Magis.
Bandung sore itu bercuaca sedikit lembab karena sehabis hujan. Aku dan Raka sedang berada dikedai kecil pinggir jalan untuk beristirahat sejenak. Raka memesan kopi hitam sedangkan aku teh hangat.
"Ka?kamu engga bosen jalan sama aku terus?keliling Bandung sama aku terus?" Tanyaku dengan tiba-tiba entah dari mana fikiran jelek Raka bosan bersamaku itu. Raka menoleh lalu tertawa kecil "Bosen?mana ada yang bosen jalan sama orang yang dia sayang dan buat dia bahagia"
Raka menyungkingkan senyum menenangkan seperti biasa, namun ada yang berbeda wajah Raka hari ini sangat pucat.
"Kamu sakit Ka?" Tanyaku,Raka menggeleng lalu kembali menyeruput kopinya "Mana ada letnan tempur sakit Cha"
Aku terdiam,menatap matanya dan menemukan ada sebuah kebohongan berada disana "Kamu lagi ga bohong sama akukan Ka?" Tanyaku berusaha memastikan kebohongan yang aku lihat benar adanya atau hanya ilusi semata.
"Aku engga kenapa-kenapa. Aku sehat,kalo aku sakit yang terus jagain kamu siapa, masa cowo lain aku engga terima" Jawab Raka membuat aku tertawa "emangnya kalo cowo lain yang bahagian aku kenapa?"
Raka menatap mataku "Kamu itu hak dan kewajiban aku,kalo kamu bahagiannya sama orang lain berarti aku gagal menjalankan hak dan kewajiban aku sendiri"
Aku terdiam menunggu kata-kata apa lagi yang akan di keluarkan oleh laki-laki ini "Laki-laki sejati meski biadab sekalipun takan pernah berani mengingkari Hak dan Kewajiban untuk membahagiakan gadisnya"
Aku menunduk ,tersipu malu. Segala sesuatu yang diucapkan Raka pasti selalu ada magisnya yang membuatku tenang.
"Cha?"
"Iya?"
"Cara aku sayang sama kamu salah ga?"
Aku mengerutkan dahiku, bingung kenapa Raka bisa menanyakan akan hal itu.
"Engga kok,kamu sayang sama aku pake cara kamu sendiri. Dan itu unik"
Raka berdeham sejenak "tapi cara aku ga romantis"
Aku tersenyum "tapi banyak magisnya"
"Cha,kalo cara aku salah sayang sama kamu jangan pergi ya..tapi ajarkan aku supaya bisa sayang sama kamu dengan cara yang kamu mau""Aku lebih suka kamu sayang sama aku dengan caramu"
"Caraku?cara sayang dari laki-laki anarkis dan doyan tempur?"
Aku tersenyum berusaha menenangkannya "Letnan tempur yang baik. Kamu tuh nakal tapi baik,ngebuat aku bingung"
Raka tertawa "Aku baiknya sama kamu aja" Aku terdiam tak mengerti "Kalo aku baik kesemuanya, baik aku kekamu engga spesial dong?"
"Kalo aku ternyata jahat?" Kataku memancing Raka mengeluarkan kata-kata magisnya yang lain.
"Terserah,mau kamu jahat keaku apa engga intinya aku sayang"
Aku terdiam, diskakmat oleh kata-kata Raka barusan caranya berujar mengucapkan kata memang sangat berbeda dari lelaki kebanyakan.
"Kalo ada cewek yang lebih dari aku kamu bakalan tetep sama aku?" Tanyaku,pertanyaan klasik memang.
"Iya,cewe cantik emang banyak. Yang lebih dari kamu juga banyak, tapi..laki-laki sejati tau kemana dia harus pulang,dan kemana tangan itu seharusnya menggenggam" Raka mengemgkan senyumnya lagi.
"Engga usah takut aku suka sama orang lain lagi,aku pergi cuma dengan alasan-alasan yang engga bisa aku cegah sendiri"
"Maksudnya?engga bisa kamu cegah?apa Ka?" Tanyaku. Raka diam beberapa detik yang cukup lama kemudian mengelus-ngelus pucuk kepalaku
"Masalah cowo,kamu gaboleh tau" katanya yang kemudian bangkit dan mengambil kunci motornya "pulang yuk, udah mau maghrib ga enak sama Bunda kalo balik kemaleman"
Katanya yang keluar kedai duluan meninggalkan aku yang sedang bangkit dengan rasa kebingungan.
========
Sorry for late update gua sibuk sama sekolaan sampe nganggurin Raka berbulan-bulan lamanya.
Makasih ya buat kalian yang masih setia nyimpen Raka dalam library kalian meski gua tau cerita ini udah berjamur dan bulukan:'v
Jangan lupa vote dan comments ya biar gua rajin ngenext selama liburan. Oke seeyou babay
Keep Find Me On
IG:Nabilarbsmn
Askfm:NabilaNabile
Line:Bilaaxx
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKA
Teen Fiction"Kenapa lo harus nakal?" Tanyaku kepada Raka. Pertanyaan bodoh serius deh. Raka terdiam sebentar sepertinya pria ini sedang memikirkan jawabnnya "Kebutuhan hidup" Jawabnya singkat Aku mengerutkan keningku bingung. Apa yang dimaksud 'kebutuhan hidup...