"Kamu beneran putus sama si Nafisah Chand?" Tanya Ratna sebelum menyesap cokelat panasnya. Raka mengangguk dengan asap yang keluar dari mulutnya.
"Tapi gua masih sayang sama Nafisah" kata Raka mejelaskan, Ratna masih sibuk dengan cokelat panasnya "gua mau buat Nafisah bahagia, mangkanya gua lepasin Dia"
Ratna mengerutkan keningnya bingung "Maksudnya gimana?, bikin dia bahagia gimana?"
"Gue ngelepasin Dia biar Dia cari kebahagiaannya sendiri Na, gua mau Dia bahagia..
..kalo sama gua dia engga bahagia Na gua banyak nyimpen rahasia sama dia, gua nakal, bandel, brengsek, berandalan. Banyak musuh juga yang nyebabin dia terancam..
..Sayang Na gua sama dia, ga mau juga gua ninggalin dia sambil nangis kayak kemaren di caffe cuma gua ngelepas dia demi buat dia bahagia..
..Cuma kalo dia sama gua terus kasian ke dianya, gua nyakitin dia terus, bikin dia khawatir terus, bikin dia mikir dan nebak-nebak apa yang lagi gua umpetin dari dia"
Ratna menaruh gelas berisikan setengah cokelat panasnya itu dengan pelan lalu menatap Raka dengan serius "bukan dengan ngelepas kamu bikin dia bahagia Ka"
"Tapi kadang kita harus ngelepas seseorang demi buat orang itu bahagia Na"
Ratna menggeleng tidak setuju dengan ucapan Raka "kalo kamu ngelepasin dia sama aja kamu buat dia engga bahagia dengan ngebiarin dia nyari seseorang yang ga bisa kamu jamin bisa buat dia bahagia atau engga"
Raka terdiam,
"Chand,kalo kamu mau buat seseorang bahagia ,kamu ga harus ngelepas dia.
Kamu cukup mastiin dia sama kamu dan kamu buat dia bahagia""Cara buat bahagianya itu yang susah"
"Nafisah sayang sama kamu Chand,biasanya kalo orang lagi sayang mau cuma disenyumin dari jauh aja bahagiannya bukan main..
..Bahagia itu sederhana kok,bahagia itu kamu sendiri yang nyiptain"
Raka berdeham sebentar "terus gua harus gimana Na?"
Ratna tersenyum "Minta ketemu sama Nafisah terus ajakin dia balikan"
Raka mengangguk lalu dengan semangat dirinya menulis pesan kepada gadisnya
Jam 4 ditaman kota ya Cha ,ada yang mau gua omongin. See you
Raka mengacak-ngacak rambut Ratna "gue mandi dulu ah,mau ketemu mantan harus ganteng" katanya sebelum mengambil handuk dan masuk kedalam kamar mandi.
--
Disini laki-laki itu sekarang,ditaman kota dengan setelan baju hitam polos dibalut kemeja yang tidak dikancing serta jins hitam dengan aksen sedikit robek.
Senyum mengembang indah , Raka tau hari ini akan menjadi hari baik bagi dirinya dengan Nafisah. Raka ingin memastikan setelah ini tidak ada lagi Raka yang membuat Nafisah menangis.
Sudah 1 jam menunggu tapi Nafisah belum juga datang atau terlihat batang hidungnya,Raka mulai gelisah. Berkali-kali laki-laki ini berusaha menelfon Nafisah tapi hasilnya selalu sama tidak di angkat oleh Nafisah.
Ada perasaan dalam dirinya yang layu,semangatnya terkikis sedikit demi sedikit terganti dengan perasaan kecewa yang entah sejak kapan datangnya. Raka menarik nafasnya lalu membuangnya perlahan,demi membuat hubungannya dengan Nafisah membaik tidak ada salahnya sama sekalikan untuk menunggu lebih lama lagi.
Sudah 2 jam berlalu , langit tampak menggelap dan Nafisah belum juga datang. Raka berfikir apa segitu kecewanya seorang Nafisah hingga tidak ingin bertemu dengan dirinya? Segitu bencinya Nafisah hingga tidak ingin bertemu dengan dirinya?.
Jam tangan Raka menunjukan sudah pukul 7 malam , taman kota juga sudah mulai sepi. Orang-orang berhamburan untuk pulang sedangkan Raka masih asyik terduduk disalah satu kursi taman untuk menunggu Nafisah.
Laki-laki ini bangkit lalu menuju motornya ,jika Nafisah tidak ingin berangkat menemuinya maka dirinya sendiri yang harus berangkat menemui Nafisah.
--
"Eh Raka" kata Resi, sepupu Nafisah yang memang sedang menginap dirumah Nafisah.
"Iya Res, Nafisahnya ada ga? Kalo ada tolong panggilin dong Res" Kata Raka, kalimat bicaranya santai tapi terselip nada kecewa yang bercampur disana.
"Nafisah? Lah, diamah keluar jalan sama temen nya dari pagi"
Raka mengerutkan keningnya bingung, Nafisah keluar dari pagi? Bukannya janji dengan Raka baru sore tadi?.
"Siapa emang temennya Res?"
Resi terdiam "ih, lupa Rak"
Raka terdiam lalu mengangguk "yaudah Res ,gua tungguin Nafisah diteras rumah bolehkan?"
Resi mengangguk "Iya Rak gapapa, gua masuk dulu ya kalo Nafisah udah pulang suruh langsung dikunci takut gua ketiduran"
Raka mengangguk.
Laki-laki itu melihat kearah jam tangannya pukul setengah sembilan malam dan Nafisah belum juga pulang. Sudah hampir 80 kali Raka menelfon gadis itu tapi tak kunjung diangkat olehnya.
Motor hitam berhenti didepan rumah Nafisah,membuat Raka yang tadinya sedang berdiri langsung bangun dan melihat dengan siapa Nafisah diajak jalan.
"Ra raka?" tanya Nafisah dengan nada bergetar, Raka diam masih terus menunggu siapa laki-laki yang mengajak Nafisah jalan.
Emosinya memuncak, dadanya terasa sesak. Nafisah jalan dengan musuhnya sendiri, Arga.
"Seneng-seneng banget ya tadi? Sampe lo gua telfonin ga diangkat sama sekali" tanya Raka dengan nada pelannya yang menusuk.
"Raka lo kalo mau marah sama gua aja, gua yang maksa Nafisah jalan sama gua" Bela Arga, Raka langsung menatap tajam kearah Arga.
"Diem! Gua ga lagi nanya sama lo anjing" ucap Raka yang menunjuk Arga dengan sinis.
"Handphone aku ditas Ka, engga kedengeran kalo kamu nelfon" jelas Nafisah, gadis ini menunduk ada rasa bersalah luar biasa yang menghinggapi dadanya.
Raka tertawa miris "gua nungguin elo ditaman kota dari jam 4 Cha! Gua khawatir takut lo gamau ketemu gua mangkanya gua yang nyamperin lo kerumah! Tapi lo jalan dari pagi? Iya Cha? Lo jalan sama orang yang lo tau gua gimana sama dia Cha? Iya Cha?"
Nafisah menunduk, air matanya hampir terjatuh
"Maaf Ka" ucapnya lirih, Raka menepis maaf itu dengan sinis.
"Kayaknya emang gaada yang harus diperbaikin ya Cha, lo udah nyari kebahagiaan lo setelah gua pergi? Gua kira lo bakalan nunggu gua sebentar aja sampe gua balik lagi sama lo"
"Ka dengerin penjelasan Nafisah dulu" Bela Arga lagi. Raka dengan kasar menarik kerah baju Arga dan menatap tajam kearah laki-laki itu.
"Kata gua apa? Diemkan? Ya DIEM!. Gausah ikut campur masalah gua anjing" Kata Raka yang kemudian melepaskan kerah baju Arga.
Raka berjalan melewati Nafisah dan Arga tanpa ucapan perpisahan atau sebagainya. Mata Raka dan Nafisah sempat bertemu sebelum laki-laki itu mengenakan helm fullfacenya.
"Sebahagia lo Cha" ucap Raka sebelum melajukan motornya pergi.
--
Oke sip.. Ini gua next sangat cepat karena kegabutan yang melanda hidup gua 2 hari ini. Chap ini panjangkan? Gua harap si panjang:'v
Jangan lupa baca cerita gua yang ' Biru dan Randira ' juga yaa .
Jangan lupa Vomments biar gua ngenextnya juga ga males-malesan h3h3.
Selamat hari minggu,
Selamat libur,
Besok senen gais,
Besok kelas 12 UN ya? Mangatz.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKA
Teen Fiction"Kenapa lo harus nakal?" Tanyaku kepada Raka. Pertanyaan bodoh serius deh. Raka terdiam sebentar sepertinya pria ini sedang memikirkan jawabnnya "Kebutuhan hidup" Jawabnya singkat Aku mengerutkan keningku bingung. Apa yang dimaksud 'kebutuhan hidup...