Bab 5

452 28 0
                                    

Aku mondar-mandir di depan apartemen gadis itu, tidak ada tanda-tanda gadis itu sudah pulang. Lampu kamarnya mati dan tirai jendela kamarnya belum ditutup.

Aku sudah berkali-kali menelponnya tapi ia tak kunjung mengangkat panggilanku. "Kemana lagi perginya gadis ini?" Aku kesal. Kugigit bibir bawahku.

*drrrr* ponselku bergetar. Ayah. "Ayah?"

"Bagaimana kondisi gadis itu?" Suara lemah di ujung sana.

"Ia belum pulang sejak tadi."

"Jangan sampai komunitas-komunitas aneh menculiknya. Uhuk." Ia terbatuk.

"Aku akan segera mencarinya."

"Gunakan pelayan-pelayan kita." Ia mengakhiri panggilannya.

Aku memasukkan ponselku ke kantong celanaku, lalu kulipat lengan kanan bajuku sampai ke siku. Aku menarik kalung salibku.

Kalung itu sebenarnya sebuah pisau kecil yang berbentuk salib. Apabila salah satu sisinya ditarik maka akan keluar bilah pisau kecil.

Aku mengeluarkan pisau dari kalungku lalu menyayat ibu jari tangan kananku.

"Datanglah Pamvent!" Aku memanggil pelayan setiaku. Pelayan keluargaku adalah roh-roh suci yang bersedia setia melayani kebutuhan kami.

Aku menyayat jari kelingking tangan kananku. "Datanglah Lucia!" Pemanggilan pelayan memang membutuhkan pengorbanan ekstra.

"Kau memanggil kami, tuan?" Mereka menundukkan diri dihadapanku.

"Cari jejak gadis ini" Aku memberikan beberapa helai rambut Emma yang kudapatkan di tempat tidurku. Aku memang menyimpannya untuk keperluan tertentu. "Jangan biarkan Emma melihat kalian."

"Siap!" Mereka kemudian berlari bagai cahaya putih di tengah gelapnya malam.

🍀🍀🍀

Aku masih menutup mataku ketika bayangan itu datang. Orang-orang itu menyerang orang-orang berjubah di sekitarku. Mereka menggunakan topeng dan gerakan mereka sangat cepat, bagaikan bayangan.

Tubuh mereka yang kulihat hanya bagian atas saja. Bagian bawah tubuh mereka berwarna hitam bagaikan bayangan, tapi gerakan mereka sangat gesit.

Mereka menyerang orang-orang berjubah itu dengan cepat. Seketika semua orang-orang berjubah itu tergeletak di tanah.

"Komunitas Volstvory, kalian telah melanggar peraturan tata tertib pasal 27 ayat 3. Kalian akan dijatuhi hukuman mati." Salah satu dari orang-orang bertopeng itu berkata sambil menginjak salah satu orang berjubah.

Orang-orang bertopeng yang lainnya kemudian menyalakan korek. Bayangan tubuh mereka terlihat besar, tidak masuk akal.

Seketika keluar berbagai tentakel berwarna hitam dari bayangan mereka. Tentakel-tentakel itu menarik tubuh orang-orang berjubah masuk ke dalam bayangan. Seperti sedang memakan orang-orang berjubah itu.

"Aaaa, tidak jangan! Aku mohon!" Salah satu orang berjubah itu berteriak. Aku menutup mataku, pemandangan macam apa ini. "Aaaaa!!" Ia menjerit dengan keras. Pada akhirnya ia menjadi santapan para tentakel hitam itu.

Orang-orang bertopeng putih itu pun mematikan korek mereka, kira-kira mereka berjumlah 5 orang dan mereka semua menggunakan baju adat jepang berwarna hitam.

Pintu tempat itu kemudian terbuka lebar. Seorang pria yang menggunakan topeng putih berbentuk rubah serta baju adat jepang berwarna biru masuk dari pintu itu.

Cahaya dari luar meneranginya. Ia sangat indah. Ia menghampiriku, melepaskan tali yang mengikat tanganku dan membuka kain yang membekap mulutku.

"Lama tak jumpa." Suaranya lembut dan hangat. Ia mengelus kepalaku. "Wajahmu masih seperti dulu." Tangannya turun ke wajahku.

Aku tak bisa melihat wajah di balik topeng itu. Aku mengangkat tanganku berusaha mengangkat topeng itu, tapi ia menggenggam tanganku di udara. "Belum saatnya." Katanya lembut.

Orang-orang bertopeng yang lain menunduk kepadanya. Sepertinya mereka adalah bawahan pria ini. Aura yang dimilikinya, aku sangat mengenalnya. Kepalaku sakit lagi.

"Jangan berusaha mengingatku, kau bisa tak sadarkan diri nantinya." Ia berkata sambil membalikkan tubuhnya. Aku masih duduk di kursi itu, menatap punggungnya.

"Apakah kau ingin kami memakamkan gadis ini dengan layak atau biarkan dimakan oleh bayangan kami?" Pria itu bertanya padaku sambil menatap mayat teman dudukku.

"Tolong makamkan gadis itu dengan layak." Aku menunduk. Masih terngiang di kepalaku saat orang-orang berjubah itu mengatakan gadis itu musuhku, padahal ia adalah orang yang sangat periang dan pengertian.

"Mengapa ia harus meninggal?" Tak kusadari aku mengucapkannya.

Pria itu menoleh ke arahku. "Kau bahkan tidak tahu hal buruk apa yang ia lakukan padamu?" Pria itu tertawa kecil, "Kau masih seperti dulu."

Aku kebingungan. Memangnya apa yang sudah dilakukan gadis itu?

"Ia mengirimkan preman pasar ke apartemenmu untuk mengambil laporan tugas kuliahmu dan menghajarmu. Menurutnya, kau adalah saingan terberatnya di kelas. Ia menghalalkan segala cara untuk melakukan ini."

Apakah preman pasar yang ia maksud adalah orang yang waktu itu aku tabrak di apartemenku? Benarkah ia yang mengirimkan orang itu?

"Sepertinya ia juga dibantu oleh Grimore."

"Apa itu Grimore?" Aku bertanya.

"Suatu komunitas penyembah iblis. Mereka meminjam kekuatan iblis untuk mengalahkan pasukan surga."

Apa yang sebenarnya pria ini bicarakan? Aku tidak mengerti. Lalu, apa hubunganku dengan orang-orang itu?

"Aku yakin kau menyimpan banyak pertanyaan, tapi tolong kesampingkan dahulu. Pasukan surga itu sedang dalam perjalanan ke tempat ini."

Apalagi ini?

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang