8

9K 669 12
                                    

"Satu americano, satu frappucino dan satu latte." tiga cangkir kopi sudah berada di atas meja nomor 8. Seorang pelayan yang tersenyum pada pelanggan itu pergi setelah sang pelanggan membalas senyumannya. Tiga orang laki-laki yang berada di sebuah Cafe. Dua laki-laki itu menatap seorang teman di hadapannya dengan tatapan mengintrogasi.

"Jadi, apa maksud lo ngundang gue kesini? Neraktir aja enggak," tanya Kia menatap Alrick, masih dengan tatapan interogasinya.

Alrick dengan wajah yang menyedihkan tengah menatap temannya datar. "Hati gue ... sakit."

"Sakit gimana? Lo punya penyakit apa? Sirosis hati? Kanker hati? Atau apa?" tanya Nath dengan wajah panik.

Alrick justru menjitak kepala Nath. "Bego, amit-amit gue sakit gituan."

"Terus hati lo kenapa?" Kia mengerutkan dahinya.

"Gue di putusin," ucapnya datar.

Nath dan Kia terkejut. "Emang lo punya pacar?"

Setelah Alrick pikir-pikir, kedua temannya belum pernah ia ceritakan tentang Rasya. "Punya, namanya Rasya. Tapi dia sekarang mantan gue."

"Kok bisa?" Nath masih mencoba mencerna penyataan Alrick. Kadang Alrick bingung, Nath ini bisa membaca pikiran orang tapi tidak di gunakan dengan benar.

"Lo tau Naya Anak IPA4?" kali ini Alrick yang bertanya. Kedua temannya hanya mengangguk. "Dia kenalan Rasya, mereka lumayan deket. Selama ini Naya yang mengintai gue di sekolah. Rasya cemburu sama gue semenjak berita gila itu nyebar dan tentang adu mulut gue sama Adiva di kantin dua hari lalu."

"Wah, kampret tuh si Naya!" ucap Nath lalu meminum americano miliknya. "Ikhlasin aja Rick, masih ada Adiva kok."

"Yang kayak gitu mah gak bisa di harapin."

Kia mengernyit. "Kayak gitu, gimana?"

"Adiva itu ... galak." Alrick menatap Kia  lalu meminum secangkir latte miliknya. "Gue gak suka cewek galak."

"Basi. Gue sering minjem novel Nata rata-rata si cewek atau si cowok gak suka sama dia yang galak. Akhirnya, jadian, nikah, bahagia." ucap Nath. "Paling hidup lo juga sebelas-dua belas sama novel-novel. Tinggal tunggu akhirnya aja, lo nikah sama Adiva atau enggak."

Alrick hanya diam. Kalau dipikir-pikir kadang Alrick bingung kenapa dia mau mengantar Adiva pulang sampai rumah Adiva? Padahal Adiva bisa pulang sendiri. Jalan ke depan juga ada angkot. Kenapa juga saat itu Alrick menolong Adiva saat pingsan? Yang lain bisa membawa Adiva ke UKS tanpa harus Alrick yang lakukan dan kenapa Alrick harus tidak menyukai Kenzi yang notabene-nya adalah gebetan Adiva. Kenapa Alrick harus peduli dengan Adiva, toh, Adiva memangnya siapa Alrick?

"Calon pacar," ucap Nath lalu terkekeh. Alrick lupa kalau Nath bisa membaca pikirannya.

"Gak usah baca pikiran gue." sergah Alrick.

Kia justru tertawa. "Ada pepatah, tak kenal maka tak sayang. Kalo lo tak sayang maka tak peduli yang artinya lo sayang Adiva."

"Lo ngomong apa sih, Ki." Alrick melirik lalu memalingkan pandangannya lagi.

"Gini ya, lo peduli sama dia otomatis lo sayang. Gue tau perasaan lo, Rick." jelas Kia.

Alrick justru sewot. "Kok lo jadi ikut-ikutan Nath sih," cowok itu memutar bola matanya. "Cukup Nath aja yang bisa baca pikiran gue, lo jangan."

"Gue emang gak bisa baca pikiran lo, tapi gue bisa baca raut wajah lo." Kia terkekeh geli seperti Nath. Ampun deh, kenapa Alrick punya teman yang aneh seperti ini.

•••••

Adiva dan Ale sedang berada di ruang santai mereka yang berada di lantai dua. Tak ada siapapun di rumah kecuali Ale, Adiva dan Luna. Mama dan Aunty-nya sedang belanja bulanan di mall sekaligus shopping.

Keduanya berpikir dalam diam, hanya ada satu pertanyaan.

'Ada apa dengan Luna?'

Dua hari yang lalu Luna tidak banyak bicara dan sejak pulang sekolah Luna mengunci dirinya di kamar, dan kadang hanya ada isakan kecil yang terdengar dari kamar itu. Adiva dan Ale tidak tau penyebab mengapa Luna seperti itu. Sudah beberapa kali Adiva membujuk agar Luna mau keluar dari kamarnya dan menceritakan apa yang terjadi.

"Gue punya ide!" Adiva meloncat senang. "Lo dobrak pintu kamar Luna."

Mata Ale berbinar mendengar ucapan Adiva. "Pinter,"

Keduanya segera menuju kamar Luna. Sebelumnya, Adiva memberi aba-aba agar Ale tidak langsung mendobrak kamar Luna. "Lun, jangan ngurung diri kamu di kamar gitu. Cerita sama Kakak ada apa? Luna jangan bebanin diri kamu kayak gini, kamu keluar, Lun."

Tidak ada jawaban.

Kali ini Ale yang bersuara. "Luna buka pintunya atau Kakak dobrak?"

Tetap tidak ada jawaban dari Luna. Sejurus kemudian Ale mendobrak pintu kamar Luna. Gadis itu sedang duduk di pinggir kasurnya dan menunduk. Adiva dan Ale mendekati Luna. Tangan Luna terdapat bekas goresan luka dan ada silet di lantai.

"Kamu cutting?" sentak Ale.

Adiva yang panik langsung mengambil kotak P3K yang berada di laci meja kamar Luna. "Kamu jangan kayak gini lagi, ya."

"Luna kenapa sih? Kakak tuh bingung, kalo ada masalah cerita sama Kakak jangan kayak gini. Sama aja kamu tambah nyakitin diri kamu." Ale menatap Luna antara kesal, gemas dan tidak tega.

"Nanti aja bahasnya. Kak Ale bawa Luna ke depan, Adiva mau bikin coklat panas buat Luna." setelah selesai mengobati luka di tangan Luna, Adiva menuju dapur.

Ale dan Luna sudah duduk di ruang santai. Ale mengintrogasi Luna yang tiba-tiba bermasalah seperti ini. "Kamu kenapa bisa sampe cutting gini? Gara-gara apa? Ayah? Atau apa?"

Luna masih diam dan tidak menjawab pertanyaan Ale, mencoba menghentikan tangisnya yang terus berderai. Adiva datang dengan secangkir coklat panas.

"Luna diputusin sama Ryan." jawabnya lirih. Ale dan Adiva terbelalak, wajar kalau Adiva menangis setelah putus oleh Ryan, pasalnya mereka sudah berpacaran cukup lama. Tapi tidak perlu cutting seperti orang frustasi.

Adiva berdecak. "Wajar kalau kamu nangis. Tapi gak perlu cutting, Lun. Masih banyak cowok lain selain Ryan."

"Tapi, abis Ryan mutusin Luna, Ryan pacaran sama cewek lain Kak, gimana Luna gak kayak gini?" Luna kembali menangis dan mengusap air matanya.

"Cari cowok lain Lun, dia terlalu brengsek buat kamu." Luna hanya mengangguk.

•••••

[A/N] Sorry gak jelas, sorry bingungin, sorry typo. Tapi pasti hal-hal yang membingungkan akan terjawab, tunggu tanggal mainnya aja. Jangan lupa vomments ya hehehe...

A.A.R [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang