Hari ini classmeeting untuk kelas 11 dan Alrick mengikuti futsal. Cowok itu sedari tadi mondar-mandi mencari seseorang yang tak kunjung datang, Adiva. Semalam Adiva mengatakan kalau hari ini dia masuk tapi akan datang terlambat, tapi menurut Alrick ini sudah melewati kata terlambat. Akhirnya, Alrick memutuskan untuk ke kelasnya. Seluruh teman sekelasnya yang mengikuti futsal sudah berganti baju kecuali Alrick.
"Baru dateng lo." celetuk Ghazi seorang kapten tim futsalnya saat melihat Alrick memasuki kelas. Alrick hanya menyengir menatap Ghazi.
Alrick segera mengganti dengan seragam jersey kelasnya dan kembali menunggu Adiva. Mungkin juga Adiva sudah datang dan sedang makan bersama Maura. Alrick menuju kantin dan melihat Maura sedang bersama sorang ... cowok. Kia. Alrick tidak akan mengganggu mereka, karena Adiva mengatakan jangan mengganggu mereka atau Alrick akan menghancurkan semuanya, lagi pula tanpa Adiva tau Kia sudah mengetahui permainannya itu, toh Kia bisa membaca raut wajahnya.
Alrick : Lo dimana? Udah di sekolah? Lo sekolah gak?
Pesannya sudah terkirim tapi tak ada balasan yang masuk dari ponselnya. Alrick mendengus, padahal 15 menit lagi ia akan memulai permainan futsalnya.
"Suka beneran nih?" celetuk Nath yang tiba-tiba saja duduk di sampingnya. Nath terkekeh. "Kemakan omongan sendiri deh."
Alrick melirik Nath sebal. "Apaan sih lo, gue gak suka."
Nath justru tertawa. "Ngaku aja apa ruginya, sih? Lo liat tuh dua orang yang ada disana." Nath menunjuk Kia dan Maura. "Mereka gak gede gengsi kayak lo berdua."
Alrick berdecak. "Dibilang, gue gak suka sama Adiva. Cuma sebatas temen, lagian Adiva juga sukanya sama Kenzi."
"Artinya kalau Adiva suka sama lo, bisa dong?" ledek Nath.
"Bisa apa?" tanya Alrick bingung.
"Bisa jadian." Nath tertawa. "Gini deh, gue tau lo suka sama dia."
Alrick menarik nafasnya berat. "Berapa kali sih gue bilang kalau gue gak suka sama Adiva."
Ponsel di tangan Alrick bergetar menandakan sebuah pesan masuk ke ponselnya.
Adiva: Gue belum di sekolah tapi gue masuk mungkin telat.
Seolah bukan jawaban itu yang Alrick mau. Alrick ingin mengetahui dimana Adiva sekarang, sedang apa, dan kenapa dia harus terlambat? Tapi untuk apa pertanyaan itu.
Nath menatap Alrick jahil sambil berdiri dari duduknya. "Jangan lupa ya, gue bisa baca pikiran lo." lalu Nath pergi begitu saja. Bagaimana Alrick lupa? Sedari tadi pikirannya di baca oleh Nath. Dan itu menyeramkan.
Kenapa Alrick harus punya teman yang aneh seperti Nath? Kenapa bukan Alrick saja yang bisa membaca pikiran Nath? Dan kenapa kedua pertanyaan itu membuatnya gila.
Alrick : Masih lama? Lo ke sekolah jam berapa?
Adiva : Lumayan, gak tau gue masih di jalan.
Alrick : Yah, nanti lo gak bisa liat gue main dong?
Adiva : Ngapain liat lo main, dapet bayaran aja enggak :p
Alrick : Lah, emang gak mau liat cogan main? Jarang-jarang loh liat cogan main futsal gratis.
Adiva : Lo bukan cogan.
Alrick : Terus apa?
Adiva : Congil wkwk
Alrick : Apaan tuh?
Adiva : Cowok Tengil HAHAHA
Alrick : Kampret, btw lo udah di sekolah belum?
Adiva tak lagi membalas chat dari Alrick, lagi pula mereka membicarakan hal yang tidak jelas. Jadi, mungkin Adiva malas untuk membalas chatnya.
"Kepada pemain futsal kelas 11 IPA dan 11 IPS di persiapkan untuk menuju ruangan olahraga." suara itu terdengar dari speaker yang terdapat di kantin.
Alrick berjalan menuju ruangan olahraga dan bersiap bersama tim kelasnya, ia melihat bangku penonton yang terisi. Ada Maura tetapi tak ada Adiva. Gadis itu belum datang, padahal tim kelasnya menjadi pemain pertama melawan kelas 11 IPA-5.
"Tenang aja, dia pasti dateng kok." ucap Nath dan membuat sedikit senyum menghias bibir Alrick.
Nathan Athea selalu tau.
"Jaki!" panggil Nath. Yang merasa terpanggil pun menoleh.
"Nama gue Zakia Prastya, di panggil Kia bukan Jaki." koreksi Kia sambil melotot menatap Nath. Kia memang kadang bawel seperti perempuan, mungkin karena faktor Kakak dan Adiknya seorang perempuan. "Stop call me Jaki."
Nath hanya menyengir. Kia termasuk cowok yang cukup sensitif dan galak tapi untungnya Kia yang paling pengertian di antara mereka bertiga.
Mereka dan tim kelasnya sudah berdiri di tengah lapangan. Ghazi sebagai kapten suit dengan tim lawan, dan Ghazi yang menang. Mereka mulai bermain oper bola melewati kaki, kadang Alrick mencuri pandangan pada bangku penonton untuk mencari Adiva, tapi perempuan itu tak juga datang.
"Oper gua Rick!" seru Riski yang berada di samping Syaiful. Alrick segera menendang bola yang menuju pada Riski dan Riski kembali mengoper bola itu ke Alrick, tugas Alrick sekarang adalah menendang bola hingga menembus gawang lawan dan bola itu ... berhasil menembus gawang lawan. Skor 11 IPS-3 1-0 11 IPA5. Tapi, Adiva tak juga datang.
Permainan kembali sengit hingga suara peluit bunyi dengan skor yang sama. 3-3 dan mereka harus melakukan pinalti. Di saat itu juga Adiva datang, disaat menegangkan Alrick bisa tersenyum menatap Adiva. Dan Adiva sangat gemar untuk menyemangati para pemain yang sedang melakukan pinalti. Cewek itu berlari ke arah pendukung kelas IPS-3 yang salah satunya adalah Maura.
"IPS TIGA! GO IPS TIGA! GO SOCIAL THREE! GO SOCIAL THREE! WOOOO!" suara teriakan kencang nan cempreng membuat para penonton dan beberapa pemain menatap Adiva dengan tatapan yang berbeda-bed namun Adiva tak peduli. "GO SOCIAL THREE GO SOCIAL THREE!"
Aksinya membuat para pendukung IPS-3 berteriak histeris mengikutinya. Dan untungnya tim mereka menang, jadi Adiva gak malu banget.
Adiva yang melihat kemenangan itu berlari dan memeluk Alrick.
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
A.A.R [Completed]
Fiksi Remaja[#42 in Teen Fiction 29 Desember 2016] "Nama gue Alrick Achazia Radhifa." "Nama gue Adiva Ayska Rafandra." "Inisial nama kita sama jangan-jangan kita jo..." "Mblo." "Sorry, gue gak jomblo gue udah punya pacar." Singkat cerita setelah perkenalan itu...