38

395 10 1
                                    

"iya enaakkkk banget." Ammar tersenyum bodoh
"kan bener." Ranty tersenyum puas Ammar hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan membuang napas. Saat beberepa meter.
"kak." Ranty melihat keluar
"apa lagi sayang." Ammar melihat Ranty
"kita ke situ ya." Ranty tersenyum menunjuk sebuah pusat perbelanjaan
"mau beli apa lagi." Tanya Ammar
"udah ayo." Ranty manja
"ya udah." Ammar membelokkan mobilnya, Ammar turun mau membukakan pintu tapi Ranty sudah keluar sendiri
"ayo kak." Ranty menggandeng tangan Ammar
"mau beli apa sih." Tanya Ammar lagi
"apa ya." Ranty maasih memikirkan sesuatu
"es krim apa yogurt." Ammar memberi saran
"emm es krim aja ya, tapi yang dilantai 3." Ranty menarik tangan Ammar, Ammar ikut saja dan membuang napas. Setelah dapat Ranty mengajak pulang.
"udah gak mau yang lain." Tanya Ammar
"gak udah ini aja." Ranty tersenyum "udah yok kak ntar lama-lama disini ada yang naksir sama kakak." Ranty menggandeng tangan Ammar
"aishhh pake gombal segala." Ammar mencium tangan Ranty
"kak Ammar." Ranty melihat Ammar
"kenapa, biar orang tau kalau kakak ini milik kamu biar gak ada yang lirik kan udah ada yang punya." Ammar menaik-naikkan alisnya
"githu ya." Ranty menempelkan kepalanya didada Ammar
"yee malah gantian kamu yang lengket." Ammar menatap Ranty yang melihatnya, dan mereka pun pulang. Sesampainya dirumah Ammar duduk diruang tengah Ranty langsung kebelakang tak lama dia sudah datang membawa secangkir teh untuk Ammar, setelah itu Ranty duduk dan langsung memeluk suaminya
"kenapa." Tanya Ammar
"pengen peluk aja." Ranty tersenyum
"bilang aja kenapa." Ammar menyibak rambut istrinya
"emang gak ada kok." Ranty melepaskan pelukannya "ini." Ranty memberikan cangkir teh itu pada Ammar, Ranty menatap Ammar sambil meminum Ammar juga menatap Ranty
"mau." Ammar menyudahi minumnya tapi Ranty tetap menatapnya, Ammar tersenyum merasa aneh Ammar mendekatkan wajahnya tapi Ranty tetap menatapnya kemudian Ammar mencium pipi Ranty dekat bibirnya bukannya menjauh tapi Ranty malah memeluk Ammar "kamu kenapa." Tanya Ammar lagi
"gapapa pengen tau aja kalau kak Ammar Ranty tatap mau ngapain hhhheee." Ranty tersenyum
"jadi cuma ngerjain aja." Ammar menggigit pundak Ranty
"apaan sih." Ranty menaikkan pundaknya
"salah sendiri nakal." Ammar menggigit lagi
"kak." Ranty melepaskan pelukannya "emmm kakak udah tau belum." Ranty membuat penasaran
"apa kamu beneran hamil." Ammar mendekat ke Ranty
"bukan itu." Ranty masih saja membuat penasaran
"terus." Ammar lagi
"kakak tu bener-bener ganteng ya." Ranty tersenyum "apalagi diliat dari ujung monas heee." Ranty meledek
"kamu ya mulai nakal ya sekarang." Ammar menggelitik dan mereka berdua tertawa berdua, Ranty setengah berbaring disofa karena Ammar terus menggelitiknya, dan wajah mereka tak terasa semakin dekat Ammar menatap istrinya itu dengan penuh rasa tatapan yang selama ini sering dia berikan pada Ranty, tatapan yang tak pernah berubah.
"kak." Ranty menyadarkan Ammar
"emm." Ammar langsung duduk
"kenapa." Ranty duduk didekat Ammar
"gak."Ammar tersenyum
"emm ya udah dech Ranty kebelakang dulu ya." Ranty mencium pipi suaminya
"iya." Ammar tersenyum lagi
Ranty masuk kamarnya, dia mengambil sesuatu dari tasnya apa itu hanya Ranty yang tau, dia masuk kekamar mandi, terlihat Ammar juga masuk kekamarnya dia merebahkan tubuhnya.
Ranty didalam kamar mandi "ya Allah berikan apa yang telah diminta kak Ammar suami hamba." Ranty gelisah sedang menunggu sepertinya dan saat dia mengambilnya dia tersenyum dengan air matanya dia langsung bersujud "alhamdulilah." Air matanya terus mengalir, kemudian dia keluar dengan wajah yang terlihat bahagia meski air matanya tak dapat dia bendung lagi, dia melihat Ammar sedang terbaring diranjangnya dia duduk "kak." Ranty memegang tangan Ammar
"iya." Ammar duduk disampingnya
"Ranty punya sesuatu." Ranty tersenyum
"kamu kenapa kok nangis sih, kakak salah apa bilang sayang maaf ya kalau kakak salah, kenapa." Ammar dengan matanya yang berkaca-kaca dengan menghilangkan air mata Ranty dengan lembut
"kak Ammar gak salah kok, sudah ini bukan kabar sedih kok." Ranty tersenyum lagi
"lalu apa." Ammar mengusap air matanya sendiri
"ini." Ranty memberikan tes kehamilan itu (maaf apa ya namanya gak tau emm pokoknya ya itu aja)
Ammar menerimanya dan melihatnya, dia mendongakkan wajahnya keatas air matanya tak terbendung lagi dia menangis, dia melihat istrinya dan tersenyum kemudian dia turun dari ranjangnya lalu bersujud syukur lalu memeluk istrinya "alhamdulilah ya Allah terimakasih, sayang terimakasih." Ammar terus menangis
"hmm iya kak alhamdulilah." Ranty juga menangis
"hremss." Ammar menahan ingusnya melapaskan pelukannya "sayang jadi tadi kamu nangis karena tau kamu." Ammar memegang perut istrinya
"iya kak." Ranty tersenyum
"sayang." Ammar mencium perut istrinya "emm kita harus kasih tau Ayah Bunda Papa Mama Juan Syahnas semua harus tau." Ammar bingung campur aduk rasanya (rasa gado-gado kayaknya haaaa)
"kak, lihat Ranty." Ranty menarik tangan Ammar "jangan dulu ya kita pastiin dulu kedokter kalau memang benar baru kita kasih tau." Ranty memegang wajah Ammar dan menghapus air mata Ammar
"ya udah sekarang aja ya ayo." Ammar berdiri
"kak Ammar tenang dulu, duduk dulu sini." Ranty menepuk ranjang disampingnya dan Ammar pun duduk
"terus kapan sayang, emm sayang kamu baik-baik ya didalam ayah akan jaga kamu." Ammar mengelus lembut perut istrinya dan mengajak bicara calon bayinya itu
"iya ayah." Ranty tersenyum
"hmmm." Ammar memeluk lagi istrinya "sayang terimakasih ya pokoknya apa pun yang kamu mau bilang sama kakak ya, mau dimanapun kakak mau." Ammar menangis lagi
"kok kak Ammar nangis lagi sih." Ranty mengelus punggung suaminya itu
Ammar melepaskan pelukannya "ini rasa bahagia sayang." Ammar mencium tangan Ranty
"udah tenang." Ranty memegang tangannya dan Ammar mengangguk "ya udah sekarang cuci muka terus kita kedokter gimana." Ranty tersenyum
"hmm ya udah cuci muka dulu kamu tunggu ya." Ammar mencium perut Ranty sebelum pergi Ranty tersenyum
Ammar melajukan mobilnya perlahan kedokter, Ranty diperiksa dan benar saja istrinya Ranty tersayang telah positif hamil, Ammar sangat-sangat bahagia. Dia langsung mengabarkan kabar baik ini keorang tuanya orang tua Ranty dan kakak Ranty juga. Semua datang kerumahnya untuk memberi selamat dan malamnya meraka sudah pulang. Setelah shalat isya Ranty duduk dimeja biasa dia mengisi waktu luang dengan laptopnya, dia membuka lagi file skripsinya dia ingat pertanyaan Juan tadi pagi rupanya, Ammar masuk melihatnya dan mendekatinya
"sayang." Ammar memegang pipi Ranty dari belakang
"iya kak." Ranty memegang tangan Ammar yang ada dipipinya
"ngapain." Tanya Ammar lalu berdiri disamping Ranty
"lagi pengen lanjutin skripsi lagi kak udah lama gak Ranty pegang." Ranty melihat Ammar
"ntar aja lah kalau udah 4 bulan biar kuat baby nya, kamu gak lupa pesen dokter tadi kan." Ammar mengelus kepala Ranty
"iya kak Ranty inget ini cuma buka-buka aja." Ranty terus sibuk dengan laptopnya
"udah sekarang kamu istirahat biarin aja skripsinya ditinggal dulu." Ammar menarik tangan Ranty mendirikan tubuh Ranty menuntunnya keranjang menyuruhnya naik keranjang dan berbaring Ammar menarik selimut "istirahat ya." Ammar mencium kening Ranty dan berlalu mematikan laptop Ranty tak lama dia kembali merebahkan tubuhnya disamping Ranty memeluk Ranty.
"apa sih rasanya hamil sayang." Tanya Ammar
"emang kak Ammar mau tau." Ranty melihat suaminya
"iya lah biar aku bisa rasain juga apa yang kamu rasain." Ammar tersenyum
"emm rasanya tu kayak." Ranty masih mencari alasan
"kayak apa." Ammar penasaran
Ranty tersenyum "emm kayak roti tawar dikasih susu terus dicelupin teh panas." Ranty menggigit bibirnya
"kamu tu ya kakak serius ini, kalau itu kamu yang mau." Ammar memeluk erat tubuh Ranty
"kakak sakit lepasin." Ranty memberontak tapi apalah daya dan Ranty pun menggigit dagu Ammar lalu Ammar melepaskannya
Tanpa peduli dengan dagunya yang sakit Ammar langsung menekan kepala Ranty dengan kepalanya "hayo mau gimana kalau kayak gini."
"kakkkk." Ranty mendorong tubuh Ammar dan Ammar tak bergeming sedikit pun "aduhhh." Seketika Ammar panik
"kenapa sayang mana yang sakit haaa mana." Ammar duduk dengan memegang tangan perut wajah Ranty
"gak ada." Ranty tersenyum
"kamu ya." Ammar menggelitik Ranty
"kak ahh." Ranty memberontak "kak capek." Ranty mengeluh
Ammar menghentikan aksinya "ya udah tidur aja udah malam." Menarik selimut
"kok udah gak lagi." Ranty menggoda suaminya
"besok lagi kasian anak ayah, ya sayang kita bobok ya sayang, baik-baik didalam ya." Ammar mengelus perut istrinya "kita berdo'a ya sayang bismukaallahumaahyawaamud Aammiin." Ammar lalu mencium perut istrinya
"Aammiin." Ranty tersenyum pada suaminya
"selamat istirahat bunda," Ammar mencium kening hidung dan bibir Ranty yah ritual mereka sebelum tidur.
Adzan subuh berkumandang, Ammar dan Ranty telah siap untuk shalat Ammar mencium perut Ranty mengajak calon bayinya bicara dan shalat. Sejak Ranty hamil Ammar tidak pernah pulang malam bahkan dia sering dirumah untuk menemani istrinya walau hanya sekedar ngobrol dirumah, tapi sesekali Ranty minta diantar ketempat kemana yang dia mau, Ammar yang tidak mau istrinya kenapa-napa dan sebagai wujud rasa perhatiannya juga sebagai suami siaga Ammar rela meninggalkan dunia kerjanya, hanya sesekali saja dia kekantor, ya itulah Ammar yang ingin membuktikan kata-kata sayangnya pada istri tercinta. Hari demi hari telah mereka lalui tak terasa usia kandungan Ranty memesuki 5 bulan.
"kak." Ranty duduk disebelah Ammar yang sedang duduk santai membaca buku menyandarkan kepalanya dipundak Ammar
"apa sayang." Ammar menepu-nepuk lembut pipi Ranty yang telah bersandar dipundaknya
"kak beli martabak yok." Ranty tersenyum
"malam-malam gini." Ammar menaikkan alisnya
"iya laper." Ranty manja
"kan tadi udah makan." Ammar menatap istrinya
"ya udah kalau gak mau." Ranty berdiri
"hei." Ammar menarik tangan Ranty "iya sayang." Ammar memeluk pinggang Ranty dan menarik perlahan agar mengahadapnya lalu mencium perut Ranty yang sudah mulai terlihat itu "sayang kamu ikut ngambek gak sih kayak bunda, hmm jangan ya ayah gak mau jadi sekarang kita berdua bahagiain bunda ya ajak dia beli martabak sebanyak-banyaknya." Ammar mengajak bicara calon bayinya itu memang sejak Ranty hamil Ammar sering mengajak ngobrol calon bayinya itu mengaji bahkan mendengarkan musik bersamanya hmmm ayah banget
"terus aja ngomong sama adek bunda dianggurin." Ranty cemberut
"yee." Ammar berdiri mencium kening istrinya "masak sama anak sendiri cemburu, ayo sayang." Ammar mengendong Ranty
"kak Ammar." Ranty tersenyum
"biar gak capek kasian si junior."Ammar juga tersenyum
Mereka pun berangkat setelah dapat mereka pulang dan Ranty terlihat senang sekali tapi dia tidak memakannya melainkan cuma disimpan saja, Ammar hanya menghela napas saja melihat kemauan istrinya itu
"tadi katanya laper malah disimpan." Ammar menghela napas dan berjalan kekamarnya karena Ranty sudah dulu kekamar.
Pagi ini hari minggu Ammar tidak kerja, Ranty terlihat sedang melakukan gerakan senam hamil sesuai dengan yang dia lihat dilaptopnya. Dia duduk bersila dengan tangan yang dia tutup didepan dadanya. Ammar baru keluar dari kamar mandi mengganti pakaian shalatnya tadi, baru dia keluar dia melihat Ranty sedang duduk bersila dan dia pun melaksanakan aksi jailnya pada istrinya yang terlihat serius itu, dia duduk dibelakang Ranty tepat dibelakang istrinya, tiba-tiba dia langsung memeluk istrinya itu dari belakang
Ranty membuka matanya "kak Ammar ini Ranty sedang serius."
"kakak suka aja pegang perut buncit kamu hmm bagaimana ya kalau udah 8 atau 9 bulan aku gak mau pisah ahh mau terus disamping kamu." Ammar meletakkan dagunya dipundak Ranty
"itu harus." Ranty melihat Ammar
"pasti sayang." Ammar mencium istrinya, Ranty tersenyum padanya dan menyandarkan tubuhnya pada tubuh Ammar
"kak boleh nanya gak." Ranty dengan lembut
"apa sayang." Ammar juga

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang