Bag. 11

168 5 0
                                    

"kakak." Ranty menarik tangan Juan yang sedang mengacungkan jempolnya itu
Malamnya semua berkumpul melingkari api unggun untuk acara penutupan. Setelah acara selesai semua kembali ketempat masing-masing untuk melepas penat setelah seharian mengerjakan tugas. Ammar memilih duduk dikursi lipatnya kemarin dan membawa gitarnya, Juan datang.
"sempurna bro." Juan menepuk pundak Ammar (maksud Juan lagu sempurna). Dan Ammar pun memulai memetik gitarnya dan bernyanyi bersama Juan
"kau begitu sempurna dimata ku kau begitu indah". Saat Ammar bernyanyi Ranty datang dan duduk disamping kakaknya tersenyum saat melihat Ammar yang sedang bernyanyi. Juan ikut bernyanyi tapi Ranty hanya tersenyum.
"kau adalah darah ku kau adalah jantung ku kau adalah hidupku lengkapi diri ku oh sayang ku kau begitu sempurna." Ammar menatap Ranty begitu dalam saat bernyanyi seolah-olah lagu itu dia tujukan untuk Ranty. Ranty juga menatap Ammar seolah-olah dia tau kalau lagu itu buatnya (cieee cieeee). Juan tersenyum dengan terus bernyanyi.
Paginya semua berkumpul untuk kembali pulang dan mengakhiri petualangan mereka. Saat sampai didalam bus Ammar langsung duduk tanpa melihat siapa yang ada dibangku itu.
"kak Ammar."....................................................
Mata Ammar terbuka lebar-lebar padahal Ammar merasa lelah dan dilanda rasa ngantuk yang sangat menurutnya, karena 2 malam ini dia dan Juan tidak tidur. Mata itu membuat hati Ammar bergetar seperti melayang diawan sungguh membuat rasa ngantuknya hilang seketika.
"loe." Ammar masih tidak percaya
"loe disini, gue nyari loe dari tadi, napa gak bilang bego loe." Juan menepuk pundak Ammar
"hahhh, emmm iya sory tadi gue ngantuk banget jadi buru-buru masuk mau merem gue beneran pusing banget." Ammar menjawab sambil menguap dan menutup mulutnya dengan tangannya
"jangan lebar-lebar." Juan sambil menepuk tangan Ammar yang masih ada dimulutnya. Ammar nyengir tanda kurang suka dengan perlakuan Juan dan menampik tangan Juan
"dia aja diem, napa loe repot sih." Ammar menjulurkan lidahnya meledek Juan kemudian menoleh kesamping kearah seseorang yang membuat berdebar.
"dex napa loe diem aja ngomong sayang." Juan bertanya pada Ranty adiknya (alhamdulilah ternyata Ranty, yessssss)
"iya." Ranty sambil membenarkan duduknya. Ammar menatap Ranty tersenyum tipis
"senyum-senyum aja loe." Juan menepuk pundak Ammar lagi membuat Ammar salting didepan Ranty "ya udah gue juga ngantuk gue duduk dulu mau merem juga." Juan sambil menguap menutup mulutnya dengan ujung gitar yang dibawanya
"bagus itu buruan sana." Ammar tanpa melihat Juan dan ternyata Juan tidak memperdulikan Ammar dia langsung duduk dikursi paling depan tepatnya didepan Ranty dan Ammar bersama salah satu temannya
"kenapa kak Ammar liatnya githu, emang ada yang aneh dari Ranty ya." Tanya Ranty dengan menarik kepalanya karena Ammar semakin dekat dengannya
"gak ada." Ammar menggelengkan kepalanya dan sedikit manarik kepalanya juga menjauh dari Ranty "hahhhhh gue ngantuk banget, loe ngantuk gak." Menoleh kepalanya yang sedang dia sandarkan dikursi ke arah Ranty yang terlihat masih menjauh dari Ammar (Ammar sih maunya deket-deket aja). Ranty tak menjawab dan hanya menggeleng. Perlahan Ranty membenarkan duduknya menghadap kedepan menyandarkan badanya dikursi dan serius melihat kedepan. Bus pun berjalan pasti.
"gak usah ngebut ya pak santai aja hari ini kita gak sekolah." Ammar memberitahu (terus yang mau memberi tempe siapa, ada yang mau ngasih tempe gak hehhhh apa ini sudah #peace heeehheeee) pak sopir dan pak sopir hanya menagcungkan jempolnya tanda setuju.
"loe liat apa sih serius Amat." Ammar menarik tubuhnya dengan tetap duduk tepat didepan Ranty sejajar dengan Ranty dan membelakangi Ranty melihat kedepan seperti apa yang dilakukan Ranty. Ranty mengerutkan keningnya lagi dan lagi karena merasa kalau Ammar tu aneh saat didepannya. Karena Ranty tidak menjawab Ammar menoleh kebelakang dengan sedikit menarik tubuhnya. Tak disadarinya ternyata tangan nya mendarat tepat dipaha Ranty (jangan ngeres jangan ngeres). Ammar tersenyum
"aduh kak." Ranty mengangkat sedikit pahanya, Ammar yang yang sadar karena tangannya bergerak langsung membenarkan duduknya dan kaget karena dia baru sadar juga kalau tangannya ada dipaha Ranty (hihhhh Ammar kaget apa seneng ya, hmmmmm)
"maaf maaf." Ammar mengangkat kedua tangannya "sory gak sengaja." Gugup sambil melihat Ranty. Ranty hanya tersenyum dan mengangguk. Perlahan Ammar menurunkan tangannya. Mereka diam tanpa kata (kayak lagu itu ya siapa ya emmmm pokoknya yang itu). Ammar duduk dengan santainya bersandar sesekali dia menutup matanya mencoba menghilangkan rasa kantuknya begitu juga dengan Ranty. Bus sangat tenang karena semua tidur tinggal Ranty yang tidak tidur enath apa yang sedang iya pikirkan sesekali dia menoleh kebelakang melihat Ichal dan Ochi yang tidur dengan saling bersandar dibahu masing-masing tak disangka saat Ranty menoleh Ammar melihat Ranty kemudian melihat juga kearah Ichal dan Ochi dan saat Ammar tau Ranty mau berbalik menghadap kedepan buru-buru dia duduk seperti tadi dan pura-pura memejamkan matanya. Saat Ranty melihat Ammar yang berbohong dengan pura-pura merem, Tiba-tiba ditengah perjalanan itu
"kenapa kak Ammar aneh sih kalau kak Ammar lagi sama Ranty." Ranty bertanya dengan serius dan tanpa melihat Ammar
"hahhh." Ammar pura-pura kaget "apa sayang." Menutup mulutnya sendiri "ehh kok sayang sih." Salting "ehh maksud gue ada apa, sory keceplosan ehh kok keceplosan sih." Menggaruk kepala "maaf." Tersenyum bodoh
"iya, terus jawab tadi Ranty tanya apa." Balas Ranty serius lagi
"ohhh gue aneh githu ya, emmm karena sayang mungkin, emmm." Ammar kembali salting "maksud gue karena loe cantik sih." Ammar tanpa melihat Ranty
'bukannya disini banyak cewek cantik." Balas Ranty lagi melihat Ammar yang tetap menyandarkan tubuhnya
"mana." Tanya Ammar sambil melihat Ranty yang saat itu masih menatapnya
"Syahnas." Ranty menjawab dengan cepat
"hahhhh Syahnas, emm hmmemmm." Ammar menahan tawanya karena geli mendengar jawaban Ranty "jadi karena kemarin gue nolongin Syahnas ya terus loe bilang Syahnas cantik iya, jadi loe liat gue sama Syahnas ya kemarin, hmmm." Ammar tersenyum pada Ranty "yes berarti dia cemburu." Ammar kegirangan dalam hati
"yee gak kok." Wajah Ranty memerah "ya kan syahnas cantik napa kak Ammar biasa aja, terus walau kak Ammar lagi sama kakak juga githu sering aneh kalau ada Ranty, kenapa sih kak emangnya ada yang aneh ya sama Ranty terus." Ranty terus berbicara dan belum dia meneruskan tiba-tiba Ammar memotong pembicaraan Ranty yang membuatnya bingung harus jawab apa
"ada orang makan gajah." Ammar dengan cepat sambil menjulurkan tangannya kearah luar, Ranty kaget langsung menoleh keluar kaca dia tidak menemukan apa-apa disana dan tiba-tiba Ammar menyandarkan kepalanya dibahu Ranty, Ranty yang kaget langsung terdiam tanpa melihat Ammar yang sudah menyandarkan kepalanya kebahunya (cieee cieee aku ngefly, pengen liat ekspresi Ranty, kalau kamu gimana hheeee)
"gue mau tidur dulu, jangan pindahin kepala gue ya." Ammar memeluk tasnya dan tidak membuka matanya, Ranty hanya diam tanpa menjawab saat dia melihat Ammar penasaran apa benar itu kepala Ammar, ternyata Ammar juga membuka matanya dan mereka saling bertatapan. Ammar memainkan alisnya kemudian menutup matanya lagi. Sebenarnya Ranty ingin memindahkan kepala Ammar tapi dia tak tega sepertinya Ammar benar-benar kelelahan, sesekali dia menghela napas "kenapa kak Ammar kenapa bukan, ahh sudah Ran." Ranty menggerutu dalam hati, dan sesekali juga dia melihat Ammar yang sedang menutup matanya itu "ternyata kalau tidur dan diem gini ganteng juga, hahhh Ranty loe kenapa." Kembali Ranty berbicara dengan hatinya sendiri (baru sadar ya Ran). Tak lama kemudian Ranty juga tertidur dan kepalanya bersandar dikepala Ammar.
Saat Ammar terbangun dari tidurnya dia merasa kepalanya berat ternyata ada kepala Ranty. Perlahan dia mengangkat kepalanya dari pundak Ranty dan meletakkan kepala Ranty perlahan kepundaknya. Dia melihat kebelakang semua masih tertidur dan diluar jalanan macet.
"gak bisa bergerak ya pak." Ammar bertanya pada pak sopir
"iya mas sudah hampir 15 menit gak bisa bergerak." Jawab pak sopir
Ammar memperhatikan Ranty yang sedang tertidur dan bersandar dipundaknya itu. sungguh mata Ammar tak mau berkedip dia hanya menghela napas dalam-dalam "sungguh loe itu anugrah terindah buat gue, semoga gue bisa miliki loe kelak, gue sayang loe." Ammar berbicara dalam hati, saat itu juga tangan Ammar ingin memegang wajah Ranty tapi dia urungkan karena dia tidak berhak untuk itu. Ammar mengambil air minum dari tasnya dan meminumnya "klek klek klek." Suaranya membuat Ranty terbangun dan Ranty buru-buru mengangkat kepalanya dari pundak Ammar
"hai." Sapa Ammar "udah bangun." Ammar lagi. Ranty membenarkan rambutnya dan tanpa menjawab, dia bingung kenapa malah dia yang bersandar pada Ammar bukannya tadi Ammar yang bersandar padanya
"loe minum dulu dech, ne." Ammar menawarkan air minum yang ada padanya. Ranty mengambil air minum dari Ammar dan langsung meminumnya. Setelah selesai minum
"kak tadi ada yang bilang, gue sayang loe itu siapa, tadi Ranty kayak denger." Tanya Ranty dengan wajah polosnya lalu menoleh kearah Ichal dan Ochi, mereka terlihat sedang ngobrol asyik "mungkin mereka." Tambah Ranty dan melihat Ammar saat Ranty melihat Ammar, Ammar diam tanpa menjawab "kak Ammar."
"iya." Ammar kaget "masak iya dia denger kata hati gue sih." Dalam hati "emm gue gak denger tu." Mencari alasan
"kenapa muka kak Ammar githu." Tanya Ranty penasaran
"hahh, kenapa emang, ada yang aneh ya." Mengusap-usap wajahnya "iya ya." Lalu menoleh kearah Ranty
"gak kok." Ranty sambil menggeleng
"loe perhatian banget sih." Ammar menundukkan kepalanya tepat dibawah depan wajah Ranty membuat Ranty tertegun seketika diam dan hanya menatap Ammar
"kenapa." Tanya Ammar lagi dan Ranty lagi-lagi menggeleng. Ammar tersenyum dan perlahan mengangkat kepalanya menjauh dari wajah Ranty dan mengambil air minum ditangan Ranty. Ranty kaget dan botol air minum itu belum ditutup ternyata karena kaget airnya tumpah mengenai jaket Ammar
"ya ampun kak maaf." Membantu membersihkan air yang ada dijaket Ammar
"udah gapapa kok, ntar dilepas aja." Ammar masih mengusap jaketnya yang sedikit basah itu. Ranty menunduk didepan dada Ammar dan saat Ammar mau menunduk setelah mengambil tisu dari tasnya Ranty mengangkat kepalanya membuat kepalanya membentur kening Ammar
"au." Ammar kesakitan
"maaf kak Ammar, kak Ammar gapapa kan." Ranty tanpa sadar mengelus kening Ammar karena panik. Ammar hanya menggeleng wajahnya aneh entah bingung atau kaget setelah keningnya disentuh tangan lembut Ranty. Ammar menelan ludah saat wajahnya terkena hembusan napas Ranty sungguh sayang sekali dia mengedipkan mata. Ranty tersenyum padanya yang diam seperti patung itu. perlahan Ammar juga tersenyum pada Ranty. Mereka saling berpandangan.
"makasih ya." Napas Ammar berhembus diwajah Ranty dan Ranty hanya tersenyum, sadar tangannya masih dikening Ammar cepat-cepat dia menurunkan tanganya itu. mereka saling menatap.

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang