Devil - 50

8K 383 0
                                    

"Setelah luka ini mengering dan hilang, kamu buat saja tanda O dimanapun kamu suka" Rafael tersenyum.

Dina menghentikan aktifitasnya dan menatap ke arah Rafael.

"Aku tak ingin menyakitimu. Jadi aku tak ingin memberimu tanda"
Dina kembali fokus untuk mengeluarkan racun dari punggung tangan kiri Rafael.

"Saat Shana membuat goresan ini aku tak merasakan apapun" sahut Rafael.

"Kamu terlalu lelah dan nyenyak dalam tidurmu. Apa hari ini melelahkan?" tanya Dina tanpa menatap Rafael.

"Sangat" sahut Rafael.

"Selain melukai wajahmu, apa yang Hendrawan lakukan?" tanya Dina.

Rafael mematung dan tak menjawab pertanyaan Dina. Rafael melihat ke bawah tak berani menatap Dina.

"Sepertinya tubuhmu kembali banyak luka ya" sahut Dina. Tak ada suara dari Rafael.

"Kenapa kamu masih bertahan di sini, Rafael? Apa yang kamu cari?" tanya Dina.

"Sebenarnya............."

"Hemat energimu. Sebentar lagi kamu membutuhkan banyak energi. Aku akan mengurus Hendrawan setelah ini!" kata Dina.

Tak ada pembicaraan lagi antara Rafael dan Dina. Dina fokus menekan syaraf tangan sedangkan Rafael seakan menahan sesuatu.

HOEKK HUEMMMB

Rafael menutup mulutnya dengan tangan kanan. Tiba-tiba perasaan mual dirasakan oleh Rafael.

"Ada apa?" Dina menatap Rafael.

"Mual sekali. Aku ingin muntah" kata Rafael yang menutup mulutnya dengan tangan kanan.

"Sebentar"

Dina berdiri dari tempat duduk dan melesat mengambil baskom yang berada di dapur.

"Kalau kamu ingin muntah, muntah saja" kata Dina saat berada di samping Rafael.

Tangan Dina yang bebas terangkat untuk memijat tengkuk leher Rafael sambil mengalirkan gelombang hangat.

"Muntahkan saja di sini" Dina menunjukkan baskom yang dia bawa.

Perasaan mual semakin hebat dan seakan ada yang ingin keluar dari mulut.

HOOEEEEKKK BYYUURR

Cairan merah kehitaman memenuhi setengah isi baskom.

HOOEEKK HOOEEEEEKKKK

Muntahan kedua berupa cairan merah bening membuat baskom penuh muntahan darah.

"Apa masih mual?" tanya Dina. Rafael menggelengkan kepala.

Dina melesat ke kamar mandi untuk membuang muntahan darah dan membersihkan baskom dengan guyuran air. Setelah itu kembali melesat menuju Rafael.

"Apa sudah baikan? Kalau masih ingin muntah, muntahkan saja" Dina meletakkan baskom di atas meja.

"Sudah terasa tidak sesak. Maaf tanganmu berlumuran darah dari muntahanku"

Rafael memegang tangan Dina dan membersihkan darah yang berada di pergelangan tangan Dina. Dina menggelengkan kepala dan berlutut di hadapan Rafael.

"Aku yang seharusnya meminta maaf karena Shana kamu jadi begini"

Tangan Dina terangkat membersihkan bekas darah yang berada di sekitar mulut Rafael.

Air mata Dina sudah terbendung di pelupuk mata. Sejak tadi Dina menahan agar air matanya tidak keluar. Namun saat membersihkan sisa darah di sekitar mulut Rafael, bulir air mata berjatuhan ke pipi.

"Jangan menangis... Aku tak suka melihat kamu menangis. Bukankah sesuai perkataanmu kalau kamu tak kan membiarkanku mati" Rafael menghapus air mata Dina dan tersenyum untuknya.

HIIKKS HIIKKSS

Dina berhambur memeluk Rafael dan meluapkan segala emosi dengan cara menangis.

Rafael membalas pelukan Dina dan perlahan mengelus punggung Dina.

"Aku sudah baikan. Tadi tangan terasa kaku dan sulit digerakkan. Kini sudah bisa untuk memelukmu" ucap Rafael.

"Hanya satu yang sama. Aku mengantuk" Rafael terkekeh.

Dina melepaskan pelukan dan menghapus air matanya.

"Kamu harus ganti baju terlebih dahulu. Bajumu penuh keringat dan bercak darah" ucap Dina.

Rafael mencoba berdiri namun sempoyongan. Badan Rafael bergerak ke arah samping tak kuat untuk berdiri.

HAAPP

Dina menangkap badan Rafael.

"Aku akan membantumu"

Dina mengangkat tangan Rafael untuk memeluk bahunya dari belakang dan tangan Dina yang bebas memeluk Rafael dari samping.

WHUUSSTTT

Dina melesat ke kamar Rafael dan membantu Rafael untuk duduk di tepi tempat tidur.

"Kamu minum dulu. Aku akan mengambil baju ganti"

Dina bergerak ke arah lemari dan Rafael mengambil segelas air putih yang berada di meja dekat kasur.

Dina membalikkan tubuhnya setelah mendapatkan baju ganti untuk Rafael kemudian dia berjalan ke arah jendela kamar. Dina menajamkan penglihatannya dengan iris yang bercahaya hijau untuk mengawasi keadaan.

"Ketemu!" batin Dina.

Dina meletakkan baju di atas kursi kemudian kedua tangannya bergerak seakan menggunakan sebuah jurus.

"Tachee itzs!" ucap Dina dengan suara pelan dan fokus pada satu titik.

Dina tersenyum sinis dan menutup jendela kamar.

CKLEEK

Jendela dikunci dari dalam dan Dina memberi sebuah segel ke jendela agar tak ada yang bisa menembus terutama dari golongan bangsa devil.
Dina berjalan ke arah Rafael dengan membawa baju yang bersih.

"Kamu bisa ganti sendiri atau perlu bantuan?" tanya Dina.

"Aku bisa ganti sendiri" kata Rafael.

"Bukan karena ingin menutupi lukamu kan?" sahut Dina.

"Eh"

Rafael menatap mata Dina.

"Kenapa?" tanya Dina.

"Nggak apa-apa"

Rafael mengambil baju yang dipegang Dina.

"Kamu sembunyikan pun, aku akan tahu" batin Dina.

"Kamu keluar sebentar" sahut Rafael.

"Oke"

Dina pun segera keluar kamar dan berjalan ke meja yang terdapat dua baskom. Dina mengambil dua baskom untuk diletakkan di dapur. Setelah membersihkan meja, Dina segera ke pintu gudang dan menutupnya. Tak lupa untuk mengunci dari dalam.

THE SWEETEST DEVIL [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang