Devil - 45

8.3K 374 1
                                    

Rafael yang memakai celana selutut membuat lebam dan bekas darah terlihat jelas.

"Jangan berdiri. Duduk sini.." sahut Rafael menepuk tepi tempat tidur. Dina berjalan untuk duduk di samping Rafael.

Tangan Rafael mencoba menyentuh air di panci.

"Hangat.." sahut Rafael.

Handuk yang berada di sampingnya di masukkan ke dalam air kemudian di peras

"Assshh....." rintih Rafael saat handuk itu mulai diletakkan di kakinya.

Rafael bergerak membersihkan dari lutut sampe mata kaki. Dimulai kaki kanan lalu kaki kiri. Perlahan dia lakukan, terasa perih terkena air tapi syaraf kaki mulai terasa tidak kaku.

"Kenapa diberi air hangat?" tanya Dina.

"Selain membersihkan luka, supaya pembuluh darah lancar dan darah tidak tersumbat. Jadi kaki bisa digerakkan perlahan" ucap Rafael.

"Seperti memberi aliran panas ke tangan yang dingin?" tanya Dina. Rafael mengangguk.

"Itu biasa aku lakukan kalo musim hujan" sahut Dina. Rafael menoleh ke Dina.

"Seperti ini..."

Telapak tangan Dina menuju kaki Rafael dan Dina menarik nafas perlahan.

"Eh.."

Rafael merasakan aliran panas yang dihantarkan dari telapak tangan ke kakinya.

"Apa semua bangsamu bisa seperti ini?" tanya Rafael.

"Tidak. Hanya orang-orang tertentu saja"

Dina masih berkonsentrasi mengalirkan gelombang panas ke kaki Rafael. Rafael termenung menatap Dina.

"Din..." panggil Rafael.

"Iya..." sahut Dina.

"Mengenai perjanjian itu......"

"Aku tak ingin membahas sekarang, Rafael" potong Dina tanpa menatap Rafael.

Rafael menarik nafasnya dalam dan mengeluarkan perlahan.

"Kamu nggak bisa mendengarkan dulu?" tanya Rafael.

"Nggak.." sahut Dina.

Tangan Rafael terangkat untuk memegang telapak tangan Dina.

"Sudah cukup panas" Rafael menggeser telapak tangan Dina.
Tidak ada obrolan lagi. Dina fokus ke kaki Rafael dan Rafael larut dalam lamunannya.

"Kamu keras kepala" batin Rafael.

"Sudah terasa panas?" tanya Dina.

"Iya" sahut Rafael.

Dina menggerakkan telapak tangannya dari kaki kanan kemudian ke kaki kiri. Rafael merasa kedua kakinya mulai bisa digerakkan.

"Sudah. Terima kasih" sahut Rafael mengambil salep dan mulai mengoleskan ke kakinya.

Rafael perlahan menurunkan kakinya ke lantai dan mencoba berdiri. Dina tersenyum saat Rafael mampu berdiri tanpa bantuan.

TAP TAP

Rafael mencoba melangkahkan kakinya. Satu langkah, dua langkah. Tidak mengalami kesulitan walau harus pelan-pelan.

"Terima kasih, Dina" Rafael mengelus puncak kepala Dina. Dina tersenyum senang.

"Aku mau bersihkan ini dulu" Rafael meraih panci yang berisi air kotor, bekas membersihkan kedua kakinya.

"Biar aku yang urus"
Dina mengambil panci dari tangan Rafael dan menuju ke dapur. Rafael tersenyum kemudian mengambil meja dan kursi untuk dikembalikan ke tempat asal, pojok ruangan.

THE SWEETEST DEVIL [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang