Takut kehilangan.Nafisah sedang melewati lorong dengan santai dan gumaman mengalun lembut dimulutnya. langkahnya tiba-tiba terhenti hatinya terasa perih. Raka sedang digandeng oleh salah satu teman sekelasnya yang bahkan Nafisahpun tak tau namanya.
"Nafiiiiii"Teriak kencang Karin membuat Raka dan orang yang menggandengnya menoleh. mata Raka terbelalak dan langsung dengan kasar melepaskan tangannya yang digenggam oleh gadis yang sama sekali tidak Nafisah ketahui siapa namanya.
Nafisah menarik kasar tangan Karin membuat karin hampir terlonjat kaget. rasa sesak yang tidak diketahui oleh Nafisah apa namanya ini membuat gadis itu terlihat sangat bodoh dan salah tingkah. sebut saja ini sesuatu prasaan takut kehilangan atau bisa disebut juga dengan cemburu.
"sakit ih Nafi" pekik Karin saat sudah sampai dikoridor yang sangat sepi. tangan Nafisah sudah terlepas, tidak lagi menggenggam pergelangan tangan Karin. namun sekarang tangan tangan itu mengepal dengan kuat membuat Nafisah tanpa sadar meninju tangannya kedinding polos disebelahnya. Karin terkejut melihat pemandangan itu tidak biasanya Nafisah begitu emosi seperti ini.
tanpa sadar darah segar mengalir dari tangannya yang tadi gadis itu tinjukan kuat kedinding. membuat Raka yang tanpa diketahui dari kapan sudah berada didekat Nafisah dan Karin. menggenggam tangan Nafisah lembut lalu mengikat tangannya yang berdarah dengan sekain putih yang tadi dikenakan Raka dikepala.
"lo bisa tinggalin Nafisah sama gue kok , dia bakalan aman" kata Raka yang kemudian melempar senyum kearah Karin membuat gadis itu megangguk lalu menepuk pundak Nafisah pelan memberi isyarat pamit.
"lo ngga harus nyakitin diri lo sendiri buat ngeluap emosi lo Icha" kata raka yang masih sibuk mengikat tangan Nafisah dengan kain itu. "lo ngga akan ngerti Ka!" gertak Nafisah , Raka tersenyum lembut. "Gue ngerti, gue tau, gue paham Nafisah Putry" Tangan Raka diangkat untuk membenarkan anak-anak rambut Nafisah yang tadi menutupi mata kiri gadis itu.
"Cemburu wajar kok Cha.. gue juga pernah kan cemburu sama lo, dan lo juga ngga salah cemburu sama gue" kata Raka "Kita tergenggam dalam satu janjikan , Cha. dan itu wajar kalo ada cemburu"
Nafisah memalingkah wajahnya dengan cepat , menahan air matanya dengan sekuat tenaga. tak boleh jatuh dan terlihat didepan Raka "Jangan terlalu kamu genggam, nanti sakit. jangan terlalu kamu lepas, nanti takan berkesan" kata Nafisah air matanya jatuh .
Raka tidak berkata-kata lagi hanya memeluk Nafisah dengan kuat. meluapkan rasa penyesalannya, meluapkan rasa bersalahnya, meluapkan rasa keperihannya karna melihat Nafisah menangis tepat didepan matanya.
"Nangis sekenceng-kencengnya di dada aku , marah-marah , caci aja sesukamu , keluarin semuanya hari ini. tapi besok janji harus kuat, mau ada atau ngga sama aku" Gumam Raka pelan bahkan sangat pelan. mungkin Nafisah tidak mendengarnya tapi orang yang menatap pedih mereka bedua dari kejauhan mendengarnya dengan sangat jernih.
oOoOoOoOoOo
Pemuda ini memasuki gerbang SMA Bakti Mulya dengan prasaan berbunga , ingin bertemu dengan seseorang yang sangat ia kagumi. Nafisah.
ada seorang gadis dengan wajah yang persis seperti ava line bersama Nafisah. Dengan malas Arga menepuk pundak gadis itu.
"eh.. numpang nanya kelasnya Nafisah dimana ya?" tanya Arga malas, gadis yang ia tanya hanya terdiam lebih tepatnya terpana dengan parasnya. bukan hal aneh seorang gadis tergila-gila dengan paras tampan Arga. "Hey denger ga gue tadi ngomongg apaan?" Tanya arga lagi . gadis itu terkejap lalu tersenyum.
"Nafisah putry ya? tuh dilorong IPS kesana aja" Arga berterima kasih lalu segera meninggalkan gadis itu. yang penting sekarang pemuda itu sudah mengetahui dimana posisi Nafisah.
Arga menelusuri lorong demi lorong sampai di juga pemuda itu di Lorong IPS. dengan posisi Raka yang sedang mengikat kain putih ditangan Nafisah. wajah gadis yang ia cintai itu memerah mungkin Raka dan Nafisah ada masalah itu pikir Arga.
"Cemburu wajar kok Cha.. gue juga pernah kan cemburu sama lo, dan lo juga ngga salah cemburu sama gue" kata itu terlontar dari bibir Raka membuat Arga semakin tak berani untuk mendekat diantar masalah mereka berdua.
"Jangan terlalu kamu genggam, nanti sakit. jangan terlalu kamu lepas, nanti takan berkesan" itu balasan dari Nafisah yang terasa sedikit bahagia menurut Arga . dua menit kemudian Raka memeluk Nafisah membuat dunia Arga kembali hancur untuk kesekian kalinya. jantung Arga berdentum lebih cepat dan lebih keras. tangan pemuda ini mengepal.
"Nangis sekenceng-kencengnya di dada aku , marah-marah , caci aja sesukamu , keluarin semuanya hari ini. tapi besok janji harus kuat, mau ada atau ngga sama aku"
Arga kembali terdiam. pemuda ini tau apa dari perkataan Raka, sakit yang diderita Raka dan perkembangan penyakitnyapun Arga tau.
"Tunggu waktu Ka.. bahagiain aja dulu diri lo, nanti kalo semua yang lo semua yang lo umpetin dari Nafisah kebongkar, boom! bahagia lo bakal hilang" Gumam
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKA
Teen Fiction"Kenapa lo harus nakal?" Tanyaku kepada Raka. Pertanyaan bodoh serius deh. Raka terdiam sebentar sepertinya pria ini sedang memikirkan jawabnnya "Kebutuhan hidup" Jawabnya singkat Aku mengerutkan keningku bingung. Apa yang dimaksud 'kebutuhan hidup...