3

10.3K 686 4
                                    

"Kak Ale! Luna! Buruan!" teriak Adiva sambil mengikat tali sepatunya.

Ale datang terburu-buru dengan penampilan yang acak-acakan. "Sabar dong,"

"Ngapain aja sih lama banget?" sungutnya seraya berkacak pinggang menatap Ale yang sedang membenarkan rambutnya.

Luna datang tergesa-gesa lalu menatap Adiva. "Yaampun, Kakak bawel banget sih,"

"Nanti telat," Adiva membuka pintu kiri mobil dan duduk di dalamnya. Ale duduk di bangku kemudi dan Luna masih memakai sepatunya.

Setelah siap mereka berangkat ke sekolah masing-masing, 10 menit untuk sampai di sekolah Luna, 20 menit untuk sampai di sekolah Adiva dari sekolah Luna. Dan 30 menit kemudian sampai di kampus Ale.

Seperti biasa kelasnya sudah ramai, beberapa anak yang berkumpul untuk mengejakan PR, ada sebagian yang bergossip, dan ada segerombolan anak cowok yang bercanda di pojok kelas. Maura tengah asik memainkan ponselnya hingga tak melihat Adiva yang baru saja datang.

"Maura!" panggilnya seraya duduk di samping Maura dan hampir membuat gadis itu terkejut. "Gak usah sok kaget gitu deh,"

Maura berdecak. "Lo kayak setan. Lama banget sih lo datengnya, lima menit lagi masuk tau."

Cengiran Adiva melebar. "Jajan ke kantin yuk,"

"Sebentar lagi masuk."

"Gue laper," Adiva menarik paksa Maura ke kantin. "Tadi pagi bangunnya kesiangan semua, jadi gak sempet sarapan."

Maura masih mencoba untuk melepaskan tangannya, ia tidak ingin di seret-seret seperti itu. "Gue bisa jalan sendiri Div."

Tanpa menoleh Adiva menjawab. "Nanti lo kabur kalo dilepas."

"Lo pikir gue kambing apa diseret-seret gini?" protes Maura. "Mending kalo lo ke—"

"Gak jadi, balik aja." Yang tadinya Adiva menyeret Maura ke kantin, sekarang tarikan gadis itu melonggar, diam menatap ke arah kantin. Maura melihat apa yang Adiva tatap. Gadis itu mengerti dan mengikuti Adiva yang sudah pergi ke kelasnya.

Kenzi dan Violet—pacar baru Kenzi. Mereka berdua sedang sarapan bersama sambil tergelak tawa. Tentu saja, Adiva yang melihatnya tidak senang. Gadis itu lebih memilih untuk menghindari Kenzi selama beberapa hari kedepan. Setidaknya sampai menerima bahwa Kenzi sudah punya pacar. Lagi.

Bel berbunyi, tepat saat gadis itu di depan kelasnya. Namun gadis itu berbalik berjalan ke arah taman belakang. Menurutnya, taman belakang sekolah tempat yang menyenangkan untuk siapa pun yang sedang merasa sedih.

Adiva menyalakan musik dan menyambungkan pada earphone miliknya. Lagu If I Could Fly yang sedang menggambarkan perasaannya saat ini. Adiva memejamkan matanya merasakan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya.

I've got scars
Even though they can't always be seen
And pain gets hard
But now you're here and i don't feel a thing

Kadang, hanya musik yang mampu mengatakan perasaan seseorang ketika mulutnya kelu tak sanggup menjawab. Dan lirik lagu itu sangat menjawab perasaannya setelah beberapa bulan terakhir. Tanpa sadar air matanya jatuh begitu saja, kehilangan, perpecahan dan awal baru yang buruk, itu sangatlah tidak mudah.

"Gue kira lo gak pernah bolos?"

Sadar, dengan cepat Adiva mengusap air matanya yan telah jatuh, ia sudah berjanji tidak akan menangisi masalahnya. Adiva melepaskan earphone di telinganya dan menatap seseorang yang bicara di belakangnya, laki-laki itu lagi. Ia mendengus menatapnya lalu berbalik, Alrick duduk di sebelahnya.

"Suasananya bagus ya, cocok buat orang galau." gumam Alrick. Adiva tidak menggubrisnya. Lelaki itu menatapnya. "Lo lagi galau? Kenapa?"

"Gapapa," jawabannya di sambut dengan gelengan.

"Bokap gue meninggal waktu gue kelas 4 SD terus Nyokap nikah lagi." ujarnya seraya tersenyum miris. "Untunglah Bokap Tiri gue baik,"

Adiva hanya tersenyum kecil menatap Alrick tanpa melihat dirinya. "Kasihan."

"Lo ngapain disini? Sakit hati?" pertanyaan yang tepat untuk Adiva sekarang. Namun Adiva terlalu naif untuk mengakuinya.

"Enggak,"

Alrick tertawa. "Gak usah bohong deh, tadi gue liat lo gak suka banget ngeliat Kenzi sama Violet."

Matanya menatap tajam Alrick. "Lo kenal Kenzi?"

"Temen sekelas gue," Adiva hanya ber-oh ria mendengarnya. "Lo suka Kenzi?"

Adiva menyergah pertanyaan Alrick. "Apasih, Kenzi tuh sahabat gue. Gak mungkin gue suka."

"Gak ada yang gak mugkin, apalagi cinta di antara sahabat. Selalu ada, keduanya atau salah satunya pasti punya perasaan yang lebih."

Adiva hanya tersenyum kecut mendengarnya. "Dan sayangnya hanya salah satu."

"Lo suka Kenzi."

"Gak."

"Iya."

"Gak."

"Iya." Adiva tidak mau menyahutinya lagi dan memasang kembali earphone di telinganya. Tapi Alrick melepaskan earphone di telinga Adiva. "Nanti lo tambah galau bego,"

"Apaan sih, gak usah gangguin gue. Lagian lo anak baru bolos segala,"

"Lo juga bolos, tampang doang anak baik."

"Gue baru dua kali bolos." jawabnya.

"Btw, kita belum kenalan." Alrick mengulurkan tangannya. "Nama gue Alrick Achazia Radhifa."

"Gue gak nanya."

"Serius."

Akhirnya Adiva memyambut uluran tangan Alrick. "Nama gue Adiva Ayska Rafandra."

Alrick tertawa. "Masa' inisial nama kita samaan. A.A.R. Jangan-jangan kita jo..."

"Mblo." tawanya diikuti dengan tawa Adiva. Cowok itu berhenti tertawa lalu menatap Adiva.

"Sorry bro. Gue gak jomblo, gue udah punya pacar." jawabnya. "Tapi, dia lagi ngambek sama gue. Gara-gara gue bilang lo lumayan."

Tidak mengerti dengan perkataan Alrick akhirnya bertanya. "Apaan yang lumayan?"

"Gue cerita sama cewek gue tentang kejadian kemarin, dia nanya lo cantik atau enggak? Gue jawab lumayan dia ngambek."

Adiva tertawa dan bangkit dari duduknya. "Rasain lo kena sial gak mau minta maaf sama gue. Udah ah, gue mau balik."

"Ikut."

Terlihat sosok wanita muda dengan badan yang cukup besar dan wajah yang menyeramkan. Ms. Nara, guru killer yang mengajar ekonomi. "Sudah selesai pacarannya?"

Adiva menyangkalnya. "Saya bukan pacarnya, Ms."

"Terus apa kalau bukan pacar? Istri? Bagus ya kalian bolos di jam pelajaran, pacaran lagi." cerocos Ms. Nara.

"Duh, Ms. Nara yang cantik, saya enggak mau punya istri kayak dia. Amit-amit." Alrick pun menyangkal pertanyaan Ms. Nara.

Ms. Nara menjewer telinga mereka. "Ikut saya ke ruang BK."

Baru saja kemarin mereka memasuki pintu coklat itu, hari ini juga.

•••••

A.A.R [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang