XX.Kabar BurukBau obat tercium dimana-mana. Raka sedang terbaring diranjang dengan wajah pucat dan tubuh melemas. kebiasaan seseorang sehabis mengalami kemoterapi .
Pintu terbuka menampakan wajah Ayahnya dan Ratna meski Raka tak begitu dengan sang ayah bukan berarti ayahnya tak perduli dengan kondisi kesehatan anaknya.
Wajah Ayahnya dan Ratna menampakan senyum lebar saat sudah berada disamping ranjangnya. tapi untuk pertamakalinya seorang Raka merasakan bahwa Ayahnya dan kembarannya tak sedang benar-benar tersenyum bahagia. terkesan penuh kepalsuan.
"Aku bawain Cheesecake kesukaan , Chandra" Kata Ratna yang mengeluarkan sekotak cheesecake berukuran sedang. Raka bersender dileher ranjang, lalu menerima cheesecake yang tadi Ratna sodorkan.
" Makasih" Raka berujar dengan suara seraknya. tangan lemasnya mulai memotong kecil-kecil kue itu agar kuat nantinya ia kunyah.
"Kamu harus janji sama Ayah buat sembuh" Ucap Ayahnya dengan nada sedikit frustasi. Raka berhenti mengunyah kuenya prasaannya semakin tak enak. "Sore ini , kamu udah boleh pulang"
"Nanti undang Nafisah makan malam dirumah ya,Chand" Timpal Ratna. Mata gadis itu berkaca-kaca entah mengapa.
"Nanti malam ada apa?" Tanya Raka .
Ayahnya mengembangkan senyumnya. dipastikan kali ini lebih terlihat asli ketimbang sebelumnya. "Hanya makan malam biasa Chand"
Raka menaikan satu alisnya tanda keheranan "Ngga ada yang salah dari kesehatan Raka bulan inikan?.. Raka makin baikkan?!" Raka memekik, bahkan tangan nya yang melemas sekarang sudah mengepal dengan kuat.
Ratna dan Ayahnya bungkam seribu bahasa. membuat Raka semakin terjatuh dalam keheranannya.
"Jawab Yah!!" Nada suara Raka kali ini bahkan hampir seperti berteriak.
"Ayah packing baju-baju kamu dulu ya... nanti aja ya nak ngobrol beratnya, setelah makan siang sebelum kamu pulang".
oOo
Langit siang sangat amat cerah. membuat Raka semakin siap untuk keluar dari rumah sakit dan kembali merasakan hawa Bandung tanpa halangan bau obat-obatan lagi.
"Sudah siap?" kata Ratna, Raka mengangguk "Ayah udah nunggu dikursi taman rumah sakit tuh, katanya nungguin kamu.."
"Nunggu Gue? ngapain?"
Ratna menaikan kedua bahunya "Ngga tau,coba samperin dulu aja.. tas kamu nanti biar aku suruh pak retno (Supir Keluarga Raka) yang bawa".
Raka mengangguk lalu turun dari kasurnya dan melangkahkan kaki menuju taman rumah sakit . lelaki ini mengembangkan senyum lebar, minggu ini mungkin surat perkembangan fisiknya sudah dikeluarkan. dan Raka sangat yakin bahwa isi Surat itu minggu ini Akan memuaskan hatinya.
" Maaf lama nunggu yah.." Kata Raka yang sudah berdiri didepan ayahnya yang terduduk dikursi panjang taman itu. seamplop coklat bercapkan rumah sakit digenggam oleh ayahnya dengan erat.
" Engga apa-apa... sini duduk" kata ayahnya yang menepuk-nepuk tempat disebelahnya. mengisyaratkan Raka agar terduduk disitu.
"Ada apa Yah?" Raka masih mengembangkan senyum dibibir pucatnya. Ayahnya merangkul dengan penuh hangat.
"Maaf" Hanya satu kata itu. tapi mampu membuat Raka terhempas hingga sedalam lautan Paling dalam. Ayahnya menyodorkan amplop coklat itu kepada Raka,meski dengan tangan yang bergetar.
Raka membuka amplopnya. meski sesekali melirik Ayahnya. tubuhnya mengkaku,lidahnya kelu. isi surat itu diluar ekspetasinya selama ini.
Ayahnya menempatkan Raka kedalam pelukannya. Raka masih terdiam,bukan ini yang sebenarnya ia mau. bukan.
"Ayah yakin sama kamu. kamu pasti sembuh" Ayahnya masih berusaha menghibur. sedangkan Raka hanya terdiam "Kamu harus kuat Ka. harus"
Raka melepaskan pelukan ayahnya dengan kasar lalu berlari sekuat tenaga. menelusuri lorong-lorong rumah sakit hingga tubuhnya tertabrak dengan seseorang.
Itu Arga. tapi Raka tak perduli lelaki itu tetap melanjutkan berlari.
meski sekarang amplop coklat berisi surat perkembangannya itu terjatuh dan sudah berada ditangan Arga.
oOo
Edisi kejar tayang ngenext sebelum gue kembali sibuk dengan sekolah. gimana liburannya?kenyang? apa minta nambah? bhahahaha.
jangan lupa vomments yaaaa.
xoxo.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKA
Teen Fiction"Kenapa lo harus nakal?" Tanyaku kepada Raka. Pertanyaan bodoh serius deh. Raka terdiam sebentar sepertinya pria ini sedang memikirkan jawabnnya "Kebutuhan hidup" Jawabnya singkat Aku mengerutkan keningku bingung. Apa yang dimaksud 'kebutuhan hidup...