RAKA ● 05

22.2K 1K 8
                                    

VI. SEPEDAH KERANJANG

Raka mengemudikan sepedah itu dengan tawa riangnya. Nafisah ikut tertawa melihat aksi bocah Raka. Sang letnan tempur yang mengemudikan sepedahnya dengan oleng mirip dengan bocah berusia 5 tahun.

"Ka,bawa sepedahnya jangan gitu ih" Ucap Nafisah dengan nada jengkelnya. Sedangkan Raka bersikap acuh seakan-akan tak mendengar ucapan Nafisah.

Raka memberhentikan sepedah itu didepan kedai coklat membuat nafisah menatap Raka dengan bingung.

"Turun udah sampe kita makan dikedai coklat kesukaan gua" Kata Raka yang baru selesai men-standarkan sepedah itu. Nafisah turun lalu mengambil Gardigan hitam dari dalam tasnya.

"Harus banget pake gardigan Naf?" Tanya Raka yang memandang Nafisah dengan tatapan aneh "Iyalah,nanti logo sama alamat sekolah kita ketauan tau!" Jawab Nafisah dengan bada protesnya.

Raka melangkahkan kakinya masuk kedalam kedai coklat itu dibuntuti dengan Nafisah dibelakangnya. Nafisah sempat terdiam gaya kelasik tahun 90an seakan menjadi tema utama kedai ini.

"Heh sini!" Ucap Raka dengan nada suara yang cukup keras. Pria itu sudah terduduk sisi pojok kedai coklat ini. Kaca transparan menghadap ke pemandangan kota bandung membuat desain kedai ini semakin cantik.

"Lo mau apa?" Tanya Raka saat Nafisah baru mendaratkan pantatnya dikursi kedai tersebut. Wajah Raka tertutup oleh buku menu.

"Apa aja deh yang menurut langganan kedai coklat ini enak" Jawab Nafisah. Raka terdiam memilih menu. Sedangkan Nafisah terdiam melihat pemandangan yang tersuguhkan disisi lain kaca transparan kedai ini.

"Lo tau tempat ini dari mana Ka?" Tanya Nafisah. Tatapannya tetap masih melihat kearah Kaca transparan itu tak berpindah sama sekali.

"Ini kedai kesukaan gue dari jalan SMP kelas satu. Dulu sih kalo lagi galau gue kesini makan coklat terus seneng deh" Jawab Raka dengan ramah. Senyum pria itu mengembang dengan Indah dan sempurna.

Nafisah mengangguk . Raka memanggil pelayan dan segera menyebutkan pesanannya dan tentunya pesanan Nafisah.

"Naf?" Panggik Raka. Membuat Nafisah menoleh kearah Raka. Ditatapnya Raka tepat pada mata coklat pekat pria itu.

"Apa ka?"

"Lo liat deh pasangan yang lagi pengangan tangan disana" Ujar Raka yang menunjukan tangannya kearah tepat depan mereka berdua terduduk.

"Kenapa sama mereka?" Tanya Nafisah bingung.

"Itu yang cewenya takut cowonya berubah jadi kodok mangkanya tangannya dipegangin terus soalnya kalo dilepas sicowo jadi kodok hehe" Jelas Raka dengan kekehan diakhirnya . Nafisah yang tadinya sudah menatap Serius Raka berubah menjadi tatapan datar.

"Sumpah Ka, lo jayus parah anjay engga lucu" Ledek Nafisah "Lo liat pasangan arah jarum 12,Si cewe bakalan nangis abis hitungan mundur 5" Lanjut perkataanya.

"Coba buktiin" Tantang Raka.

"1...2...3...4.......................5" Kata Nafisah dan benar saja sang wanita pasangan arah jarum 12 jam itu berdiri menampar sang pria dan menangis lalu pergi meninggal sang pria yang masih terdiam disana.

Raka terkejut mulutnya membuat bentuk 'O' yang sempurna. Bagaimana bisa tebakan Nafisah bisa terbukti dengan baik dan akurat.

"Gue gitu loh" Ujar Nafisah angkuh lalu memeletkan lidahnya. Raka memutarkan kedua bola matanya.

"Ko lo tau si Naf?tau dari mana?" Tanya Raka dengan nada bingungnya.

Nafisah terkekeh tertahan "Iyalah bego orang tangan cowonya cabul. Kalo cewe baik-baik pasti nangislah kalo digituin" jawab Nafisah polos membuat Raka mencubit pipi Nafisah gemas.

"Udah pendek,Tembem, Pesek, Nyebelin otak mesuk lagi. Untung aja muka lo cakep Naf" Ujar Raka setelah berhasil mencubit gemas pipi Nafisah.

Sedangkan Nafisah memegang pipi bekas cubitan Raka lalu gadis itu memberikan tatapan kesalnya kepada Raka .

'Permisi ini pesananya' Suara pelayan itu mengagetkan Nafisah dan Raka.

"Oh iya taro disini aja. Makasih ya sebelumnya" Ujar Raka dengan kesan ramah yang dibuat-buat membuat Nafisah yang melihatnyapun geli sendiri.

'Sudah ya, permisi' Kata pelayan itu saat semua pesanan sudah diletakan dimeja tempat Nafisah dan Raka singgah dikedai itu.

"Cobain brownis coklatnya deh lembut banget" Ucap Raka. Nafisah mengangguk lalu menyiapkan sendok untuk memotong brownis tersebut.

"Ini coklatnya lumer enak banget Ka" Ucap Nafisah dengan antusias yang lalu memasukan sendok berisikan potongan brownis itu kedalam mulutnya.

Raka bangkit tiba-tiba menutupi bagian mulut sampai hidungnya dengan tangan membuat Nafisah yang melihat tingkah Raka dibuat keheranan.

"Gue toilet dulu bentaran" Ucap Raka yang langsung berlalu meninggalkan Nafisah dimeja kedai itu tanpa menunggu jawaban dari Nafisah.

Gadis ini terdiam bingung melihat tingkah Raka yang menurutnya tak wajar. Kenapa dengan Raka?begitulah yang ada dipikiran Nafisah sekarang.

***

Nafisah Sudah menunggu Raka sudah hampir kurang lebih 25 menit tapi Raka tak kunjung kembali. Brownis pesanan Raka pun belum sempat pria itu sentuh. Membuat Nafisah semakin keheranan sebenarnya apa yang terjadi pada Raka?.

Ponsel Nafisah berdering membuat sang pemilik langsung mengeluarkan benda itu dari dalam saku seragam sekolahnya.

"Hey Sorry gue pulang duluan dan buat lo nunggu lama banget. Tiba-tiba ada acara ngedadak nih hehe. Gimana brownisnya enakkan?gue udah bayar kok apa yang tadi kita pesen. Pulang naik sepedah bisakan Naf?Sampai ketemu besok pagi ya"

Nafisah serasa lemas sendiri membaca pesan dari Raka. Ada rasa kecewa entah kenapa dan apa penyebabnya.
Gadis ini mulai mengetik untuk membalas pesan dari Raka itu.

"Yaudah deh kalem aja santai gapapa kok. Iya gue bisa naik sepedah sendiri pulang. Makasih buat brownisnya ya gue suka. Selamat ketemu besok pagi juga"

Setelah membalas pesan itu Nafisah melangkahkan kakinya keluar dari kedai. Ada rasa kecewa dan rasa sedih yang sulit diartikan sekarang. Rasa Kecewa dari egoisnya yang hanya tak suka jika Raka tiba-tiba meninggalkannya.

"Gue kecewa tapi gimana mau ngomong. Ada hubungan aja engga. Apa lagi punya hak" Gumam Nafisah yang lalu mengeser standar sepedahnya dan mengkayuh sepedah itu untuk sampai kerumahnya.

***

RAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang