VIII. TAKUT
Nafisah mengkayuh sepedah dengan cepat. Ada rasa kecewa yang menyelimuti pagi gadis ini. Raka tidak menjemputnya dan tidak memberi alasan kenapa Raka tak menjemput Gadis itu.
"Pagi de Napisah" sapa Kang Jajang salah satu Satpam Sekolah. dengan logat sundanya yang kental.
"Pagi juga kang Jajang. Oiya ngomong-ngomong Raka atau gengnya Guntur udah dateng belum kang?" Tanya Nafisah. Kang Jajang terdiam sebentar seperti mengingat-ngingat.
"Aduh de Napisah seinget kang Jajang sih yang baru dateng tuh si rehan sama Rusli aja" Jawab kang Jajang. Nafisah terdiam senyum tipis mengembang disana. Senyum kepura-puraan.
"Yaudah deh makasih ya Kang. Nafisah masuk dulu" ucap Nafisah,kang Jajang mengangguk .
Diparkiran memang belum terlihat motor Raka atau Geng Guntur kecuali motor Rehan. Nafisah men-standarkan sepedahnya dan berjalan melangkahkan kakinya menuju ruang kelas.
Selama langkah kakinya berjalan yang dipikirkan gadis ini hanya 'Kenapa Raka tidak menjemput' atau 'Raka kesiangan ya?mangkanya engga jemput?' Dan masih banyak pertanyaan yang diarahkan untuk Raka tapi hanya diungkapkan pada dirinya sendiri.
"Ngapa muka lo ditekuk udah kaya cucian umi gue yang belom disetrika" Ledek Karin saat Nafisah melemparkan tasnya diatas meja. Nafisah menyanggah dagu lalu membuang nafas beratnya.
"Raka engga jemput gue Rin" Kata Nafisah dengan cepat dan Jelas. Karin menautkan alisnya memandang sahabatnya itu ada raut wajah kesal. Dongkol dan Kecewa tergambar jelas disana.
"Raka ketiduran kali. Lo taukan cowo tidurnya kebo. Wajarin aja Naf" Hibur Karin walau sebenarnya Karin sendiri tak tau Raka tipe cowo hobby tidur atau bukan.
"Alesan terlalu klasik!" Protes Nafisah gadis ini menarik nafasnya dalam lalu membuangnya dengan asal "Gue kebaperan doang kali ya Rin?apa jangan-jangan nih ya si Raka cuma mau mainin gue doang. Pas udah sayang ditinggal"
Karin terdiam lalu mengaruk tengkuknya yang tak gatal bingung bagaimana menjawab pertanyaan sahabatnya itu.
"Benerkan Rin buktinya lo engga jawab"
"Lo baru pertama jatuh cinta ya Naf?" Tanya Karin. Nafisah Menatap wajah Karin dengan serius sebelum pada akhirnya mengangguk.
"Pantesan. Lo cuma takut dia matahin hati lo buat yang pertama kalinya?" Tanya Karin 'lagi'. Nafisah terdiam sejenak lalu kembali mengangguk.
"Namanya juga lo baru awal jatuh cinta sama orang, ya wajar sih kalo elo alay. Kalo elo khawatir dia matahin hati lo dengan gampangnya" Karin menatap mata sahabatnya itu dengan tatapan menenangkan "Gue juga pernah diposisi elo. Diposisi awal jatuh cinta. Diposisi awal takut. Diposisi awal engga tau gimana caranya jalan diperasaan yang aneh itu. Gue pernah ngalamin fase itu".
"Terus elo gimana nyikapinnya?" Tanya Nafisah
"Ya gitu. Awal jatuh cinta gue engga ngerti apa-apa. Semuanya kesannya indah sama kaya yang lagi elo rasain saat ini. Semua kesannya jadi drama banget sama kaya elo sekarang engga dijemput kesekolah aja melow" Karin mengikat Rambutnya yang tadi sempat terurai "Kalo lo siap jatuh cinta lo juga harus siap nanggung hal setelahnya"
"Hal setelahnya?"
"Sedih karna Patah Hati. Kehilangan. Sakit. Trauma dan Takut. Apa lagi Cinta pertama. Rasanya beda. Rasa sakitnya melebihi yang kedua atau ketiga. Rasa sakitnya itu sampe keseluruh tubuh lo. Dari nyesek,Lemes badan lo dingin,mual,pengennya nangis terus ya pokoknya engga enak patah hati cinta pertama tuh Naf" jelas Karin.
Nafisah mengkerutkan keningnya "gue yakin engga bakalan segitunyalah kalo misal patah hati. Bukan gue banget,itu terlalu drama".
Karin terkekeh pelan lalu memegang pundak Nafisah "Nafi,lo bisa rencanain gimana lo setelah patah hati. Tapi elo engga bisa ngelakuin rencana lo dengan hati yang lagi sakit . Orang yang matahin hati lo nanti seolah engga perduli sama perasaan lo Naf"
Nafisah terdiam mencerna kata-kata karin dengan teliti "Terus gue engga usah jatuh cinta sama Raka gitu?"
Karin menepuk keningnya lalu tertawa tertahan "Nafisah Putry. Lo engga bisa rencanain kapan lo jatuh cinta sama orang. Atau elo engga bisa mencegah jatuh cinta itu supaya berhenti. Semuanya tiba-tiba,Semuanya ngalir terus, ini soal perasaan engga ada yang tau gimana kecuali elo sama pencipta lo"
Nafisah mengangguk mantap dan memeluk tubuh Karin "makasih buat pembelajaraannya Rin" . Senyum Karin mengembang gadis itu membalas pelukan Nafisah.
"Udah tugas gue buat jadi pemberi saran yang baik buat sahabat gue sendiri".
***
Nafisah memberanikan diri melangkahkan kaki menuju kearah kelas Raka. Sudah jam istirahat kedua dan Raka belum juga terlihat batang hidungnya membuat Nafisah khawatir berkepanjangan.
"Rehan?" Panggil Nafisah dari luar kelas.sang pemilik nama langsung berjalan mendekat kearah Nafi.
"Apa Naf?" Tanya Rehan dengan santai. Nafisah sedikit menjinjit dan mengitip kearah dalam kelas Raka.
"Raka mana?kok dia engga keliatan ya dari tadi Pagi" Tanya Nafisah. Mimik wajah Rehan berubah menjadi bingung berbeda dengan mimik wajah awal.
"Engga tau Naf!lo coba tanya dia sendiri aja ya" jawab Rehan gelagapan "gue masuk kelas dulu nih mau nyalin PR pelajaran terakhir engga papakan?udah ya misi" Kata Rehan yang langsung melangkahkan kakinya cepat masuk kedalam kelas.
Seperti ada yang disembunyikan. sangat terlihat jelas dari gerak-gerik Rehan. Nafisah memberanikan diri menuju kelas Guntur. Tidak perduli bagaimana akhirnya.
'Bahasa V' Tulisan kelas itu terlihat jelas didepan mata Nafisah. Kelas Guntur , kelas yang dicap biangnya anak-anak rusuh.
Gadis ini celingak-celinguk melihat kearah dalam mencari siapa tau saja ada satu atau dua orang yang bisa dijadikan perantara untuk memanggil Guntur.
Billy!teman kecilnya ternyata juga anak kelas Bahasa V. Nafisah memanggil Billy dengan isyarat membuat Billy tak kunjung mendekat kearahnya.
"Billy ih sini sebentar" akhirnya Nafisah berani angkat bicara. Billy yang mendengarnya langsung mendekat kearah gadis itu.
"Iya kenapa Fi?" Tanya Billy dengan gaya khasnya. Nafisah menarik nafasnya sejenak.
"Panggilin Guntur dong. Maaf" Ucapnya pelan bahkan seperti berbisik membuat Billy mengkerutkan keningnya bingung.
"Guntur Prakasa Bumi?" Tanya Billy seperti tanda untuk penjelas. Nafisah mengangguk tapi Billy justru menggeleng "Guntur orangnya engga mau disuruh. Entar gue yang kenal pukul Fi"
"Dikelas lo ada cewenya engga Bill?" Tanya Nafisah. Billy sedikit menengok kearah kelasnya lalu menggeleng "Beneran ngga ada cewenya Bill?" Tanya ulang Nafisah.
"Iya engga ada lagi jajan kali kalo engga percaya tuh liat aja masuk" Ucap Billy. Nafisah menangguk lemas
"Yaudah thanks deh Bill. Gue balik kekelas dulu ya" Ucap Nafisah dengan nada lemasnya.
"Iya oke hati-hati Naf"
Nafisah mengacungkan jempolnya sebelum melangkahkan kakinya kembali kelas.
***
"Jangan pernah pergi saat gue udah jatuh hati.Tolong jangan buat hati gue sakit untuk yang pertama atau terakhir."
-Nafisah Putry-
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKA
Teen Fiction"Kenapa lo harus nakal?" Tanyaku kepada Raka. Pertanyaan bodoh serius deh. Raka terdiam sebentar sepertinya pria ini sedang memikirkan jawabnnya "Kebutuhan hidup" Jawabnya singkat Aku mengerutkan keningku bingung. Apa yang dimaksud 'kebutuhan hidup...