4

10K 744 8
                                    

"Saya gak pacaran Ms." ujar Alrick di hadapan Ms. Lia. "Saya tuh lagi ngobrol di taman belakang. Sumpah."

"Iya, saya percaya kamu. Tapi masalahnya, kalian ini bolos di jam pelajaran. Dan alasan kalian berdua tidak logis."

"Tapi Ms. Lia, faktanya memang seperti itu," ucap Adiva. "Saya juga gak akan pacaran sama cowok kayak dia."

Ms. Lia hanya menggeleng dan bangkit dari duduknya. "Sudahlah, Mr. Dendra tolong atasi kedua anak ini."

Mr. Dendra, guru BK kelas 12 yang termasuk jajaran guru killer di SMA Angkasa Raya. Pria dengan mata yang tajam menatap keduanya curiga, ia bedeham dan duduk di hadapan Alrick dan Adiva, keduanya hanya menunduk tak berani menatap. "Bolos dan berpacaran di jam pelajaran?"

Adiva langsung mengangkat wajahnya. "Saya ga pacaran, Mr."

"Iya, Mr. Saya cuma bolos." bela Alrick. "Saya gak mungkin pacaran sama dia."

"Saya tidak mau mendengar kejadian seperti ini terulang. Sekarang, kalian bersihkan ruang olahraga sekolah dan bersihkan kantin saat jam istirahat." ujarnya.

Alrick yang mendengarnya segera protes. "Banyak banget, Mr."

"Mau saya tambah?" mata tajamnya menatap Alrick lantas yang ditatap pun hanya diam dan menurut. "Cepat, kerjakan sekarang."

"Tapi, nanti kalo bersih-bersih kantin saya gak jajan." ucap Adiva.

"Masih ada istirahat jam kedua." jawabnya. "Cepat kerjakan!"

Mereka berdua bangkit dan pergi ke ruang olahraga yang besar lapangannya sekitar 20 x 10 meter. Adiva sudah menarif nafasnya panjang sebelum ia benar-benar membersihkan lapangan. Alrick sudah mengambil start lebih awal, lelaki itu mengambil sapu dan membersihkan lapangan sedangkan Adiva menyapu bangku penonton. Butuh waktu lama untuk membersihkan ruang olahraga sekitar satu setengah jam dan masih ada satu setengah jam lagi untuk mengepel.

Setelah semuanya selesai Alrick dan Adiva duduk di bangku penonton sambil menunggu bel istirahat berbunyi.

"Itu guru gila sumpah," umpat Adiva. "Ruangan segede gini yang bersihin cuma dua orang."

"Seenggaknya kita gak di bersihin satu sekolah." sambung Alrick.

"Karna dia gak gila ba—" ucapan Adiva terpotong karena suara nyaring bel terdengar. "Kampret."

Keduanya menarik nafas berat masing-masing dan menuju ke kantin. Jika saja Mr. Dendra bukan gurunya, sudah ia tendang.

Sampailah mereka di depan kantin, sudah banyak murid yang duduk dan makan bersama di kantin, yang pacaran pun ada, contohnya Kenzi dan Violet. Alrick yang sedang berdiri di dekat penjual batagor menatap Adiva yang terfokus pada Kenzi dan Violet. Adiva berbalik dan mengambil sisa makanan di atas meja dan membawanya ke dapur kantin. Alrick yang sadar akan pekerjaannya juga mengambil piring-piring kotor itu.

"Rick, ngapain lo?" tanya Kia, teman sebangkunya. Juga Nath yang sedang bersama Kia.

Alrick menunjukkan piring-piring di tangannya. "Di hukum sama setan."

"Siapa?" tanya Nath, cowok itu menatap Adiva. "Dia di hukum juga?"

"Lo ngapain?" Kia bingung menatap keduanya.

"Bolos, ketemu dia, ketemu guru, dihukum." jawabnya.

"Sabar ya," Nath duduk di meja yang dekat dengan tempat mereka berdiri bersama Kia. "Pak bakso satu,"

Alrick kembali mengambil dan meletakkan piring-piring kotor itu ke dapur kantin. Setelah tiga puluh menit melakukan itu, mereka membersihkan lantai dan meja-meja yang berantakan. Kantin sudah bersih dan mereka kembali ke kelas masing-masing. Alrick memasuki kelasnya, tidak ada guru. Pertanyaan-pertanyaan aneh sudah mengganggunya.

"Lo pacaran sama Adiva?"

"Lo bolos bareng?"

"Ngapain aja lo di sana?"

"Berdua doang? Threesome bisa kali,"

Atau ada yang bergossip.

"Gila, anak baru berani banget bolos."

"Tadi gue mau ke perpus gak sengaja ngeliat mereka berdua di halaman belakang."

"Sumpah berduaan di halaman belakang?"

"Iya tapi ketauan Ms. Nara sampe di seret-seret ke ruang BK."

Penguntit.

Alrick menatap Kenzi dan Violet yang sedang bersama, Kenzi juga tak sengaja menatapnya, namun dengan tatapan tidak suka, lalu berbalik menatap sang pacar. Seharusnya, Alrick yang menatapnya tidak suka bukan Kenzi. Mengingat Adiva yang bolos hanya karena cowok seperti dia, Alrick ingin menendang Kenzi sekarang juga.

Tunggu, memang Adiva siapanya?

"Hm," suara dehaman yang membuat seluruh kelas menoleh menampakkan pria dengan kacamata tebal. "Kalian bukannya memanggil saya, ini jam pelajaran saya sudah lewat satu jam. Cepat berdiri di lapangan sampai jam pelajaran saya selesai!"

Lagi, Alrick harus berdiri di lapangan yang panasnya tidak bisa di ajak kerja sama. Terlihat kelas Adiva yang sedang olahraga dan gadis itu yang sedang berlari mengelilingi lapangan dengan baju olahraga berwarna birunya. Sepertinya ia terlambat jam pelajaran olahraga. Sudah jelas, setengah jam mereka membersihkan kantin.

"Jodoh lo sama dia." celetuk Kia di sampingnya. "Sama-sama kena hukuman."

"Nenek lu baru lahir jodoh,"

Kia menunjukkan wajah memelasnya. "Nenek gue udah meninggal, huhuhu."

"Sabar Ki, gue tau ini rencana Tuhan yang terbaik." timpal Nath.

"Iya bro, thanks."

Alrick hanya menggeleng. Seharusnya ia tidak memilih teman seperti Kia dan Nath.

"Eh, pingsan, eh tolongin itu." teriak seorang anak lantas mereka bertiga menoleh ke asal suara. Kelasnya dan kelas Adiva yang sedang berolahraga berkerumun.

"Tolong woy,"

Mereka bertiga melihat siapa yang pingsan, Adiva. Sudah Alrick duga, gadis itu tidak akan kuat untuk berlari 25 putaran mengelilingi lapangan. Alrick tau hukuman itu, karena Nath pernah menceritakan bagaimana sangarnya guru olahraga mereka. Alrick yang tidak tega melihat wajah pucat gadis itu akhirnya menggendong Adiva menuju UKS. Bukan apa-apa, sebanyak siswa itu hanya berfikir untuk mengambil minyak kayu putih di UKS dan mengerumuni Adiva. Bodoh.

Parahnya, guru olahraga mereka baru kembali mengambil bola saat Alrick menggotong gadis itu menuju UKS.

•••••

[A/N] sengaja apdet lebih cepet hehehe. Vomment ya heheh

A.A.R [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang