XIV.Cedera Nafisah.Raka sedari tadi tak henti-hentinya mondar-mandir didepan salah satu ruang rumah sakit. Menunggu gadis yang ia cintai tersadar.
Tak perduli dengan luka yang ada ditubuhnya sendiri ia hanya ingin Nafisah baik-baik saja saat ini.
Karin sedari tadi hanya menangis tak tega dengan keadaan Nafisah yang tadi tak sadarkan saat sekolah sedang diserang."Raka.."
Suara wanita paruh baya yang sepertinya ia kenal. Suara Bundanya Nafisah. Namira.
"Bund.." ucap Raka saat Namira mendekat. Raka bersalaman dengan Namira sangat sopan. Bisa dirasakan dari tangannya saja Namira sudah dingin. Cemas dengan keadaan anak bungsunya itu.
Dari arah belakang sudah terlihat Nicko berjalan dengan tangan yang dikepal kuat. Saat didekat Raka ,Nicko memegang kerah seragam Raka dengan kuat dan mendorong tubuh Raka hingga menyentuh dinding rumah sakit.
Nicko melepaskan kepalannya yang berada dikerah Raka lalu mengusap wajahnya dengan gusar.
"Maaf Nick" Kalimat pelan keliar dari mulut Raka.
"Percuma gue marah-marah sama lo,nyatanya adek gue udah terlalu sayang sama lo"
Nicko terduduk dikursi rumah sakit lalu menutup wajahnya menangis sejadi-jadinya. Ia sangat mencintai Bundanya dan Nafisah karna menurutnya kedua wanita itu adalah separuh dari hidupnya.
"Adik kamu bakalan baik Nick" ucap Namira menenangkan anak sulungnya. Memeluk pemuda berusia 20 tahun itu dengan lembut. Ia tahu betul siapa Nicko. Secuek dan sedingin apapun Nicko terhadap Nafisah ia bukan berarti Nicko tak menyayangi Nafisah.
Pintu ruang ICU terbuka terlihat dokter dengan wajah cemas disana. Namira bangkit dengan cepat dan mendekat kearah dokter itu.
"Gadis itu terkena pendarahan dalam. Mungkin bisa koma beberapa waktu"
Ucap dokter itu singkat dan membuat semua yang berada disana mematung. Tak terima jika Nafisah dikatakan koma. Karna yang mereka tau Nafisah adalah seseorang yang kuat.
"Nafisah sudah boleh dilihat,Saya permisi dulu Bu" Ucap dokter itu dengan santun seraya meninggalkan Namira yang masih berdiri kaku mendengar kabar komanya Nafisah.
Tanpa sadar tubuh Namira terjatuh tapi ditahan oleh Raka. Namira menangis sejadi-jadinya disana mendengar anak bungsunya koma adalah kabar buruk kedua setelah mendengan Nicko patah kaki karna kecelakaan.
"Nafisah akan kuatkan Ka. Dia akan kuat Bunda yakin" isakan terdengar hebat membuat hati Raka sedikit meringis. Kalau bukan karena Nafisah ingin melindungi Raka takan begini ceritanya.
"Maafin Raka bund.." Suara Raka parau seperti menahan tangis. Pemuda ini hanya tak tega melihat Namira menangis karna Nafisah.
"Ngga sepenuhnya salah kamu Ka.. udah takdir memang" Jawab Namira dengan suara serak khas sehabis menangis.
"Mending kita masuk kekamarnya aja yuk Bund dari pada disini ngga enak diliatin orang" ajak Nicko yang membantu Bundanya untuk berdiri.
Namira menangguk dan menuruti perintah anaknya itu. Ia bangkit lalu masuk kedalam ruangan Nafisah.
"Kalo masuk,masuk aja bro. Gue yakin Icha juga butuh elo" Ucap Nicko sebelum pintu ruangan Nafisah tertutup rapat.
Raka menggeleng perlahan. Batinnya berkata ia tak pantas untuk menemani Nafisah. Raka adalah penyeban semua dibalik ini. Semuanya karena ulahnya.
"Lo ngga usah nyalahin diri lo karena kejadian ini" Ucap Karin yang sepertinya bisa menebak apa yang ada didalam fikiran Raka.
"Lo tau?Nafisah gini karena dia sayang sama lo. Dia nganggep lo penting. bahkan lebih penting dari dirinya sendiri"
"Mangkanya gue mohon jangan karena rasa ngga enak lo. Rasa bersalah lo,lo jadi ngilang dan ngga mau nemuin Nafisah lagi."
"Lo bakalan buat dia lebih hancur dari sekarang kalo lo ninggalin dia Ka. Lo udah gede gue yakin lo bisa mikir gimana kedepannya kalo lo ninggalin Nafisah. Gue yakin ngga cuma Nafisah yang terluka dan kehilangan. Tapi juga elo."
Raka terdiam mendengar kalimat akhir dari bibir Karin. Memang ada benarnya bahkan sangat benar.
"Gue masuk kedalem dulu ya Ka, gue harap lo secepatnya masuk keruangan. Gadis yang lagi terbaring disana pasti butuh elo. Sangat"
Karin melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan, meninggalkan Raka yang masih berkecamuk dengan pemikiran dan prasaannya sendiri.
"Semua karena sayang. Coba kalo ngga sayang. Mungkin elo ngga akan ngelakuin hal bodoh yang bahkan lo sendiri tau itu bakalan nyakitin diri lo!" Raka membatin. Lalu mengusap wajahnya dengan gusar.
- - - - -
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKA
Teen Fiction"Kenapa lo harus nakal?" Tanyaku kepada Raka. Pertanyaan bodoh serius deh. Raka terdiam sebentar sepertinya pria ini sedang memikirkan jawabnnya "Kebutuhan hidup" Jawabnya singkat Aku mengerutkan keningku bingung. Apa yang dimaksud 'kebutuhan hidup...