Bab 16

157 16 0
                                    

Aku menatap langit. Cahaya hitam memenuhi langit. Emma. Namanya terlintas di benakku. Tubuhku lemas, aku terlalu banyak menggunakan malaikat.

"Uhuk!" Aku terbatuk. Darah keluar dari kerongkonganku.

"Sebaiknya kita hentikan ini, Dylan." Pria berambut hitam dan bertopeng putih itu berkata.

"Dimana sopan santunmu. Uhuk-uhuk!" Aku terbatuk lagi, tubuhku sekarang benar-benar lemas.

"Aku berkata seperti ini sebagai adikmu bukan musuhmu. Kau bisa mati kalau memanggil empat malaikat sekaligus." Pria itu mengelus-elus punggungku. "Aku masih membutuhkan kekuatanmu untuk membantu Emma." Ia berkata dengan lembut.

"Uhuk-uhuk!" Aku terus terbatuk tanpa henti dan darah memenuhi mulutku. Aku sudah tidak kuat. "Dengan kuasaku sebagai penerus keluarga Leuvour, aku mengirim kalian para malaikat untuk kembali ke tempat asal kalian."

"Aku tahu pemanggilan malaikat itu tidak seperti pemanggilan roh. Pemanggilan roh membutuhkan banyak darah, tetapi jika kau mengirim mereka kembali, mereka akan mengembalikan darahmu. Tapi, pemanggilan malaikat tidak seperti itu, kan? Mereka tidak mengembalikan darah yang telah digunakan untuk pemanggilan. Itu artinya, setiap pemanggilan malaikat kau akan kehabisan banyak darah dan tubuhmu menjadi lemas. Selain itu, efek lainnya adalah umurmu akan memendek." Ia menatapku dan melepas topengnya. Wajah tampan itu masih sama seperti dulu.

Aku menatapnya dengan lemah. Ia mengatakan yang sebenarnya. Inilah mengapa aku harus kalah darinya dulu.

"Emma sudah memanggil succubus. Ia bisa menghancurkan kastil Odisea. Aku akan membantumu dengan cepat sekarang." Ia melipat lengan bajunya. Lalu, ia berjalan ke arah beberapa mayat penyihir-penyihir.

Ia menggerakkan tangannya ke arah mayat itu. Bayangannya bergerak dan mengelilingi mayat itu. Cairan-cairan berwarna merah keluar dari mayat itu melalui pori-pori kulitnya. Darah. Darah itu menggumpal berbentuk bola besar di atas mayat itu. Kemudian, pria itu berjalan ke arahku sambil menggerakkan bola darah itu.

"Gunakan darah ini dulu. Golongan darahmu O, kan?"

Aku menganga, menatap bola darah itu. "Bagaimana caramu melakukannya?" Kataku lemah. Ia menggerakkan bola darah itu di atas tubuhku. "Hentikan." Suaraku terlalu lemah untuk menolaknya.

"Sihir Emma adalah sihir kehidupan. Tentu saja aku bisa menggunakannya." Ia menggerakkan bola darah itu. Seketika bola darah itu masuk ke dalam tubuhku melalui pori-pori kulitku. "Ini akan terasa sedikit sakit."

"Arghhhh!!!!" Aku berteriak, sakit sekali. Seperti kerikil yang sengaja dimasukkan ke dalam tubuhmu melalui pori-pori kulitmu. Bayangkan saja.

"Sabar saja, awalnya memang terasa sakit." Ia terus menekankan darah itu ke dalam tubuhku.

"Arghhh!!" Aku terus meronta dan berteriak.

"Selesai sudah." Ia berkata dengan santai, sedangkan aku terkapar di rerumputan.

Pori-poriku semua terbuka. Bisa kalian bayangkan tubuhku penuh dengan lubang-lubang. Tapi, aku tidak merasa lemas lagi.

"Tunggu sebentar, aku akan menutup lubang pori-pori kulitmu." Ia merentangkan tangannya. Angin berhembus mengelilingi kami. "Aku mengambil energi kehidupan alam untuk menyelamatkan seseorang." Ia berkata.

Seketika rumput-rumput dan pohon-pohon di sekitar kami mengering. Mereka mati. Hanya untuk menyelamatkanku. Inikah yang ia maksud dengan sihir kehidupan? Mengambil energi kehidupan makhluk hidup lain untuk membuat sihir?

Pori-pori tubuhku seketika mengecil dan tubuhku menjadi seperti dulu lagi. Tidak, bukan. Tubuhku malah menjadi halus seperti baru lahir. Aku tahu sihir ini, sihir ini sangat dilarang bagi kaum penyihir sehingga sihir ini tak pernah dikembangkan, sihir ini juga sedang dikembangkan lebih lanjut oleh Grimore. Tapi, Shadow bahkan telah menggunakannya dengan sempurna seperti ini?

Aku berusaha untuk bangkit dari posisiku. Entah sihir ini bagaimana caranya itu dipikirkan nanti saja. Aku harus menyelamatkan Emma terlebih dahulu. Aku kembali menatap langit. Hitam keunguan.

"Kau lihat ini semua, kan? Apakah kau ingat cerita di buku milik nenek dulu? Jika penyihir hitam memanggil succubus maka bersiaplah untuk binasa." Pria itu berkata sambil merapikan pakaiannya.

"Cerita itu tidak nyata. Itu hanya cerita yang dibuat-buat." Aku menyahut dengan dingin.

Ia tertawa kecil. "Menurutku itu nyata, Emma sudah membuktikannya. Lagipula kau juga sudah merasakan sihir hitam." Ia melirikku dengan tatapan mengejek.

"Kau menggunakan sihir hitam?" Aku bertanya padanya dengan polos, seolah tidak tahu bahwa sihir itu sangat dilarang dan penggunanya biasanya adalah orang yang melakukan perjanjian dengan iblis.

"Sihir ini bukan sihir hitam, ini sihir gabungan. Sihir gabungan dari setiap kaum." Ia tersenyum. "Kurasa kita harus menyelamatkan Elise sebelum ia mengamuk."

"Elise?" Apa maksud pria ini? Mengapa ia menggunakan nama tokoh penyihir hitam yang ada di buku milik nenek untuk memanggil Emma?

"Saat ini, ia bukan Emma. Ia Elise. Elise yang memanggil succubus. Bukan Emma." Ia kemudian mengambil korek apinya dan menyalakannya. Bayangannya menjadi besar dan kemudian menyerapnya.

"Kita harus bergegas!" Katanya. Ia tenggelam dalam bayangannya. Kemudian bayangannya itu berjalan sendiri ke tempat Emma berada.

Aku berlarian mengejarnya, ia tak mungkin bisa menghentikan succubus sendirian, kan?

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang