Gadis ini belum tidur sama sekali semalaman, matanya berkantung hitam dan wajahnya pucat sayu.
"Naf, mending lu tidur dulu aja. Kalo ada kabar sama kesehatan Raka gua langsung bangunin" kata Arga dengan pelan, Nafisah menggeleng.
"Udah gapapa lagian gua juga ga ngantuk kok, biarin aja si sekali kali ga tidur ga akan buat gua mati kali"
Arga membuang nafas beratnya "segini sayangnya lu sama orang sampe kadang keliatan bego" .
Nafisah terdiam tidak menjawab, gadis ini sudah sibuk dengan isi kepalanya sendiri.
"Nafisah" panggil Ratna yang baru keluar dari ruangan Raka. Dengan gerakan refleks Nafisah langsung berdiri mengharampiri Ratna.
"Raka ga kenapa-kenapa kan Na?" tanya Nafisah penuh harap tapi nyatanya Ratna menjawab dengan menggeleng.
"Raka masih dalam masa-masa sulitnya Naf, masih koma belum sadar"
Nafisah terdiam, denkulnya melemas seperti tubuhnya baru saja terhempas "Boleh gantian jenguk Raka kedalem ga Na? Cuma mau liat aja"
Ratna tersenyum lalu mengangguk.
--
Nafisah masuk kedalam ruangan dengan sesak yang menyeruak di relung dada. Matanya sudah berkaca-kaca saat Raka dilihatnya dengan banyak alat-alat yang terpasang pada badannya.
Gadis ini terduduk dikursi samping ranjang yang disediakan, tangan kirinya menggenggam lembut tangan kanan Raka yang dipenuhi dengan selang-selang medis.
Sedangkan tangan kanannya mengelus dengan lembut rambut Raka. Airmata Nafisah tumpah tapi dengan cepat gadis ini langsung menghapusnya.
"Aku Rindu Ka,kamu kapan bangun?"
Kalimat pertama yang berhasil dikeluarkan Nafisah dengan suaranya yang serak.
"Nanti kita keliling Bandung lagi, aku ngompres kamu lagi kalo kamu babak belur abis berantem, kita neduh dulu minum kopi atau teh pas kehujanan dijalan, nemenin aku belajar ditaman belakang sekolah,main bertiga lagi sama aku sama Ratna"
Dadanya semakin sesak, airmatanya semakin tak bisa dibendung lagi.
"Maafin aku ya Ka, aku ngecewain kamu, buat kamu kesel sama Arga ..
Aku ga ada maksud Ka"
Tangan kanan Nafisah dengan lembut mengelus setiap inci dari garis wajah Raka. Nafisah memperhatikan selang-selang medis tertancap ditubuh Raka yang membuat laki-laki yang Ia sayangi ini terlihat sangat rapuh.
"Kamu gamau bangun? Buat aku ketawa lagi, buat aku senang lagi, ketemu sama Bunda, ngajak aku kemarkas kamu, sekedar beli eskrim atau jalan-jalan ringan? "
Nafisah terdiam memberi celah dalam ucapannya selanjutnya, berharap Raka membalas perkataannya yang sebelumnya.
"Maaf, aku terlalu lancang buat sayang sama kamu bahkan sejak pertama kali kita ketemu..
..Maaf, aku terlalu lancang buat selalu inget apa yang kita lakukan dihari-hari kebelakang..
..Maaf, aku terlalu lancang buat semua prasaan yang tumbuh tanpa permisi dan ditujukan buat kamu..
..Mungkin cuma dengan jadi perempuan paling lancang yang paling kamu kenal aku bisa mencintaimu dengan tenang"
Seperkian detik kemudian layar yang menunjukan detak jantung Raka melemah, membuat Nafisah dengan cepat menekan tombol bantuan.
"Maaf ya Mbanya bisa keluar dulu nanti perkembangan pasien akan diberitahu setelah pemeriksaan" ucap salah satu suster yang mendorong Nafisah pelan dari ruangan.
Nafisah berbalik badan menghampiri Arga yang berdiri tepat dibelakang lalu memeluknya dan menangis sejadi-jadinya didekapan Arga.
"Raka ga akan kenapa-kenapa kan Ga" ucap Nafisah dengan suaranya yang sesegukan dan parau.
"Gua yakin dia gaakan kenapa-kenapa Naf, lu tenang aja. Semua bakalan baik-baik aja" ucap Arga yang melepaskan pelukan Nafisah lalu menghapus dengan pelan airmata gadis itu "gua janji Raka engga bakalan kenapa-kenapa"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKA
Teen Fiction"Kenapa lo harus nakal?" Tanyaku kepada Raka. Pertanyaan bodoh serius deh. Raka terdiam sebentar sepertinya pria ini sedang memikirkan jawabnnya "Kebutuhan hidup" Jawabnya singkat Aku mengerutkan keningku bingung. Apa yang dimaksud 'kebutuhan hidup...