Pesawat dari Denpasar menuju Jakarta sudah tiba pukul 9.00 pagi. Mereka juga kembali ke rumah masing-masing. Senin besok mereka akan kembali bersekolah seperti biasanya.
"Adiva pulang!" seru Adiva saat membuka pintu rumahnya. Senangnya dia ketika mendapati dua orang tersayangnya berada di rumah.
"Div! Mana oleh-oleh buat gue?" tanya Ale begitu mendapati Adiknya datang dengan koper besar dan beberapa bungkusan di tangannya.
Adiva menatap jengkel pada Kakaknya. "Giliran oleh-oleh aja cepet, selesaiin dulu tuh skripsinya."
"Skripsi gue udah selesai, mana cepet oleh-olehnya?" Ale mengambil paksa bungkusan di tangan Adiva. "Lo tuh harus ngedoain gue, skripsi gue udah di terima kapan tau dan minggu depan gue sidang terakhir."
"SERIUS LO? DEMI APA?! KAKAK KESAYANGAN GUE INI BAKALAN LULUS KULIAH?" jerit Adiva senang saat mendengarnya.
Ale hanya menyengir senang. Aunty Amel yang sedari tadi memerhatikan keduanya akhirnya berjalan mendekat.
"Shh, jangan berisik. Ganggu tetangga. Gimana liburannya? Seru gak?" tanya Aunty Amel.
Adiva menarik kopernya ke ruang keluarga. "Seru banget, Adiva bakal ceritain semuanya secara detail."
"Bener ya semuanya? Detail ya?"
"Eh, enggak deh. Ada yang rahasia." wajah Adiva memerah seketika, tentu saja ia berusaha menyembunyikannya dari Ale dan Aunty Amel.
"Dasar labil."
Adiva menceritakan semua hal yang dilakukannya selama dua minggu berlibur, tentunya Adiva tak akan memceritakan beberapa momennya dengan Alrick. Cukup Adiva, Alrick dan Tuhan yang tau.
"Ah, coba gue bisa liburan. Pasti seru banget," Ale berandai-andai setelah mendengar cerita dari Adiva. Memang benar, keluarga Adiva sedang disibukkan dengan urusan masing-masing.
Setelah memberikan oleh-oleh pada Kakak dan Aunty Amel, Adiva memilih untuk tidur siang.
•••••
"Adiva!" suara panggilan yang sangat Adiva kenal terdengar di telinganya, dengan cepat ia membuka pintu rumahnya. Terlihat sesosok Kenzi dengan senyum yang hangat.
"Kenzi! Gue kangen!" Adiva menghambur ke pelukan Kenzi. "Gue ada oleh-oleh buat lo."
"Nanti aja deh. Kita jalan-jalan yuk! Lo gak sibuk 'kan?" tanya Kenzi berharap Adiva akan mengiyakan pertanyaannya.
Dengan senang hati Adiva mengangguk. Ia melihat sepeda hitam milik Kenzi terparkir di depan pagar rumahnya, Adiva langsung menuju garasi dan mengambil sepeda miliknya.
"Kita ke taman ya," ucap Kenzi yang sudah siap dengan sepedanya.
Mereka pergi ke taman komplek yang tak jauh dari rumah mereka. Entah kenapa perasaan Adiva terhadap Kenzi bisa menghilang begitu saja setelah bertemu dengan Alrick. Perasaannya terhadap Kenzi sungguh menyiksanya, dan ketika perasaan itu menghilang membuatnya sedikit lebih tenang.
Mereka duduk di salah satu bangku taman. Terakhir mereka pergi kesini saat Adiva dan Kenzi duduk di bangku kelas 7 SMP dan sekarang mereka hampir duduk di bangku kelas 12 SMA, taman ini tetap sama dan tak ada yang berubah setelah hampir lima tahun tak mereka kunjungi.
"Udah lama ya Ken, kita gak kesini." ucap Adiva seraya menatap taman. "Lima tahun gak ada yang berubah. Jadi kangen masa kecil."
"Kangen banget, tapi kayaknya lo bakal kangen gue banget deh." ucap Kenzi yang tidak di mengerti Adiva.
Adiva mengernyit. "Maksud lo?"
"Papa pindah tugas Div, nanti malem gue bakal berangkat ke Amerika." ucapan itu saja sudah membuat Adiva mematung. "Gue gak tau sampai kapan gue menetap disana, kata Papa sampai proyeknya selesai. Tadinya gue mau ngomong ke lo dua hari yang lalu, tapi lo belum pulang."
"Kenapa mendadak? Lo bisa telfon atau sms gue."
"Sorry Div, tapi gue gak mau ngomong lewat telfon. Nanti kalo lo sedih gue gak bisa meluk lo dan liburan lo ke ganggu."
"Gue lebih sedih kalo sahabat gue pergi jauh dan cuma bisa gue liat dari layar ponsel."
"Gue janji deh kita gak akan lost contact sampe kita ketemu lagi."
"Tapi itu pasti lama banget Ken. Gue takut kita bener-bener gak bisa ketemu, nanti lo lupa sama gue gimana? Disana 'kan ceweknya cantik-cantik."
"Gak bakal." Kenzi sedikit terkekeh. "Gue juga mau minta maaf karna selama ini gue bohong sama lo."
"Bohong?"
"Selama ini gue suka sama lo. Bukan Maura atau Violet, tapi lo. Gue baru tau dari Maura hari senin kemarin kalau lo juga suka sama gue, gue pikir selama ini lo suka sama Alrick."
Air matanya mulai membasahi pipinya. Bagaimana bisa laki-laki di sampingnya mengatakan hal itu disaat perasaannya sudah hilang. Semuanya terlambat, bahkan sangat terlambat.
"Lo telat Ken, kenapa lo gak jujur sama gue dari awal? Semuanya udah terlambat cinta gue bukan untuk lo, tapi Alrick, dia yang bisa ngambil hati gue dari lo. Lo pikir gue bahagia ngeliat lo selalu berdua sama cewek lain? Saat lo jadian tiba-tiba, ini, itu. Sakit Ken, apalagi saat lo bilang lo suka Maura. Gue gak bisa nyalahin Maura, karna cinta gak pernah salah. Gak mudah Kenzi Athaya Prananta."
Adiva hanya merasa sesak di dadanya, kenapa semuanya harus terlambat? Kalau saja Kenzi mengatakannya lebih awal Adiva tak akan terus menerus merasakan sakitnya mencintai.
"Maaf."
Adiva berusaha menghentikan tangisnya, walau ia tak bisa. "In-tinya, lo ... tetep sahabat gue."
"Sahabat ya?"
Adiva memeluk Kenzi erat. "Sahabat. Sampai kita bertemu lagi kita akan terus bersahabat Ken, gue sayang lo ... sebagai sahabat terbaik gue."
Kenzi membalas pelukan Adiva. Kenzi sangat menyesal atas dirinya yang tak mau jujur pada Adiva. Andai saja waktu dapat di putar ia akan menyatakannya lebih awal.
"Sekarang, kita main sepuas kita sebelum kita dipisah oleh jarak."
Mulai dari mengobrol, bernyanyi, bermain kejar-kejaran dan banyak hal lainnya mereka lakukan. Adiva pastikan ia akan merindukan canda tawanya dengan Kenzi.
"Udah mau gelap Div, gue harus pulang, jam setengah 7 gue berangkat ke bandara."
Adiva kembali memeluk erat Kenzi, entah ia sungguh berat melepas sahabatnya yang sejak kecil selalu di sampingnya. Mereka berpisah di antara dua pagar rumah.
Tak sadar air matanya sudah mengalir di pipinya.
Kenzi tersenyum dan menghapus air mata di pipi Adiva lalu bicara. "Jangan nangis lagi, tadi katanya lo gak mau sedih. Kalo lo sedih nanti gue ikutan sedih. Pokoknya kalau lo butuh apa-apa lo hubungin gue."
"Gue mau ke rumah lo sampe lo bener-bener pergi ke bandara." Kenzi menarik nafasnya dan mengangguk.
Kadang sahabat adalah seseorang yang benar-benar membuat jengkel, tetapi dia adalah seseorang yang paling engkau rindukan setelah perpisahan.
•••••
[A/N] Feel-nya kurang dapet, bingung gue mau gimana, ya intinya part ini gue persembahkan untuk sahabat-sahabat terbaik gue maupun kalian. I love u 6934.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.A.R [Completed]
Teen Fiction[#42 in Teen Fiction 29 Desember 2016] "Nama gue Alrick Achazia Radhifa." "Nama gue Adiva Ayska Rafandra." "Inisial nama kita sama jangan-jangan kita jo..." "Mblo." "Sorry, gue gak jomblo gue udah punya pacar." Singkat cerita setelah perkenalan itu...