23

6.5K 513 6
                                    

"Adik gue," jawab Alrick senang sekaligus bingung dengan nada bicara Adiva. "Kenapa?"

Adiva hanya diam mematung mendengarnya. "Gapapa, cuma nanya. Kayak pernah liat. Btw, gue duluan ya, ada tugas yang belum selesai."

"Eh, Div, tunggu dong." Alrick menarik lengan Adiva. "Gue ikut ya,"

"Enggak usah, lo balik ke kelas lo aja, kelas gue kan jauh. Udah mau masuk." Adiva buru-buru berjalan ke loker untuk mengambil laptop dan masuk ke kelasnya, kalau seperti ini otaknya tidak akan benar untuk belajar.

Jalan satu-satunya adalah ke taman belakang. Tapi pasti guru sudah tau tempat persembuyiannya, lebih baik Adiva pergi ke rooftop sekolahnya. Tempat teraman untuk membolos karena belum pernah ada berita tentang siswa yang bolos di rooftop sekolah. Mungkin karena disana panas jadi jarang ada siswa yang membolos. Tapi ada ...

Kenzi.

Sayangnya, laki-laki itu sudah tidak bersekolah disini.

Hari ini mendung, tapi tidak hujan. Jadi, di rooftop tidak terlalu panas. Bahkan udara pagi pun terasa lebih sejuk disini di bandingkan dengan udara di taman belakang. Adiva merogoh ponsel di sakunya, layarnya retak. Adiva masih bisa mengingat jelas bagaimana pertemuannya dengan Alrick.

Bahkan Adiva tidak habis pikir bagaimana Tuhan membuat hidupnya penuh kejutan. Baru saja Adiva kehilangan Luna dan mencintai seseorang yang membuatnya bahagia kembali, tapi ternyata orang itu juga yang merusak kebahagiannya, secara tidak langsung. Adiva tidak mau bersangkutan dengan orang jahat. Terutama yang menyakiti keluarganya.

Bel sudah berbunyi nyaring, semua murid masuk ke kelas masing-masing. Adiva membuka laptopnya yang sempat ia ambil sebelum ke rooftop. Adiva membuka aplikasi skype dan ternyata Kenzi sedang on, Adiva menyambungkannya pada akun Kenzi.

Disana terlihat Kenzi yang sedang duduk memakai kaos putih. "Lo bolos?!"

Adiva memutar bola matanya. "Dari dulu juga gue sering bolos, enggak usah sok kaget gitu, deh."

"Gue tinggal bukannya jadi anak baik malah jadi berandal gini. Gue nyanyi lagu Hotline Bling nih." Kenzi mengambil gitar yang berada di belakangnya.

"Enggak usah, berisik. Gue lagi pusing."

"Oh, iya, biasanya kalo lo bolos itu lo lagi banyak masalah, ada masalah apa sih? Cerita sini."

"Selingkuhannya Ryan—" belum selesai Adiva bicara, suara Kenzi sudah menggema di telinganya.

"Ryan siapa?"

"Ryan mantannya Luna, Ken. Lo tau 'kan?"

"Iya tau, selingkuhannya kenapa? Mau nyoba ngebunuh lo juga? Macem-macem sama lo? Biar gue suruh Tara beraksi."

Tara adalah sepupu Kenzi yang juga bersekolah di SMA Angkasa Raya, Tara sedikit berandalan seperti Bastian salah satu trouble maker di sekolah Adiva, tapi anehnya kedua orang itu tidak pernah saling bicara.

"Lebay lo, selingkuhannya Ryan itu, Adiknya Alrick. Gue serba salah, Ken. Gue mau ngejauhin Alrick, tapi ... Gue gatau bingung. Gue tau, gue egois kalau gue ngejauhin dia. Gue kacau banget, gue nggak bisa mengendalikan emosi gue. Guebtau Alrick sama adiknya beda. Gue bener-bener kacau."

Kenzi termangu mendengar curhatan panjang Adiva. Sebenarnya Kenzi tidak mau Adiva tau sebuah hal tentang Alrick yang Kenzi ketahui, saat ia ingin menyampaikan Adiva sudah jatuh pada laki-laki itu, Kenzi tidak mau menyakiti Adiva untuk kedua kalinya, biarkan waktu yang menjawab semuanya. "Tapi, Alrick gak salah apa-apa, mungkin juga dia enggak tau."

"Iya juga sih, tapi Ken, kayaknya untuk beberapa waktu kedepan gue bakal jauhin dia dulu." Adiva terkekeh pelan di akhir perkataannya. "Gue belum siap."

"Ya, mungkin lo juga butuh waktu sendiri buat nemuin solusi lo, gue disini cuma bisa ngedukung dan do'ain lo. Jaga diri baik-baik ya Div. gue mau makan malam nih. On, ya 11 jam lagi." Kenzi memutuskan sambungannya pada Kenzi. Padahal masih banyak hal yang ingin Adiva utarakan pada Kenzi. Sahabatnya sangat membuatnya rindu.

Kalau saja waktu boleh di kembalikan Adiva masih ingin bersama dengan Kenzi menghabiskan hari-hari indahnya.

Tidak terasa setelah berdiam diri di rooftop bel istirahat sudah berbunyi. Adiva segera membereskan barangnya yang berserakan dan menuju kelasnya.

"Hai Maura," sapa Adiva yang langsung duduk santai di atas kursinya.

Maura melotot menatap Adiva. "Lo enggak apa-apa 'kan? Lo gak ketauan bolos?"

Adiva menggeleng. "Emang kenapa?"

"Ada razia murid yang bolos, paling banyak di UKS sama di kantin." jawab Maura. "Di taman belakang juga ada yang kena. Kok lo enggak?"

"Gue ngumpet di tempat lain. Terus skype-an sama Kenzi." jelas Adiva. Hal itu hanya membuat Maura menggeleng pada Adiva.

"Yaudah lo temenin gue ke kantin. Laper."

Mereka berdua menuju ke kantin memesan makanan dan minuman, mereka duduk di pojok kantindan itu Adiva yang memintanya.

Mie ayam dan dua gelas es teh manis sudah berada di atas meja. "Lo gak makan, Div?"

"Gak nafsu."

Maura menghembuskan nafasnya pelan. "Ada masalah ya? Cerita sini sama gue."

Kadang Maura-lah seseorang yang benar-benar Adiva butuhkan saat ia kesusahan. Sahabat yang tak pernah meninggalkan saat susah dan senang adalah sahabat yang susah di dapatkan.

"Panjang Mau, ceritanya." jawabnya lalu meminum es teh manisnya.

Alrick dan Kia datang menghampiri mereka berdua dan Nath masih memesan makanan. "Hai para gadis."

Maura yang melihat mereka berdua langsung menyengir menatap sang kekasih berbeda dengan Adiva yang sudah mengambil ancang-ancang menyibukkan dirinya dengan ponsel.

"Gak makan lo? Nanti laper, enggak bisa belajar." Alrick duduk di samping Adiva tapi Adiva tak menggubrisnya. "Lo kenapa? Marah sama gue? Gue salah apa?"

Adiva tetap diam.

"To the point aja deh Div, gue gak suka lo diemin gini. Sejak tadi pagi lo aneh, semenjak ... hm, lo tau kalau Tania adik gue, apalagi sama nada bicara lo. Lo kenapa? Gak suka sama dia?"

Adiva tetap diam tanpa melirik Alrick sedikit pun.

"Adiva! Lo gak bisa diem gitu, kalo gak suka lo bicara, kenapa?!" Alrick menyentak Adiva di hadapannya, tentu itu membuat Maura dan Kia terkejut serta Nath yang langsung mematung di belakang mereka. Suasana kantin pun hening dan menatap mereka.

Adiva sedikit meringis mendengarnya. Alrick kembali menarik nafasnya. "Adik lo—"

"Apa?"

"—pembunuh."

•••••

[A/N] Uhm, jadi maaf banget kalau update lama. Tau kan kemaren gue off seminggu, jadi gue ini cukup trouble maker kayaknya sih gitu dikit-dikit kena masalah mulu, tapi yaudah. Gue lama update buat ngerevisi part 23, 24 dan 25.

Di part 23 dan 24 emang sedikit drama jadi ya gitu. Liat aja besok, jiwa cabe menulis gue keluar semua.

VOTES AND COMMENTS TENGKYU BIFOR

A.A.R [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang