Devil - 15

10.5K 569 0
                                    

"Leher. Hisap darah perlahan" pikir Dina.

Kuku jari telunjuk memancang dan runcing, kemudian diletakkan telat di leher kelinci.

SREETT!!

Pada saat gerakan horizontal cepat digoreskan, darah pun mengalir. Iris hijau itu semakin bercahaya dan gigi taring yang bersembunyi telah keluar. Dina pun segera menghisap darah kelinci. Dahaga yang dia rasakan perlahan menghilang. Rafael yang melihat hanya tersenyum dan tangannya tetap mengelus badan kelinci yang dia dekap.

Sekarang giliran kelinci yang ada di dekapan Rafael. Dina melakukan seperti sebelumnya, dia menghisap darah yang keluar dari leher kelinci secara perlahan. Setelah puas menghisap darah, kelinci di letakkan di tanah. Dina pun mengusap bibirnya dengan punggung tangan kiri.

TAP..

Iris hijau itu membulat. Dina terkejut apa yang dilakukan Rafael. Jemari tangan Rafael menyentuh sudut bibirnya. Mengusap perlahan dari sudut bibir kiri lalu ke sudut bibir kanan.

"Masih ada sisa darahnya" sahut Rafael seakan tahu apa yang membuat Dina terkejut.

"Ayo kita masak" ajak Rafael sambil memegang tangan kiri Dina. Menuntun untuk mendekati ranting-ranting yang telah terbakar. Mereka berjongkok dan mulai menguliti daging kelinci, memotong menjadi dadu, tentu dengan bantuan jemari Dina.

"Nah lalu seperti ini kemudian dibakar" ujar Rafael sambil menusukkan dadu daging ke ranting. Dina melihat lalu melakukan seperti yang Rafael lakukan.

Setelah 30 menit mereka pun menikmati makan siang.

"Pemandangan di sini bagus" ucap Rafael sambil memakan tusukan dadu daging kelinci.

"Kamu sering di sini?" tanya Rafael. Dina mengangguk perlahan.

"Oh iya kamu kan mudah ya mencapai puncak pohon" Rafael tertawa kecil.

"Saat perasaan sedang tidak bagus, hal yang menyenangkan adalah menikmati sekitar dari ketinggian" ucap Dina.

"Naik pohon itu mudah yang membuat lama turunnya nih" ujar Rafael sambil melihat ke bawah.

THE SWEETEST DEVIL [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang