RAKA 21

13.8K 776 4
                                    


Makan Malam.

Nafisah sedang merias wajahnya didepan cermin . gadis ini membuat lengkungan indah setelah memoleskan sedikit lipstik babypink ke bibirnya.

"Udah siap belom? buruan ayo" Kata Nicko diambang pintu kamar adiknya. Nafisah bangkit lalu memutar "Cocok ga?" tanya gadis itu.

Nicko menimang-nimang lalu tersenyum "Cocok. pas banget". Nafisah mendekat ke Nicko dan memeluk abangnya itu erat sekali. sangat sangat erat.

Nicko Kali ini mau untuk mengantar Nafisah makan malam dirumah Raka karna ada satu hal. rumah teman Nickopun tak jauh dari situ.

"Pulang jangan kemaleman" Kata Bunda yang mengecup pelan puncak kepala Nafisah "Kamu juga jagain adeknya Nick,jangan sibuk sama temanmu aja!" Lanjut Bunda yang kemudian mengacak-ngacak rambut Nicko.

"Siappp Bundaaaa" Teriak Nafisah diambang pintu keluar. "Jalan dulu ya Bund" Teriak Nicko juga saat membuntuti adiknya.

"Hati-hati" Teriak Bunda saat mereka sudah melesat dengan mobil hitam hadiah ulangtahun milik Nicko.

***

Makan malam berjalan dengan lancar. Raka dengan Gentle Nya memperkenalkan Nafisah kedepan ayahnya.

Makan malam juga sudah selesai beberapa menit yang lalu. dan sekarang Nafisah sedang berada disaung dekat kolam renang rumah Raka. dengan Raka, secangkir teh hangat dan suara gemercik air kolam renang.

"Bintangnya bagus ya" Raka membuka percakapan ringan. Laki-laki itu mendongakan kepalanya melihat ribuan bintang yang sekarang sedang berkerlap-kerlip dengan indah .

Nafisah mengangguk "Mereka selalu punya bulan yang ada disamping mereka".

"Bulan selalu sayang sama Bintang. bahkan meski hanya sedikit Bintang yang terlihat,Bulan tetap menerangi Bintang"

Nafisah menatap Raka entah ia ingin sekali mempertanyakan hal ini kepada Raka "Kamu sayang sama aku? Bagaikan apa?"

"Hujan" Katanya memberi jeda "Hujan selalu jatuh memberi kehidupan kepada semesta. tanpa minta dibalas"

Nafisah terdiam. logika Raka memang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun.

"Dan hujan itu air" Raka tersenyum "Air akan tetap jadi air, meski mereka sudah pergi ketempat jauh"

Raka mengeluarkan pemantiknya,memainkannya sama seperti awal Nafisah bertemu dengan Raka.

"inget awal kenal?" tanya Raka,Nafisah mengangguk . "lucu ya bahkan dulu aku so kenal so akrab gitu"

Nafisah tertawa sejenak . lalu mengangguk lagi "Iya. so akrab banget".

Raka dan Nafisah tertawa dengan bersamaan. mereka berbagi tawa,berbagi cerita secara bersamaan. mereka seperti seseorang yang tidak terikat komitmen apa-apa berjalan beriringan tanpa ada kesakitan.

Raka terdiam tiba-tiba , memalingkan wajahnya lalu mengusap bawah hidungnya. darah segar mengalir tanpa rencana. dengan cepat laki-laki itu menghapusnya.

"Aka..?" Panggil Nafisah yang menepuk pelan pundak Raka . Raka menoleh lalu tersenyum.

"Kamu kenapa?"

Raka tersenyum sangat sangat teduh "Aku?kenapa apanya?" laki-laki ini berusaha mengelak atas kesakitannya lalu bangkit "aku anter kamu pulang ya . udah malem, takut hujan"

'Sepinter-pinternya cowo bohong tetep aja cewe ngerasa meski hanya diam' -Nafisah

RAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang