Sudah seharian ini Alrick gelisah dengan dirinya, mengingat semakin hari Adiva semakin menghindarinya. Alrick tidak tau apa yang harus ia lakukan, di tambah lagi setelah kedatangan Rasya ke Jakarta, kegagalan untuk move-on-nya bertambah menjadi dua persen. Kadang, Alrick masih ingin peduli dengan Rasya tapi pikirannya tentang Rasya selalu ia buang jauh-jauh.
Alrick mengambil ponselnya dan akan menekan tombol hijau dalam kontak Adiva, tapi ia kembali melempar ponselnya di atas kasur. Ia sudah melakukan hal itu berulang kali, bodoh memang. Alrick kembali mengambil ponselnya dan membuka groub chat miliknya.
Mas Mas Ganteng (3)
Alrick : Gua galau.
Zakia : Galau mulu, gua aja enggak.
Nathan : Yang taken gausah bri6
Alrick : Yang taken gausah bri6 (2)
Zakia : Taken salah, jomblo salah ;(
Alrick : Lo emang selalu salah Ki
Nathan : Lo emang selalu salah Ki (2)
Alrick : Eh serius coy, gue galau. Gue ke rumah lo ya Nath
Alrick : Disana kan indah, banyak bunga-bungaNathan : Jangan gue mulu, rumah Kia kek. Di rumah lu juga banyak bunga-bunga.
Zakia : Jangan rumah gua, bang jay lagi ngamuk
Zakia : Gara-gara gua gak bilang kolornya gua pinjem semalem.Alrick : Bodo otw rumah kia
Nathan : Ih gua belum mandi
Nathan : OtwZakia : Laknat lo semua
Alrick menutup ponselnya dan bersiap-siap ke rumah Kia, rumahnya juga cukup jauh dari rumah Alrick. Alrick keluar rumahnya dan hanya tersenyum kecil saat mendapati tamu yang sedang bersama Papanya di ruang tamu.
"Kamu kemana?" tanya Papanya seraya menatap Alrick.
"Rumah Kia," jawabnya. "Aku buru-buru Pa, penting banget soalnya."
"Yaudah sana, hati-hati jangan ngebut."
Alrick berbohong agar ia bisa keluar dari rumahnya, entah kenapa tamu laki-laki itu sedikit terkejut melihatnya, laki-laki itu juga seperti seseorang yang di kenalnya, tapi Alrick tidak mengenalnya dan untuk saat ini ia tidak akan mempedulikannya.
Motornya melaju kencang menuju rumah Kia, entah kenapa ia begitu emosian akhir-akhir ini dan seharusnya bila sedang emosi tidak boleh mengendarai kendaraan yang bisa berakibat fatal. Tapi itu tudak terjadi dengannya, buktinya ia sudah berada di depan rumah Kia.
Laki-laki itu sedang duduk di sofa dengan boxer abu-abu dan kaos hitam. Rumahnya ramai, sepertinya sedang ada banyak tamu. "Rumah lo rame banget, ada tamu?"
"Iya, gue bilang jangan ke rumah gue, ngeyel sih lo." cetusnya.
Alrick memutar bola matanya. "Lo bilangnya Bang Jay ngamuk, gak bilang ada tamu."
"Ya, intinya lo jangan ke rumah gue."
Kalau saja Alrick sudah gila, ia akan memotong leher Kia sekarang juga, untungnya ia masih waras. "Terserah lo deh."
"Mending kita ke cafe aja," Kia menyengir pada Alrick. "Bilangin Nath, gue mau ganti celana." lanjutnya.
Kia berlari ke kamarnya melewati tangga samping yang langsung mencapai balkon kamarnya. Alrick yang melihat tingkah sahabatnya itu hanya menggelengkan kepala.
Alrick : Nath, lo langsung ke cafe ya.
Nathan : Ih kampret gue udah di belakang lo
Setelah membacanya Alrick menoleh ke belakang dan mendapati wujud Nath dengan wajah memelas. "Bilangnya tuh dari tadi."
"Ya, maaf, kan rencananya barusan."
"Lo doang ya yang pinter ngabisin bensin gue."
Tiba-tiba Kia muncul dengan celana jeans dan kaos yang sama seperti sebelumnya. "Kok lo disini, Nath?"
"Baru aja dateng. Males ah ke cafe, gue ada usul. Nih ya, gimana kalau besok lo buat surat beruntun di mulai dari istirahat. Gue bakal minta bantuan Nata dan Maura. Dan sampai surat itu selesai, lo minta maaf di depan dia bawa bunga. Gue yakin cowok romantis enggak bakal di tolak." jelas Nath panjang lebar.
"Boleh juga tuh, udah lo tunggu besok aja."
•••••
Pulpen berwarna hitam itu sedari tadi hanya ia ketuk ke mejanya, pria tua yang sedang bicara di depan kelasnya hanya membuat murid IPA-3 mengantuk. Suaranya tidak terdengar jelas, seperti sedang bergumam. Itulah yang membuat Adiva mengantuk.
Akhirnya suara yang diimpikan setiap murid pun berbunyi. Bel istirahat. Adiva meletakkan kembali pulpennya ke dalam tempat pensil, sebelum ia menutup tempat pensilnya ia melihat secarik kertas berwarna biru.
Hai baby girl, pergilah keluar kelasmu.
"Apaan sih, gak penting banget bikin ginian." gumam Adiva. Moodnya sedang tidak baik hari ini, ditambah lagi guru menyebalkan yang bergumam di depan kelasnya.
"Div, ke kantin yuk." pinta Maura.
Adiva menggeleng. "Lo aja, gue males."
"Gue laper, sebentar aja deh." ujarnya. "Gak bakal lama."
Adiva memutar bola matanya. "Iya, bawel lo ah." akhirnya Adiva menuruti permintaan Maura.
Seperti yang ada di kelas itu, seorang adik kelas dengan kacamata memanggilnyadan memberikan surat berikutnya. "Kak, ini ada surat buat Kakak."
"Dari siapa?" tanya Adiva seraya membuka kertas itu.
"Enggak tau Kak, tadi udah ada di meja aku dan ada tulisan kalau surat ini buat Adiva kelas 11 IPA-3 dan harus aku kasih pas Kalak keluar kelas." jawabnya. Menurut Adiva yang membuat surat-surat ini terlalu niat.
"Oke, makasih ya."
Pergilah ke kantin. Disanalah jawaban itu.
"Apaan sih itu?" tanya Maura lalu melihat kertas yang ada di tangan Adiva. "Wah, pas banget ayo kita ke kantin Div!" tanpa aba-aba Maura menarik lengan Adiva ke kantin.
Tak ada kertas atau surat apapun sampai Maura selesai makan. Bastian, laki-laki berandal itu menghampiri meja mereka. "Nih, kertas buat lo. Gue gak tau siapa pengirimnya tiba-tiba ada di saku gue, itu emang gak masuk akal tapi itu yang terjadi. Jadi, lo jangan banyak nanya karena gue gak tau apa-apa." cerocos Bastian lalu pergi dari kantin.
Pergi ke koridor IPS sekarang.
"Ayo, Div. sekalian gue mau ketemu Kia." ajak Maura. Sebenarnya Adiva juga penasaran siapa yang membuat surat-surat dengan penuh niat seperti ini untuknya. Atau ini semua hanya lelucon.
Sekarang mereka—tidak, hanya Adiva yang berada di koridor IPS. Maura tiba-tiba saja menghilang entah kenapa? Pasti gadis itu sudah meloncat ke kelas Kia.
Lagi-lagi seorang gadis tinggi memberinya kertas lalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun.
Lihat ke belakangmu.
ALRICK?!
•••••
[A/N] Gue udah buat ekstra part loh HUAHAHA, gue gatau mau ngomong apaan di author's note, tapi makasih buat 3knya.
Don't forget
VOTE AND COMMENTS
KAMU SEDANG MEMBACA
A.A.R [Completed]
Novela Juvenil[#42 in Teen Fiction 29 Desember 2016] "Nama gue Alrick Achazia Radhifa." "Nama gue Adiva Ayska Rafandra." "Inisial nama kita sama jangan-jangan kita jo..." "Mblo." "Sorry, gue gak jomblo gue udah punya pacar." Singkat cerita setelah perkenalan itu...