Devil 56

9.1K 386 0
                                    

Perlahan mata sipit ini terbuka, dia menunduk dan melihat di bagian dada terpasang jaketnya. Rafael pun menengok ke samping kanan terlihat Dina yang sedang tidur di bahunya dengan menggengam lengan kanannya.

Rafael tersenyum dan mengecup puncak kepala Dina. Dina pun membuka matanya.

"Sudah bangun?" tanya Dina.

"Harusnya aku yang bertanya itu" sahut Rafael. Dina pun terkekeh.

"Kamu kurusan sekarang" sahut Dina.

"Itu karena kamu" ceplos Rafael.
"Maafkan aku" sahut Dina sambil mempererat pelukannya.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Rafael.

"Lebih buruk" sahut Dina.

"Kenapa kamu menangis?" tanya Rafael sambil mengusap puncak kepala Dina.

"Aku sudah tahu semua" lirih Dina. Rafael pun diam dan keningnya mengkerut.

"Maaf" lirih Dina sambil menunduk.

"Sudah aku maafkan sebelum kamu minta maaf" tangan Rafael membelai rambut Dina.

"Sekarang aku ingin mendengar ceritanya darimu" Dina mengangkat kepalanya untuk menatap Rafael.

"Tidak ada yang perlu diceritakan, Dina" Rafael menatap Dina dengan tersenyum.

"Apakah ada yang kamu sembunyikan?" tatap Dina.

"Tidak ada. Biarlah itu menjadi cerita lalu. Tak ada yang penting, karena yang penting adalah masa kini untuk masa depan" ucap Rafael.

Dina yang semula duduk di samping Rafael mengubah posisi duduknya menjadi di depan Rafael.

"Pasti ada yang kamu sembunyikan, Rafa" tatap Dina tajam.

"Gak ada, Dina" sahut Rafael.

"Tatap aku kalau begitu" ucap Dina sambil menatap tajam ke arah Rafael. Rafael pun menatap Dina.

Iris mata Dina yang semula berwarna hijau perlahan menjadi kuning keemasan. Rafael pun menjadi heran dengan perubahan iris mata Dina.

"Jangan-jangan..." pikir Rafael.

Dina menatap dalam mata Rafael. Seketika bayangan masa lalu muncul dalam pandangannya.

"Shana mengancammu" sahut Dina. Rafael membolakan matanya dengan sempurna.

"Ternyata seperti ini kekuatannya. Jangan kamu teruskan, Dina" batin Rafael.

"Kamu selalu berhasil menghindar"

"Shana melukaimu!!"

"Lukamu segera menutup!!" Dina menutup bibirnya dengan tangan.
Rafael tersenyum. Inilah kekuatannya. Penyembuhan. Namun senyuman itu perlahan memudar.

"Shana semakin membabi buta melakukan penyerangan"

Air mata Dina sudah menumpuk di pelupuk mata. Dina semakin bersalah. Rafael yang masih belum beradaptasi di tubuh barunya harus melawan Shana yang sangat buas.

"Tangan kamu berhasil terkunci"

"Kamu jatuh ke tanah dengan tangan yang terluka"

"...................................................................."

Bola mata Dina membulat dengan sempurna. Kedua tangan Dina menutup bibir mungilnya. Aliran anak sungai sudah mengalir di pipinya.

"Sudah hentikan, Dina" lirih Rafael.

"Sudah hentikan, aku mohon" Tangan kanan Rafael terangkat mendekati wajah Dina, tapi segera Dina menampiknya.

Dina mulai terisak, Rafael hanya bisa diam namun dalam lubuk hati terdalam ada rasa sakit melihat air mata yang dikeluarkan oleh Dina karena dirinya.
Iris keemasan tersebut berubah kembali menjadi hijau.

THE SWEETEST DEVIL [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang