Epilog

9.3K 529 59
                                    

Empat tahun berlalu, Adiva sudah menjadi seorang designer dan memiliki perusahaan sendiri, cukup di kenal dengan banyak orang di dunia.

Sabtu pagi yang memasuki musim dingin di London membuat udara semakin dingin. Hari ini Adiva libur dari pekerjaannya, seperti biasa ia mendengarkan lagu dari dalam ponselnya. Ia berjalan di dekat sebuah taman, tak jauh dari sini ada sebuah toko es krim dan jus.

Pressed Juicery.

Ia berjalan memasuki toko itu dan melihat beberapa macam es krim disana. Baru saja Adiva ingin berjalan satu langkah, seseorang menabraknya dari belakang hingga ponsel yang berada pada genggamannya terjatuh ia berjongkok dan mengambil ponselnya.

Persis seperti 5 tahun lalu. Memori tentangnya lagi-lagi berputar di otaknya. Adiva segera membuang jauh-jauh kenangan itu, sedangkan orang yang menabraknya langsung meminta maaf. Berbeda dengan Alrick yang sangat lancang dengannya. Adiva menoleh pada orang itu.

"I'm so sorry, I don't see—ADIVA?!"

Laki-laki itu, yang lost contact dengannya selama empat tahun. Kini terlihat jelas di hadapannya, dengan wajah yang lebih tampan, rambut yang dulu berponi sekarang berubah menjadi jambul, tubuh tegapnya yang semakin tinggi, senyumnya yang indah.

Adiva merindukan itu semua. Semua yang ada pada laki-laki itu, seseorang yang pernah hilang. Kini kembali lagi, dengan semua yang di butuhkan Adiva.

"KENZI?!"

"Demi apapun lo berubah, lebih cantik. Dulu kan lo jelek banget. Buluk." cibir laki-laki itu.

"Dasar kurang ajar, udah ngilang gak ada kabar, terus tiba-tiba dateng ngerusakin ponsel gue. Kampret."

"Bodo deh, intinya gue kangen lo!" Kenzi memeluk Adiva begitu saja, nyaman. Kenyamanan ini yang Adiva rindukan sejak dulu.

Adiva membalas pelukan Kenzi. "Kok lo bisa ada di Inggris?"

"Iya gue masih suka sama lo."

Pipi Adiva langsung memerah begitu saja. Apa? Adiva tidak salah dengar kan? Telinganya masih bisa mendengar, bukan? Atau hanya halusinasi.

Adiva mempererat pelukannya. "Gue kangen, banget."

Akhirnya mereka melepaskan pelukan masing-masing. Tidak enak menjadi tontonan gratis di tempat umum seperti ini. Kenzi tampak dengan wajah salah tingkah dan Adiva dengan pipi yang masih merah.

"Lo mau pesen apa?" tanya Kenzi.

"Terserah lo aja deh." jawab Adiva.

"Oke." Kenzi berjalan menuju tempat pemesanan. Dan memesan dua gelas es krim.

Adiva dan Kenzi keluar dari toko es krim dan jus itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Adiva dan Kenzi keluar dari toko es krim dan jus itu. "Lo kenapa bisa ada di Inggris?"

"Jadi waktu itu, perusahaan Ayah bangkrut. Semua harta yang gue punya disita sama bank. Akhirnya gue sekeluarga pindah ke Inggris, karna kebetulan Ayah tenyata masih nyimpen uang di tempat persembunyiannya, bahkan Bunda enggak tau tentang tempat dan uang itu, akhirnya gue ngelanjutin sekolah dan kuliah disini. Hubungan gue sama keluarga gue juga putus gitu aja, tapi untungnya ada Tara yang berhasil nemuin alamat rumah gue dan telfon rumah gue entah gimana caranya tapi dia berhasil ngebalikin hubungan gue sama keluarga gue lagi, pokoknya Tara berhasil."

"Lo gak tau betapa paniknya gue Ken, pas lo ngilang tiba-tiba. Dasar nyebelin."

"Yang penting gue balik lagi."

Adiva menatap laki-laki itu. "Perasaan lo masih sama?"

"Masih, dan gak akan berubah. Lo tau? Gue minta Tara untu ngehubungin lo. Tara udah coba nggubungin lo, tapi gak bisa. Sialnya, dia gak bisa nemuin alamat lo, lagi pula dia gak tau lo disini. Gimana dengan perasaan lo?"

"Mungkin gue udah jatuh lagi ke jurang hati milik Kenzi."

Mereka berdua hanya menatap taman lalu tertawa bersama.

"Ke rumah gue yuk." ajak Adiva. Kenzi mengangguk. "Rumah gue gak jauh dari sini."

Mereka pergi ke rumah Adiva, rumah dengan cat putih itu terlihat rapih dengan halaman yang luas.

"Lo tinggal sendirian?" tanya Kenzi.

Adiva menggeleng. "Enggak, sama Mama, cuma Mama lagi pergi sama temen-temennya. Kalau Mama ketemu lo, dia pasti seneng banget. Soalnya akhir-akhir ini dia sering bilang ngeliat lo. Gue pikir cuma mirip, ternyata beneran."

Adiva tertawa senang. Ia melihat sebuah amplop berwarna hijau toska, ada sebuah kartu undangan dan sepucuk surat.

Happy Wedding

Alrick Achazia Radhifa
Dan
Raina Rasya Erlanda

Adiva tersenyum kecil. Lalu mengambil surat itu.

Dear Adiva,

Hai, apa kabar? Apa kamu baik-baik aja disana? Gimana dengan kehidupan baru kamu? Anggap aja surat ini adalah balasan dari surat kamu empat tahun lalu yang belum sempat aku balas dan masih mendekam di laci kamarku. Aku sudah menemukan dia, kamu benar. Dialah orang yang selama ini aku cari, minggu depan aku akan menikahinya. Memiliki dia seutuhnya. Terimakasih.

Your enemy,
A.A.R

Kenzi yang juga melihat undangan ikut itu tersenyum kecil. "Kita juga akan menemukan kebahagiaan yang baru." ucap Kenzi seraya mengelus puncak kepala Adiva.

Perkataannya saat itu benar, apabila dia ikhlas ia akan bahagia. Adiva punya Kenzi, laki-laki yang bisa membahagiakannya. And then, they're happily ever after.

•••••

[A/N] TAMAT WOY TAMAT NGAHAHAHA. YAAMVUNNNNN AKU TAK MENYANGKAAAAA VOMMENTS

OHIYA MAU EXTRA CHAPTER GAK? INLINE COMMENT YA KALO MAU.

INLINE COMMENT

DISINI.

Jangan lupa ya woy baca teenfict gue yang lain judulnya ;
Two Sides of The Heart

Makasihhhhhhhhhhhhhhhh heuheu

A.A.R [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang