Rontok
Raka menghempaskan tubuhnya kasar keatas ranjang, rasanya hari ini sangat lelah ditambah lagi perdebatannya dengan Nafisah sebelum pulang sekolah. pemuda ini menatap langit-langit kamarnya. menarik nafasnya lalu membuangnya begitu terus hingga tubuhnya dianggap mulai ringan dan enakan.
suara ketukan pintu terdengar membuat Raka bangkit dari baringannya "Masuk .. ngga dikunci ini kok" kata Raka. pintu terbuka menampakan saudara kembarnya disana, Ratna. gadis itu mengukir senyum lalu terduduk ditepian ranjang Raka dan terdiam. menatap lekat-lekat saudara kembarnya.
"Kenapa?" tanya ratna. Raka menaikan satu alisnya lalu tersenyum. "Ngga kenapa-kenapa kali, emang gue kenapa" Kata Raka berusaha santai. Ratna menggeleng , membatah perkataan Raka gadis itu tau betul bagaimana Raka jika menyembunyikan sesuatu.
"jujur aja kali Chand, lo lagi kenapa sama kesehatan lo?" tanya Ratna dengan nada sedikit memaksa. Raka menggeleng dan masih tetap tersenyum "Gue ngga kenapa, kenapa Ratna" jawabnya. Ratna menggeleng lalu membuang nafas beratnya "Lo ngga kenapa-kenapa?yakin?gue ngga percaya Chand.. lo lagi sembunyiin sesuatu"
Raka bergumam lalu mengangguk-ngangguk "Oke. kalo lo tau tentang yang gue sembunyiin coba tebak"
Ratna terdiam.
"Lo sebenernya ngga bener-bener kenal sama gue atau bahkan prasaan gue Na.. lo cuma nilai gue baik atau ngga dari apa yang dibisikan orang disekolahkan?.. atau dari Nafisah yang curhat ke elo?atau lo cuma asal tebak prasaan gue?.. ngga selamanya prasaan itu bisa gampang lo tebak.. ada yang kelihatan baik padahal belum tentu baik dan ada yang keliatan kurang baik padahal dia sebenernya baik" katanya yang kemudian bangkit dan mengambil jaket yang tergelantung dikursi meja belajarnya.
keluar dari kamar, meninggalkan Ratna sendirian yang masih tertegun dengan kata-katanya.
oOoOoOoOoOo
Raka memacu motornya dengan kecepatan tinggi .. pemuda ini melewati kota Bandung dengan rasa emosi yang masih meluap-luap entah kemana tujuanya hari ini satu yang Raka tau ia hanya tak ingin dirumah.
gubuk kecil dengan asap mengepul menjadi pilihan Raka untuk menghentikan motornya. tukang jagung bakar dan es sekoteng terjajah disana. Raka membuka helm fullfacenya lalu memesan sesuatu kepada sang penjual.
"Sendirian aja jang?" tanya salah satu pria paruh baya yang sedang sibuk menghisap rokoknya. Raka menoleh masih memegang helm fullfacenya lalu tersenyum ramah "Iya pak.. habis dirumah kurang enak hawanya"
Pria patuh baya itu terkekeh sejenak "Habis ribut?" Raka mengangguk "sama orang tuamu?atau saudaramu?" tanya pria paruh baya itu lagi.
Raka berdeham sejenak "Sama saudari kembar saya" pria paruh baya itu mengangguk-ngangguk lalu kembali menghembuskan asap yang dari isapan rokoknya. "dulu saya sama kayak kau.. anarki, protes mulu kerjaannya lalu apa sekarang?saya hanya seonggok daging yang tak tau arah pulang. mau kembali malu tak kembali saya rindu" kata bapak itu, ada nada tegas khas orang medan terdengar dari kalimatnya.
Raka mengeluarkan rokok dari dalam saku celana abu-abunya lalu menyalakan rokok itu "Kalau saya pulang, percuma. rumah bukan sebagai tempat semestinya" Raka menghriup rokok itu dengan dalam lalu membuangnya dengan seenak hati "ngga ada yang bener-bener sayang sama saya pak, bahkan kedua orang tua saya"
"Pertengkaran, perdebatan dan berakhir perceraian?" timbal pria paruh baya itu, raka mengangguk lemas. "terkadang memang begitu, rumah hancur dan hatimu juga ikut hancur. perdebatan orang tua jadi komsumsi anak dan membuat anak itu rusak hanya dengan 1 adegan saja" Pria pauh baya itu tersenyum ketir.
"Bapak pernah ngerasain hal apa yang saya rasain?" Tanya Raka.
"Lebih dari kau nak.. dulu aku disiksa karna perdebatan kedua orang tuaku, aku dihina, dibuang dipukul ,dicaci pokoknya nasibku dulu tuh rusak karna ego ayahku yang mendua dan hanya sibuk mabuk-mabukan"
"Bapak termasuk anak 'brokenhome'? "
bapak itu tersenyum masam lalu merangkul pundak Raka. "memangnya cuma kau saja yang hancur berkeping-keping nak?. memangnya cuma kau saja yang dendam hati namun dipendam?, memangnya cuma kau saja yang kehilangan tapi tau akhirnya takan bisa seperti awal, untung kau punya saudari kembar.. dulu aku anak tunggal , mau berteriak memaki kepada saudari atau saudara susah"
Raka mencerna omongan bapak itu.. Ratna memang selalu ada untungnya tak pernah mengeluh jika dihina dan tak pernah membalas ketika ditinggal.
"pulang sekarang nak.. ada hati saudarimu yang harus amu perbaiki" ucap pria paruh baya itu, raka menagngguk lalu mengenakan helmnya dan menyalakan mesin motornya. baru saja ia ingin bebalik badan dan mengucapkan terima kasih, pria paruh baya itu sudah hilang tanpa bekas jejak apapun.
oOoOoOoOoO
Raka, Ratna dan Ayahnya sudah berada diruang makan. dengan selembar roti masing-masing berada diatas piring.
"Ratna" Panggil Raka tanpa menoleh, tatapannya masih sibuk dengan olesan selai cokelat. Ratna menoleh lalu menaikan satu alisnya
"apa Chandra?" kata Ratna. diam beberapa menit Ayah mereka hanya menatap kedua naak kembarnya dengan tatapan bingung "Maaf" lirih Raka.
Ayah dan Ratna tersendak secara bersamaan tidak biasannya Raka meminta maaf seperrti ini.
"ngga usah minta maaf, mungkin emang gue yang sok tau Chan.. kalem"
Raka tersenyum simpul .
"Maaf den Raka .. ini sisirnya tadi yang dikamar ngga adakan yah?" tanya Juminten pembantu baru Raka.
"Makasih mba" kata Raka yang mulai menyisir.. tanpa disadari rambut-rambutnya bukan bertambah rapih justru ikut dengan anak-anak sisir yang tadi menyapu rambutnya. Rontok, obat kemoteraphy mulai bekerja dengan semestinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKA
Teen Fiction"Kenapa lo harus nakal?" Tanyaku kepada Raka. Pertanyaan bodoh serius deh. Raka terdiam sebentar sepertinya pria ini sedang memikirkan jawabnnya "Kebutuhan hidup" Jawabnya singkat Aku mengerutkan keningku bingung. Apa yang dimaksud 'kebutuhan hidup...