XVII. Hujan Manis Sore Itu.
Nafisah sedang mengosok-ngosokan tangannya yang terbalut sarung tangan. Udara Lembang sangat dingin sore ini. Hujan turun dengan derasnya ditengah perjalanan liburan ala Nafisah dan Raka.Raka sedang tidak disamping gadis itu sekarang. Mungkin sedang mencari minum atau kamar kecil, entahlah Nafisah juga tidak tau akan hal itu.
"Maaf.." Suara khas itu tiba-tiba mengejutkan Nafisah,membuat gadis itu mengembangkan senyum tipisnya "Maaf buat kamu jadi kayak gini.. tadi kepanas gara-gara touring,sekarang kehujanan maaf ya"
Nafisah masih tetap mengembangkan senyum tipisnya. Senyum paling manis bagi Raka setelah senyum Mamanya . "Engga apa-apa Aka, aku suka nemenin hobby kamu. Aku suka seneng-seneng bareng apa yang kamu sukai"
Raka mengembangkan senyumnya dengan tenang. Gadisnya yang satu ini memang selalu mempunyai sifat sangat manis dan pengertian bagi Letnan tempur geng motor kelas gagap dikota Bandung. Raka merangkul hangat tubuh gadis yang berada disampingnya itu.
Tubuh Nafisah bukan tubuh gadis yang mungil,bukan juga tubuh gadis yang besar. Menurut Raka porsi tubuh Nafisah sangat pas tidak terlalu mungil dan tidak terlalu besar.
"Cha?"
Nafisah menoleh, tersenyum "Ya?"
"Sekarang aku makin suka sama hujan"
Nafisah mengerutkan keningnya bingung "Kok bisa?karena apa?"
"Karna kamu.." Raka menjeda ucapannya,melepas kupluk yang ia kenakan lalu dipakaikan ke kepala Nafisah. Sangat pas dan menggemaskan "Kamu selalu hadir bersama hujan,menjadi menghangat dan pemanis bersama hujan"
Nafisah terkekeh pelan meski gadis itu tau. Pipinya sudah memerah sedari tadi "Emangnya aku kopi apa, bisa menghangatkan kamu atau emangnya aku teh manis, bisa membuat kamu manis bersama hujan"
Raka menggeleng,menggenggam jari jemari gadis yang sangat ia cintai itu "Kamu lebih dari sekedar kopi yang sekedar menghangatkan atau kamu juga lebih manis dari teh manis yang biasa aku tengguk bersama hujan..Bunda kamu ngidam apa si pas ngandung kamu?kok anaknya bisa buat mabuk begini"
Nafisah terkekeh "Aku juga bukan miras yang bikin mabuk,tau" Gadis ini memeletkan lidahnya. Raka tertawa pelan lalu mencubit pipi gadis ini dengan gemas.
"Kamu bukan miras aja bikin aku mabuk,bawaannya pengen ketemu kamu. Bawaannya pengen ada disamping kamu terus"
"Lebay deh mulai"
"Ha ha ha"
Hujan semakin deras sedangkan langit semakin senja. Raka menoleh kearah gadisnya itu "Cha?pulang aja ya gapapa?nanti aku yang jelasin ke Bunda"
Nafisah menoleh kearah Raka. Wajah Raka sangat memucat membuat Nafisah khawatir dengan keadaan Raka. Biar letnan tempur sekalipun kalau kena air hujan sampe 3 jam ya tetep bisa sakit juga.
"Aka,muka kamu pucet" bukannya menjawab Nafisah justru melontarkan kalimat itu. Raka menggeleng lalu tersenyum "Aka ih!serius mukanya pucet"
"Aku gapapa,yuk pulang"
Nafisah mengangguk "Kamu kuat bawa motor ga? Kalo ga kuat biar ak...."
"Aku kuat kok" Raka menggenggam jari jemari Nafisah sebelum gadis itu menaiki sepedah motornya.
***
Sepanjang perjalanan hanya suara angin malam yang menemani mereka. Nafisah memeluk Raka sangat erat berusaha menguatkan seseorang yang sangat ia sangat itu.
"Sampe" ucap Raka dengan suara lirihnya. Nafisah turun dan menatap wajah pucat Raka "Kamu langsung bilas. Kalo udah istirahat ya,Love you"
Nafisah masih terdiam. Bukan enggan menjawab hanya masih merasakan sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Raka. Raka membuang nafas beratnya.
"Aku pulang ya.. salam buat bunda" senyum Raka mengembang sebelum laki-laki itu dan motornya meninggalkan perkarangan rumah Nafisah.
'Love you too' Ucap Nafisah kemudian,meski hanya dalam hati.
---
so sorry to late update. Lagi pusing sama kegiatan magernya bulan puasa hahaha..
Thanks buat yang udah vomments dipart sebelumnya. Jangan lupa vomments juga dipart yang ini yaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKA
Teen Fiction"Kenapa lo harus nakal?" Tanyaku kepada Raka. Pertanyaan bodoh serius deh. Raka terdiam sebentar sepertinya pria ini sedang memikirkan jawabnnya "Kebutuhan hidup" Jawabnya singkat Aku mengerutkan keningku bingung. Apa yang dimaksud 'kebutuhan hidup...