XIII.Tragedi sekolah"Yaudah entar kita serang mereka , sebelum mereka nyerang sekolah kita"
Kata-kata Raka yang itu Selalu terulang dikepala Nafisah. Kalau dibilang lancang mungkin saja benar Nafisah lancang mendengarkan berbicara saat pemuda itu sedang berkumpul dengan geng motornya.
"Apa Raka kembali menjadi dulu?"
Hanya kata-kata yang itu yang terus terulang.bahkan sampai-sampai pak Joko yang sedang menjelaskanpun sama sekali tak didengar oleh Nafisah.
Suara kaca pecah terdengar membuat Nafisah tersadar dari lamunannya. Pak Joko keluar dengan tangan yang dikepal. Suara knalpot motor yang diracingpun terdengar. Ia yakin ini ulah geng motor lain yang ingin melawan geng motor Raka.
Nafisah bangkit tapi tangannya ditahan oleh Karin "Mau kemana?keluar?bego"
Nafisah tak menggubris ucapan Karin. Gadis itu tetap melangkahkan kaki pelan berusaha keluar dari kelasnya. Ingin melihat bagaimana keadaan Raka.
Anak-anak kelas 10 sudah lari ketakutan entah kemana. Anak geng motor lawan membawa senjata tajam membuat Nafisah sedikit bergidik ngeri.
Nafisah tidak menghiraukan tatapan tajam dari geng motor lawan. Yang ingin ia temui sekarang adalah Raka. Dengan keadaan yang baik tentunya.
Nafisah terdiam. Langkahnya tergenti saat melihat Guntur tergeletak disana dengan darah segar yang mengalir ditangannya. kalau Guntur terluka bagaimana dengan RAKA?.
"Tur?" Sapa Nafisah yang berjongkok ,mensejajarkan tingginya dengan Guntur.
"Anjing,punya nyali berapa lo keluar kelas terus deketin gue?CARI MATI?"
"Raka mana?" Seolah-olah tak menghiraukan ucapan Guntur, Nafisah tetap fokus menanyakan Raka.
"Ditaman belakang. Gue saranin jangan kesana atau lo ikut-ikutan luka"
Nafisah bangkit lalu tersenyum kearah Guntur "Makasih sarannya ya Tur,tapi untuk saat ini gue ngga nerima saran apa-apa" .Nafisah berlari menuju taman belakang dengan suara teriakan Guntur yang berusaha untuk menahannya. Tapi Nafisah tidak perduli ia ingin bertemu Raka sekarang.
Tatapan Nafisah fokus pada satu titik yang sedari tadi ia ingin temui. Raka.
Kalau melihat Raka babakbelur saja mungkin sering. Tapi kalau melihat Raka tauran dan berdarah-darah seperti ini mungkin baru pertama kali bagi Nafisah.Raka memberhentikan pukulannya saat melihat Nafisah berdiri mematung didepannya dengan ekspresi takut. Raka tersenyum sebelum lawannya kembali meninju hebat daerah mata Raka.
Nafisah yang melihat Raka terpukul hanya bisa berteriak . Ingin mendekat takut,tidak mendekat cemas.
"Maju Naf maju!" Nafisah membatin.
Nafisah memberanikan diri melangkahkan kakinya maju. Tapi langkahnya terhenti saat Raka memberika isyarat tangan untuk Nafisah berhenti.
"Bajingan!" Teriak Raka sebelum menghabisi lawannya. Gadis yang menonton adegan itu hanya menutup mulutnya terkejut lawan Raka tergeletak jatuh.
Raka mendekat lalu memeluk tubuh Nafisah mencoba untuk menguatkan dirinya dengan memeluk gadis itu.
Mata Nafisah terbelalak saat lawan Raka bangkit lagi dan sekarang memegang sebatang kayu. Kalaupun Nafisah melepaskan pelukan Raka,pemuda itu belum tentu kuat untuk mengambil ancang-ancang membalas pukulan lawan.
Dengan tingkah bodoh dan tidak memikirkan dirinya sendiri Nafisah membalikan badannya .membuat pukulan kayu dari lawan tepat terkena ditengkuk rapuhnya.
"Bangsat!kalo mau habisin gue ya gue aja jangan dia"
Perkataan terakhir yang didengar Nafisah sebelum penglihatannya menjadi gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKA
Teen Fiction"Kenapa lo harus nakal?" Tanyaku kepada Raka. Pertanyaan bodoh serius deh. Raka terdiam sebentar sepertinya pria ini sedang memikirkan jawabnnya "Kebutuhan hidup" Jawabnya singkat Aku mengerutkan keningku bingung. Apa yang dimaksud 'kebutuhan hidup...