"Naf" panggil Karin yang mengejutkan Nafisah, "kenapa sih?, lagi sakit?, mau ke uks?" tanya Karin, Nafisah menggeleng pelan.
Beberapa hari ini memang Nafisah lebih sering terlihat murung, melamun.
"Gua sama Raka putus ,Rin" Ujar Nafisah pelan,matanya berair sekarang.
"Patah hati yang pertama emang bener-bener ngerubah orang ya, Naf" Kata Karin yang sekarang sedang merangkul sahabatnya itu "Kadang, emang patah hati pertama dateng disaat kita bener-bener ga siap"
Nafisah menunduk, airmatanya sudah jatuh sejak tadi. "Salah gue, Rin. Salah gue"
"Salah kalian berdua, masih mentingin ego masing-masing"
Nafisah terdiam, punggungnya naik turun, sesegukan.
"Gue engga pernah ngertiin Raka emang ,Rin?.Gue engga pernah memahami Raka emang ,Rin?.kalo gue orang yang ga ngertiin atau memahami Raka kenapa gue adalah pelukannya disaat dia terpuruk sama dunia!"
Diam,tidak ada yang menjawab.
"Gue yang paling marah kalo Dia dipecundangi dunia tapi kenapa gue dianggap ga pernah ngertiin Dia?"
Masih Diam,
"Rin jawab!" Nafisah mengangkat wajahnya lalu terdiam. Raka didepannya dan Karin sekarang,sedang menyaksikannya menangis dan pasti mendengarkan apapun yang tadi Nafisah bicarakan.
Tatapan Raka dingin,bahkan saat melihat Nafisah menangis seperti ini.
"Kamu marah?" tanya Nafisah yang menepis air matanya.
"Engga"
"Terus kenapa?"
"Engga kenapa-kenapa"
"Kamu ga suka aku deket-deket sama Arga?"
"Serah" kata Raka yang langsung meninggalkan Nafisah . Karin tercengang melihat adegan didepannya.
Bahayanya seseorang kalo udah kecewa, rasa nyaman aja bisa ilang Karin membatin.
••••
"Raka harus secepatnya untuk dioperasi"
Pria ini memijat keningnya pelan, "tapi kita saja belum menemukan pendonor yang tepat untuk Raka"
"Anda tau betul bukan bagaimana keadaan Raka sekarang?"
Pria ini mengangguk,
"Raka harus secepatnya dioperasi agar hidupnya bertahan lama, sudah cukup lama dia menyimpan rasa sakitnya sendiran"
"Dok, tolong bantu saya cari pendonor juga untuk Raka. Berapapun harganya akan saya bayar.siapapun orangnya akan saya bujuk"
"Kami akan coba bantu"
Pria ini membuang nafas leganya "apapun demi kesehatan Raka akan selalu saya dahulukan"
••••
Raka dan Ratna sedang makan sekarang ,hanya suara sendok dan piring yang beradu memenuhi ruangan.
Raka terbatuk dengan keras membuat Ratna dengan refleks memberikan Raka minum.
Ratna terdiam, ditepian gelas terdapat sisa darah dari mulut Raka. Ratna menarik kepalan tangan kiri Raka dengan keras.
Benar, batuk darah.
"Chand, aku harus telfon ayah. Semuanya bakalan lebih baik kalo lebih cepet diobatin" kata Ratna yang hendak mengambil ponselnya namun tertahan oleh tangan kanan Raka yang memegang tangannya.
"Gausah"
"Nanti tambah parah Chand"
"Gue bilang gausah ya gausah Na, gua bisa nahan sakit gua sendiri kok"
Ratna terdiam,
"Gue mau ke kamar" kata Raka yang berdiri dari duduknya. Sempat oleng, "gue gapapa Na, kalem" lanjut Raka saat Ratna menopang tubuhnya.
Selangkah Raka masih kuat untuk berjalan.
Dua langkah penglihatan Raka buram.
"CHAND!"
••••
"Kamu makan dong, Naf. Jangan didiemin aja makanannya" ucap sang Bunda yang sebal melihat Nafisah hanya mengaduk-ngaduk makanannya.
"Nafisah, dimakan! " ucap Bunda lagi dengan nada yang lebih tinggi membuat Nafisah terlonjat kaget.
"Tau, bukannya dimakan ,malah diliatin doang" kata Niko yang sibuk dengan kunyahan didalam mulutnya.
Telfon rumah berdering keras membuat Bunda, Nafisah dan Niko saling melempar pandang siapa yang akan mengangkat telfon.
"Biar aku aja" ujar Nafisah yang berdiri dan menuju meja ruang tamu untuk mengangkat telfon.
"Hallo, rumah Bunda, Niko dan Nafisah disini. Ada apa dan ini siapa? " ucap Nafisah saat mengangkat telfon.
"Naf, " jawab seseorang ditelfon dengan nada parau sehabis menangis.
"Iyaa ini Nafisah. Kenapa? " tanya Nafisah, gadis ini mulai panik.
"Naf, Raka Naf"
Detak jantung Nafisah lebih kencang dari sebelumnya. Pasalnya ada apa orang ini menelfon dengan nada suara begini dan membahas Raka.
"Kenapa sama Raka? "
"Raka masuk ICU, keadaannya drop banget. Kalo boleh kamu kesini ya Naf, tolong banget"
Tubuh Nafisah melemas, bahkan kakinya tidak sanggup lagi menopang tubuhnya. Gadis ini memeluk lipatan kakinya lalu menangis sejadi-jadinya sekarang.
Bahagianya hampir hilang.
------
Akhirnya gua next, typo epriwer jadi tolong maklum ya gais.
Oiya jangan lupa Vote dan Comments biar gua makin semangat buat nulis yaaa.
Baca juga cerita gue yang Biru Dan Randira.
Terima kasih buat kalian yang udah mau baca cerita gue, semoga suka terus yaa hehe. Jangan lupa share ketemen-temen biar makin banyak lagi yang baca hehe.
Love and kisses
Bills.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKA
Teen Fiction"Kenapa lo harus nakal?" Tanyaku kepada Raka. Pertanyaan bodoh serius deh. Raka terdiam sebentar sepertinya pria ini sedang memikirkan jawabnnya "Kebutuhan hidup" Jawabnya singkat Aku mengerutkan keningku bingung. Apa yang dimaksud 'kebutuhan hidup...