Devil - 47

7.7K 370 0
                                    

Rafael menggenggam tangan Dina dan berjalan menuju pintu gudang. Dina pun membalas genggaman tangan Rafael.

"Apa kita bisa melesat seperti kemarin?" tanya Rafael saat berada di depan pintu. Dina menganggukkan kepala.

WHUSSTTT

Mereka berdua sudah berada di pepohonan kebun belakang. Rafael menatap langit yang mulai pudar warna hitamnya.

"Sebentar lagi pagi" sahut Rafael.

"Aku harus pergi sebelum ketahuan penduduk desa" sahut Dina. Rafael menatap ke arah Dina.

"Hati-hati. Jaga dirimu" Rafael mengelus puncak kepala Dina.

"Seharusnya aku yang bilang itu" Dina menggembungkan pipinya. Rafael terkekeh melihat ekspresi Dina.

"Segera istirahat. Kamu terlihat masih mengantuk" ucap Rafael.

"Kalo Hendrawan kejam sama kamu, bilang ke aku!" ucap Dina.

"Rafaeell..!!"

"Ilham?!" Rafael melihat Ilham berada di pintu gudangnya.

"Itu namanya Ilham?" tanya Dina.

"Iya. Sepertinya dia mau mengajak sarapan di ruang makan khusus pegawai. Sekalian dia bisa bertemu Lala" ucap Rafael.

"Siapa Lala?" tanya Dina.

"Gadis yang disuka sama Ilham. Jadi kamu nggak usah cemburu" Rafael terkekeh.

"Nggak. Aku nggak cemburu" Dina menoleh ke arah samping.

"Dina, mengenai perjanjian itu..."

"Jangan sekarang, aku mau pulang" potong Dina.

"Kenapa kamu selalu memotong pembicaraanku?!" Rafael mencubit kedua pipi Dina.

"Kamu sendiri kenapa selalu ngomongin perjanjian? Dasar sipit!" ucap Dina.

"Eh! Ada yang nggak sadar kalau dirinya sendiri sipit!" Rafael mencubit pipi Dina.

"Raf?! Apakah itu kamu?!!" panggil Ilham.

Rafael menengok ke samping dan terlihat Ilham yang menuju arahnya.

"Aku pulang dulu" Dina mulai memunculkan sayapnya.

"Segera istirahat" Rafael mengelus puncak kepala Dina. Dina pun menganggukkan kepala.

HAAAPP

Dina melompat tinggi ke atas kemudian sayap terkepak.

WHUSSSTTT

Dina melesat terbang dengan cepat menuju tengah hutan. Sekali-kali Dina melirik ke bawah memastikan tidak ada orang lain yang melihatnya.

"Kenapa kamu ada di sini?" tanya Ilham saat menemukan Rafael menatap ke langit.

"Eh.. Itu.. Aku mau melatih kaki untuk berjalan karena kemarin kakiku nggak bisa digerakkan. Sekalian aku ingin cek tugasku untuk hari ini. Sepertinya pekerjaan hari ini selesai malam kalau lihat kondisi kakiku" ucap Rafael.

"Kita sarapan dulu. Ini awal setelah pesta kembang api kemarin. Apakah kamu berhasil menemui dia?" tanya Ilham

"Sudah walau bertemu Om Hendrawan. Sial!!" ucap Rafael.

"Lho kok bisa?" tanya Ilham.

Rafael dan Ilham pun berjalan perlahan menuju dapur rumah Om Hendrawan. Ilham menyesuaikan dengan Rafael yang masih belum bisa berjalan normal. Rafael menceritakan kronologi kejadian bertemu Om Hendrawan.

"Dia menghinamu di depan dia?!" tanya Ilham tak percaya. Rafael menganggukkan kepala.

Saat akan memasuki dapur Om Hendrawan, terlihat sosok Om Hendrawan yang melangkah menuju kebun belakang.

"Kalian sudah bangun. Bagus!" ucap Tuan Hendrawan berjalan melewati Rafael dan Ilham.

Rafael pun kembali berjalan memasuki pintu dapur diikuti oleh Ilham. Om Hendrawan berbalik dan memperhatikan mereka.

"Tunggu!" perintah Om Hendrawan.

Rafael dan Ilham pun membalikkan badan menatap Om Hendrawan.

"Kenapa dengan kakimu, Rafael?!" tanya Om Hendrawan saat melihat gaya berjalan Rafael yang berbeda.

Rafael hanya menatap kakinya kemudian menatap ke Om Hendrawan.

"Tersandung akar pohon di hutan" jawab Rafael.

"Hah? Hahahahaaha....." Om Hendrawan tertawa terbahak. Reaksi yang sudah diduga oleh Rafael.

"Nggak sekalian kamu dijadikan tumbal?" tanya Om Hendrawan sinis.

Rafael membalikkan badan.

"Om yang akan aku jadikan tumpal" Rafael bersuara pelan dan akan melangkah masuk.

"Apa yang kamu bilang?!!" seru Om Hendrawan yang mendengar ucapan Rafael.

Rafael tidak menghiraukan ucapan Om Hendrawan dan tetap melangkah ke pintu dapur. Ilham hanya diam.

"Rafael, kamu berani sekali!" batin Ilham.

Selama ini yang berani terhadap perintah Om Hendrawan cuma Rafael. Sedangkan yang lain patuh karena mereka tahu akibatnya yaitu lebam-lebam di sekujur tubuh.

"Tunggu anak kurang ajar!!" Om Hendrawan memegang kaos Rafael dari belakang. Menyeret dan menghempaskan badan Rafael ke belakang.

BRAAAKKKK

Rafael jatuh ke belakang dengan punggung yang menyentuh tanah.

"Assshhhh!!" Nyeri dipunggung yang belum sembuh kini muncul kembali.

"Aku lupa punggungku sakit" batin Rafael.

Rafael mencoba berdiri walaupun dengan kaki dan badan yang tidak tegap.

BRUUUKKKK

Om Hendrawan memukul keras ke arah wajah Rafael. Rafael tetap bertahan. Om Hendrawan mencengkeram kuat di kaos Rafael.

"Tuan Hendrawan..." sahut Ilham dengan takut-takut.

"Apa?! Kamu mau aku hajar juga?!!" teriak Om Hendrawan.

"Maaf... Ada yang mencari Tuan" Ilham menunduk takut.

Om Hendrawan melepaskan cengkeramannya dan membalikkan badan. Terlihat ajudannya dengan map berwarna merah kemudian melangkah menuju ke dalam rumah.

"Cuih"
Rafael meludah dan terlihat warna kemerahan.

"Bibirmu mengeluarkan darah, Raf" sahut Ilham saat Rafael berada di depannya.

"Sudah biasa" sahut Rafael menghapus aliran darah di sudut bibirnya.

"Kamu berani sekali. Tapi setiap kamu dihajar, kenapa kamu nggak membalas?" tanya Ilham.

"Teringat pesan alm papa, untuk nggak menghajar Om Hendrawan. Andai papa nggak pesan itu, sudah aku hajar dari dulu!!" ucap Rafael dengan tatapan tajamnya. Ada kilatan warna putih yang berpendar.

"Kalau aku membunuhnya, apa kamu masih mau berteman denganku?" tanya Rafael

"Eh..."

Ilham terkejut dengan pertanyaan Rafael kemudian dia tersenyum.

"Kita tetap berteman" sahut Ilham.

"Oke. Aku akan membunuhnya sebelum pergi dari sini dan kamu akan menjadi pengelola di sini" Rafael menepuk bahu Ilham. Ilham pun terkekeh mendengar ucapan Rafael.

"Kamu akan pergi dari sini?" tanya Ilham.

"Iya setelah tabunganku terkumpul. Mungkin bulan depan"
Rafael mengingat pesan Dina jika bangsanya telah datang mencarinya.

"Dua minggu lagi dong" sahut Ilham. Rafael menganggukkan kepala.

"Kita obati lukamu dan mulai sarapan. Sepertinya ini akan menjadi hari yang berat untukmu" ajak Ilham.

Mereka pun masuk lewat pintu dapur menuju ruang makan khusus pekerja. Sebelum itu, Ilham mencari kotak P3K yang berada di sekitar dinding dapur untuk mengobati luka Rafael.

THE SWEETEST DEVIL [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang