Bab 29 - Kongres Odisea

131 15 2
                                    

"Jadi, siapa kakek yang kau maksud itu?" Aku menatap wanita yang sedang mengemudikan mobilku.

"Dylan, bisakah kita membicarakan itu nanti saja?" Wanita itu menggigit bibir bawahnya. Padahal wanita ini sudah berumur 45 tahun, tetapi tubuhnya tetap terawat.

Aku mendengus. "Ini semua demi keselamatan Emma."

"Iya, ini semua juga demi keselamatan kaum pendeta." Wanita itu berbicara dengan nada mengejek. "Kaum kami tidak ada hubungannya dengan masalah kalian, harus kau ingat bahwa aku membantumu karena aku ini ibumu."

"Kau itu ibu angkatku, lebih tepatnya." Aku memperbaiki kata-katanya. "Kaummu juga terlibat dengan kasus ini." Aku meliriknya dengan tajam.

Sepertinya ia melupakan kejadian di Kastil Odisea. Di tempat itu, Emma diberikan ramuan penghilang sihir.

"Itu adalah bukti bahwa kaum kalian terlibat dengan urusan ini. Kaumku tidak pernah terlibat, ini hanya urusan keluarga Leuvour saja." Aku mulai menjelaskan.

Selena masih saja menggigit bibir bawahnya. "Aku tahu itu." Ia menghembuskan nafasnya.

"Tidak bisakah kau mengatakan siapa kakek itu? Aku bisa mati penasaran!" Aku mulai menjerit.

"Sikapmu itu seperti permepuan saja!" Ia masih berusaha konsentrasi untuk mengemudikan mobilku.

"Ayolah, beri tahu aku!" Aku mulai merayunya dan menggoyang-goyangkan tubuhnya.

Mimik wajahnya seperti mengatakan 'ada apa dengan anak ini? Mengapa ia terlihat kekanak-kanakan?' Yah, aku memang mengakui bahwa ini pertama kalinya aku melakukan hal semacam ini.

Bibir Selena mulai mengembangkan senyum liciknya. "Baiklah, aku akan memberitahumu, tapi kau harus mengikuti segala hal yang aku katakan, apapun itu."

Persyaratan macam apa itu? "Baiklah, tapi hanya 3 kali saja. Tidak lebih." Jika kupikir lagi, mungkin ini akan merugikanku, tapi informasi tentang kakek itu cukup berharga.

"Baiklah, permintaan pertamaku adalah tolong panggil aku ibu mulai sekarang." Ia menatapku dengan lembut. Matanya berair.

Aku tidak pernah memanggilnya dengan panggilan 'ibu' dari dulu. Aku sangat membencinya. Hanya karena ayah menikahi Selena 2 bulan setelah Ibuku meninggal.

"Maafkan aku, ibu."

Ia tersenyum dan menangis. "Terimakasih."

"Kakek itu adalah seorang iblis." Ibu angkatku ini mulai berbicara.

Mataku melebar. "Mengapa kau menyerahkan Emma kepadanya?" Aku kehilangan suaraku. "Kau tahu apa yang dapat ia perbuat, kan?"

"Ya, kakek itu dapat menyembuhkan Emma untuk sementara waktu. Dulu, saat Emma berumur 5 tahun, ia sempat tinggal bersama kakek itu selama beberapa bulan. Tetapi, ia kembali lagi ke rumah kita karena ayahmu tidak mengizinkannya tinggal di tempat itu."

"Apakah yang kau maksud itu kakek Dekard?" Aku mengenal pria itu.

"Kau tentunya ingat juga kejadian saat Emma berumur 8 tahun, kan? Saat itu penyiksaan kepada Emma sudah melebihi batas, Emma tidak dapat diselamatkan lagi sehingga ia dilarikan ke rumah kakek lagi dan ia-"

"Cukup, bu. Aku sudah tahu kelanjutan ceritanya."

Otakku mulai memutar kejadian-kejadian sebelumnya. Pada saat itu Emma terlalu sering disiksa dan hampir mati. Akhirnya ibu dengan berani membawanya pergi ke rumah kakek itu lagi. Setelah itu, ingatan Emma dihilangkan oleh kakek itu dan ia hidup di sana sampai ia cukup umur untuk pergi ke kota.

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang