16

7.5K 592 3
                                    

Adiva merebahkan dirinya di kamar, hari yang cukup melelahkan. Jam dikamarnya menunjukkan pukul 1.45 siang, di rumahnya pun tak ada orang. Mamanya sudah berangkat ke bandara tadi pagi untuk liburan, Aunty Amel yang mulai disibukkan dengan pekerjaan dan Ale yang sudah memulai skripsinya. Jadi, untuk liburan kali ini ia akan sendiri tanpa keluarganya. Menyedihkan memang, tapi bagaimana lagi.

Tenggorokannya terasa haus dan perutnya yang lapar, Adiva turun ke bawah untuk mengambil air putih dan membuat makan siang. Makan siang sendirian memang tidak menyenangkan, biasanya ada Aunty, Luna dan Ale. Tapi untuk hari ini dan seterusnya, akan tetap seperti ini.

Dan tiba-tiba saja ponselnya bergetar.

Alrick : Lo lagi ngapain? Gue bosen nih, ke rumah lo boleh ya?

Belum sempat Adiva menbalas pesan Alrick ponselnya sudah kembali bergetar.

Maura : Div! Gue baper. Pengen curhat.

Dan ponselnya berbunyi lagi.

Zakia : Adiva, gue ngebaperin anak orang. Gimana dong?

Pertama Adiva membalas pesan pada Alrick.

Adiva : Lagi makan, boleh gue lagi sendiri juga. Bosen. Sini lo gc.

Dan kedua untuk Maura, bisa ditebak karena Kia.

Adiva : Kia ya? Sini ke rumah gue aja, gue sendirian Mau.

Dan yang terakhir Kia.

Adiva : Baperin Maura? Udah sini ke rumah gue aja curhat, gue lagi sendiri. Alamatnya, jalan Aster no. 23 cat biru muda.

Ketiganya menjawab dengan balasan yang sama.

Alrick : Otw

Maura : Otw

Zakia : Otw

Adiva terkekeh melihatnya, bayangkan jika ketiga temannya bertemu dan itu akan sangat mengejutkan. Adiva cepat menghabiskan makan siangnya dan menuju jendela kamarnya untuk melihat siapa yang datang lebih awal.

Sambil menunggu ketiga temannya Adiva menonton tv dan duduk santai di sofa, tak sampai lima belas menit suara mobil terdengar di rumahnya, mobil silver terparkir di depan rumahnya, itu adalah mobil Maura. Baru saja Maura turun dari rumahnya dua motor ninja dengan warna yang berbeda datang bersamaan di depan rumahnya. Hal itu membuat Adiva merasa puas dan tertawa.

Jelas Adiva bisa mendengar suara Maura bicara dengan suara cempreng.

"Lo berdua ngapain disini?" tanya Maura dengan nada bingung dan sewot. "Mau ngapelin temen gue?"

Alrick tak mau kalah bicara dengan Maura. "Lah lo yang ngapain disini? Gue udah bilang ke Adiva main dan katanya boleh. Yang ada Kia, lo bukannya suka sama Maura? Kok main ke rumah Adiva?"

"Gue di suruh kesini sama Adiva." ucap Kia seraya menginjak kaki Alrick yang langsung meringis. Kia menatap Maura. "Lo ngapain disini?"

"Gue 'kan temen deketnya Adiva, wajar lah kalo gue kesini."

Adiva memunculkan dirinya di depan pagar runahnya. "Woy! Gak usah ribut kali, congor lo bertiga bisa membuat tetangga gue tuli."

"Div!" ucap ketiganya serentak dengan tatapan introgasi. "Kenapa ada dua orang ini?"

Adiva hanya menyengir menatap ketiga temannya. "Gue bosen, rumah gue sepi banget, gue sendirian. Jadi biar rame aja, tapi kayaknya keramean."

"Tapi 'kan gue pengen curhat." ucap Maura dan Kia berbarengan. Membuat Alrick berdeham lalu terkekeh pelan.

"Ya kalian curhat bareng aja," usul Adiva yang menahan tawanya, walau dia tau apa yang akan di utarakan kedua temannya. Wajah Maura dan Kia sudah memerah seperti kepiting rebus. "Udah yuk masuk, motor sama mobil di masukin ke garasi aja ya."

Adiva duduk di ruang santainya sambil menyiapkan beberapa kaset yang akan ditonton bersama ketiga temannya. Sepertinya yang di bawah sudah selesai dengan tugasnya, Adiva segera menuju dapur untuk membuat satu mangkuk besar yang akan berisi popcorn. Sebelumnya, Adiva menyuruh mereka memilih kaset di ruang santainya.

"Lo bertiga ke atas ya, pilih mau nonton apa." teriak Adiva dari dapur.

"Iya!" suara sahutan itu berasal dari Maura.

Hal yang Adiva pikirkan adalah bagaimana cara membuat Maura dan Kia tidak saling gengsi dan keadaan Alrick juga sedikit berbahaya. Jadi, bagaimana kalau Alrick membantunya membuat popcorn, lagi pula itu memudahkan pekerjaannya.

"Alrick!" teriak Adiva. Sejurus kemudian Alrick sudah berada di dapur.

"Apa?" tanyanya. "Jangan bilang gue suruh bantuin lo."

Adiva menyengir. "Tau aja lo." Adiva menyalakan kompor dan memasukkan biji jagung yang akan menjadi popcorn, lalu penggorengannya ditutup dengan penutup penggorengan. "Lo bisa bikin coklat panas gak?"

"Bisa," jawabnya. "Lo kenapa gak minta bantu sama Maura, dia 'kan cewek jadi lebih enak."

"Gue ini kan Mak Comblang, jadi gue minta bantuan lo supaya mereka bisa berdua di atas. Asal lo tau ya, mereka lagi berantem." jelas Adiva. "Mau gak mau 'kan mereka harus baikan."

Alrick hanya mengangguk sambil meletakkan empat buah gelas di atas meja pantry.

5 menit kemudian coklat panas dan semangkuk besar popcorn mereka bawa ke atas, Kia dan Maura sedang asik mengobrol. Adiva dan Alrick tidak tau apa yang dibicarakan, sepertinya tentang film karena keduanya sedang melihat koleksi kaset milik Adiva.

"Ekhem!" Adiva muncul sambil tertawa. "Udah baikan nih?"

Alrick meletakkan coklat panas di samping mangkuk popcorn. "Jadinya film apa?"

"Paranormal Activity." jawab Maura. Kaset itu baru Adiva beli dua bulan yang lalu bersama Luna, tapi mereka belum sempat menonton dan sekarang Luna tak akan pernah menonton.

Kia mengambil remote dan menekan tombol play. Adiva menatap ketiga temannya.

Bahagia itu mudah, cukup lakukan hal yang menyenangkan dengan orang yang kau sayang, meskipun hal itu tak berarti tapi bisa menjadi sebuah kenangan indah disaat berpisah.

•••••

[A/N] hayyy tau kan anak kelas dua itu emang lagi sibuk-sibuknya sekolah dan otak gue juga sedikit geser, jd y gt de. Oke maap y.

Semangat buat kakak-kakak dan adik-adik yang sedang melakukan try out semoga kalo VOMMENTS nilai TO sama UNnya 90-100 semua oke sip. Tengkyu.

A.A.R [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang