriak, Juan berlari
"kenapa." Juan ikut panik
"gak tau kak, cepet panggilin dokter." Ranty kian panik saja, Juan langsung berlari "kakakkkk bantu dulu." Ranty menjerit sambil menahan napasnya karena menopang tubuh Ammar
"iya." Juan menepuk jidatnya sendiri dan berlari lagi ke Ranty yang menopang tubuh Ammar, setelah Ammar sudah diatas tempat tidur Juan buru-buru berlari keluar tak lama Juan sudah masuk bersama dokter, sesegera mungkin dokter memeriksanya
"sudah jangan khawatir ini cuma efek dari keadaannya yang semakin baik dan ingatan yang kembali, terimakasih ya kalian berdua berhasil, terus beri rangsangan ya, saya permisi dulu." Dokter tersenyum pada Juan dan Ranty yang masih menyisakan panik diwajahnya itu
"jadi dok." Juan bertanya
"jadi jika besok keadaan semakin baik kemungkinan besok bisa dibawa pulang." Dokter tersenyum lagi
"jadi kak Ammar sudah kembali dok." Ranty dengan wajahnya yang sedikit lega
"iya besok dia sudah bisa dibawa pulang." Dokter menjelaskan dan Ammar tersadar
"kak Ammar." Ranty memegang tangan Ammar
"Ranty loe Juan, gue dimana ini, Ranty loe gapapa kan." Ammar dengan wajah khawatirnya
"kak Ammar." Ranty memeluk Ammar
"bro loe." Juan juga ikut memeluk Ammar
"syukurlah ingatan kamu sudah kembali." Dokter tersenyum
"ini ada apa sih sebenarnya." Ammar bingung dalam dekapan Juan dan Ranty
"dok jadi gimana." Juan berdiri dan bertanya pada dokter yang hanya tersenyum saja melihatnya
"ya besok boleh pulang." Dokter tersenyum
"beneran dok, terimakasih dok terimakasih." Juan menggenggam erat tangan dokter
"iya, ya sudah saya permisi dulu, dan akan membuatkan resep baru buat teman kamu nanti jangan lupa diambil ya, saya permisi." Dokter keluar sesaat berbicara dengan Juan
"kabari orang rumah cepat dek cepat." Juan kegirangan dan menarik Ranty yang masih memeluk Ammar, tanpa menjawab Ranty mengambil ponselnya dan menghubungi orang tua Ammar dan orang tuanya. Ammar sudah duduk dan ngobrol
"jadi gue kehilangan ingatan gue satu hari ini." Ammar bertanya
"bener bro tapi gue salut sama loe bener loe hebat banget gue bangga sama loe." Juan memegang tangan sahabatnya itu
"kak Ammar." Ranty mendekati Ammar dan kakaknya
"jangan peluk lagi ntar gue pengen meluk siapa." Juan meledek adiknya
"loe tu apaan sih." Ammar menepuk pipi Juan
"napa malam-malam gue haus ya, gue beli air dulu ya." Juan berdiri dan berlalu pergi, Ranty duduk mengahadap Ammar seperti Juan tadi, sesampainya Juan didepan pintu "ingattt jangan peluk-peluk lagi." Masih saja Juan meledek keduanya yang masih diam tanpa kata itu
"apa lagi sih Ju." Ammar membulatkan matanya
"hahhhaaaaa." Juan tertawa dan berlalu pergi
"emmm maaf ya tadi gue peluk-peluk loe." Ammar menatap Ranty
"jadi kak Ammar ingat waktu tadi kakak meluk Ranty." Suara Ranty terbata
"inget lah kan baru tadi" Ammar tersenyum "gimana perasaan kamu." Ammar memainkan alisnya
"gimana apa kak." Ranty polos
"loe tu masih nanya aja."Ammar lagi-lagi tersenyum
"jadi kak Ammar nanya perasaan Ranty." Ranty masih saja polos
"iya." Ammar mendekatkan wajahnya didepan wajah Ranty membuat Ranty seketika diam dan tak menjawab, Ammar lagi-lagi menatap Ranty ketika semakin dekat
"uhuk uhuk uhuk hemmmm." Juan berlari dari luar sepertinya sengaja membuat Ammar dan Ranty salting "makanya jangan aneh-aneh." Juan melemparkan botol air minum, untungnya Ammar sigap menangkapnya
"au ssstttt." Ammar meringis dan memegang perutnya sebelah kiri
"kenapa kak." Ranty panik

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang