Bab 32

12.6K 680 25
                                    

Nafisah berlari dengan kencang mencari ruang ICU salah satu suatu rumah sakit besar ini.

Tubuhnya langsung menghamburkan pelukan saat melihat Ratna yang sedang terdiam dan menangis.

"Semua bakalan baik-baik aja Rat" Nafisah berbisik pelan, berusaha menenangkan Ratna.

Meski dalam hati Nafisah dirinya tak bisa meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

bundanya sedang berbicara dengan Ayah Raka, menanyakan bagaimana keadaannya dan kondisi Raka yang sebenarnya sampai bisa seperti ini.

Nafisah menahan tangisnya, untuk kali ini biarkan dirinya menjadi penenang untuk Ratna.

"Masih Naf, kamu udah mau dateng" Ucap Ratna pelan, suaranya serak bahkan terkesan seperti habis.

Nafisah mengangguk lalu tersenyum "Raka bakalan baik aja kok, dia tukang berantem, tukang ribut, anak bandel jadi lawan sakit doangmah gampang buat dia, Rat"

Ratna mengangguk, Nafisah tersenyum meski ada yang berteriak dengan lantang dalam hatinya kalau sebenarnya Raka tidak sedang baik-baik saja.

Telfon Nafisah berdering "bentar ya ,Rat" izin gadis ini untuk sedikit menjauh dan mengangkat telefon yang masuk.

"Hallo? "

"..........."

"Aku gabisa, lagi dirumah sakit"

"..........."

"Bukan aku yang sakit, Raka"

"..........."

"Kalau mau ketemu kerumah sakit aja"

".........."

"Iya"

Nafisah mematikan telefonnya lalu kembali terduduk disamping Ratna. Gadis ini membuka jaketnya lalu mengenakannya ditubuh Ratna.

"Kalo lo sakit yang jagain Raka dirumah nanti siapa" Senyum Nafisah meneduhkan, layaknya senyum seorang Ibu yang Ratna rindukan.

Pintu ruang ICU terbuka,menampakan dokter laki-laki paruh baya .

"Keadaan anak saya bagaimana dok?" tanya ayah Raka dengan penuh nada panik dan kecemasannya.

Dokter paruh baya ini membuang nafas beratnya "Masih kami tangani,mungkin beberapa hari Raka mengalami koma"

Seluruh orang yang mendengar penjelasan dokter itu terkejut dan tidak percaya,

Nafisah yang sejak tadi menahan tangisnya tanpa sadar sudah mengeluarkan air matanya. Tubuhnya melemas memikirkan bagaimana keadaan Raka kedepan.

"Raka boleh dikunjungi,tapi maksimal hanya oleh 2 orang" lanjut dokter itu yang kemudian meninggalkan mereka.

"Ratna ,ayo masuk dulu, kita lihat keadaan Raka" ucap Ayah Raka membuat Ratna langsung berdiri dan menuruti perintah ayahnya.

OoOoOo

Jam dinding rumah sakit sudah menunjukan pukul 3 dini hari namun tetap Nafisah belum memejamkan matanya.

"Nafisah" panggil seseorang membuat Nafisah menolehkan pandangnya, Arga disana sedang berlari menghampirinya

"Iya Ga" hanya itu kalimat yang cukup kuat untuk dikeluarkan seorang Nafisah dalam keadaan seperti sekarang.

"Kopi Naf" ucap Arga yang menyodorkan 1 cup kopi hangat kepada Nafisah.

Gadis ini mengangguk,menerimanya meski tak kunjung meminumnya.

"Raka pasti kuatkan ,Ga" ucap Nafisah lirih , Arga terdiam.

"Raka cowo paling kuat yang gua kenalkan Ga, dia tukang berantem, tukang ribut, tukang bikin ulah jadi sama sakit aja pasti dilawankan Ga"

Arga membuang nafas beratnya lalu menatap Nafisah dalam "Raka pasti bisa lawan sakitnya Naf, terlebih lagi dia tau kalo lo bakalan support dan doain dia kaya sekarang "

Nafisah menutup wajahnya dengan kedua tangan lalu kembali menangis.

"Kalo boleh minta waktu diulang gua lebih mau hari - hari gua sama Raka kebelakang itu dihabisin buat jalan, ketawa, bercanda bareng bukan justru ribut besar"

"Ada 2 hal yang ga bisa lo rubah Naf,  1 waktu yang udah terpakai 2 perasaan "

Nafisah terdiam, menangis sejadi-jadinya yang Ia perlukan sekarang hanya pelukan Raka.

******

Eh hallo akhirnya gua next dengan segala kengaretan dan kemageran gua wkwk.

Makash buat yg udah baca cerita Rakaaaaaaaaa ga sangka ampe banyak begini wkwk.

Semangat juga buat yg un dede dede wkwk.

RAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang