Bab 34 - Malaikat Bersayap Hitam

295 14 3
                                    

"Elios tenanglah!" Emma menggoyangkan tubuhku.

Aku shock berat. Aku tidak dapat merasakan energi kehidupan Dekard. "Dekard.. Dekard... maafkan aku.. Dekard." Aku terisak dan jatuh berlutut.

Kakiku bergetar, aku tak mampu berdiri. Kehilangan seseorang itu terasa sangat berat untukku, terlebih lagi orang yang meninggalkanku adalah Dekard.

"Dekard... Dekard... Dekard.. aku.."

PLAK!!

Emma menamparku. "Sadarlah!"

Tamparan itu menyadarkanku. Saat ini kami sedang berlari dari serangan. "Maafkan aku."

"Jangan sampai kita menyia-nyiakan pengorbanan Dekard." Emma mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.

Ledakan. Suara ledakan terdengar semakin jelas dan memekakkan telinga. Ada hal yang sangat membuatku bingung saat ini. Bagaimana bisa Emma mengambil kesimpulan bahwa Dekard telah tiada?

"Emma, bagaimana bisa kau-"

"Aku juga merasakannya. Kehangatan kakek yang melindungi hutan ini menghilang. Kini terasa dingin."

Pundak Emma yang kecil itu mampu menanggung beban yang berat ini. Jika kupikir lagi, Dekard adalah kakek yang selalu ada untuk Emma sejak ia kecil.

Dekard selalu menemani Emma, meskipun ingatan Emma telah dihapus berkali-kali. Hubungan mereka jauh lebih dalam daripada hubunganku dengan Dekard. Aku malu. Aku lemah.

"Tak apa, aku yakin, kakek tidak menghilang. Ia orang yang sangat kuat."

Aku semakin malu dengan diriku sendiri. Aku bahkan tidak mempercayai kemampuan bawahanku. Pemimpin yang buruk.

"Yah, aku rasa kau benar."

"Elios, tolong ajarkan aku sihir pelindung sekarang." Nada suara Emma terdengar sangat serius.

DUARR!!!

"Baiklah, langkah pertama adalah memusatkan energimu di telapak tanganmu. Lalu-"

Cahaya putih mengelilingi kami. Roh pelayan. Kaum pendeta? Bukan Grimore? Mereka menyerang kami dengan serangan bertubi-tubi.

Salah satu dari cahaya itu menabrakku sehingga aku terlempar jauh. Emma masih terdiam di tempatnya. Ia berdiri dengan tegap dan menatap kilauan cahaya yang dengan segera akan menyerangnya.

Ia menunduk menatap kedua telapak tangannya, lalu ia mengarahkan tangannya ke arah langit. Seketika muncullah sebuah prisai sihir raksasa mengelilinginya. Ia benar-benar sangat cepat belajar.

Cahaya-cahaya itu kini fokus untuk menyerang prisai tersebut. Mereka menghiraukanku dan mulai menyerang prisai Emma secara bersamaan.

Terlihat Emma masih dengan tenang berdiri di dalam prisai, lalu ia menggigit salah satu jari tangan kanannya. Pemanggilan iblis.

"Datanglah Succubus!"

Aura hitam pekat muncul seketika. Iblis itu datang. Apakah ingatannya telah kembali?

Prisai Emma hancur seketika. Pelayan-pelayan roh itu telah siap menyergapnya dalam hitungan detik. Tetapi, roh-roh itu tidak tahu bahwa ada iblis di balik prisai itu.

Succubus mulai melancarkan serangannya ke berbagai arah. Banyak roh-roh itu yang mulai tercemar dan kembali ke tuannya.

"Hancurkan tuan mereka." Emma memerintahkan Succubus dengan nada datar.

Setahuku ia bahkan tidak memiliki pengetahuan tentang kaum pendeta, bagaimana bisa ia memerintahkan Succubus seperti itu? Apakah ingatannya telah kembali?

Emma berjalan ke arahku yang masih menatapnya dengan tatapan tak percaya. Ia sangat mempesona. Ia berjalan tegap dengan pemandangan perang di belakangnya. Bagaikan lukisan yang sangat indah.

"Elios, maafkan aku yang tidak bisa menepati janjiku." Ia berbisik.

🍀🍀🍀

"Tuan Gamiel, nona Emma berada dalam bahaya." Salah satu pelayan kepercayaanku menunduk dan mengabariku.

"Uhuk-uhuk." Aku terbatuk. Penyakitku semakin lama semakin parah saja. "Aku tahu itu, aku bisa merasakannya. Kita berangkat sekarang!"

Aku terbangun dari tempat dudukku dan memperbaiki pakaianku. Menuju Emma. Satu-satunya orang yang mampu mengisi kekosongan ini.

🍀🍀🍀

Emma berdecak. Succubus tidak dapat mengatasi pelayan-pelayan roh sebanyak ini.

Mata Emma berbinar. Salah satu pendeta itu ada yang memanggil malaikat. Succubus tidak mungkin bisa melawan malaikat.

"Cih, ternyata ada keturunan keluarga ternama di sini." Aku berdecak.

"Elios. Apa yang biasanya aku lakukan di saat-saat seperti ini?" Emma menangis.

Pelayan roh itu mungkin berjumlah lebih dari 200 orang. Bagaimana bisa mereka mengumpulkan pendeta sebanyak ini untuk menyerbu kami?

"Keluarga Solano?" Aku mengucapkannya.

"Aku tidak bisa melawan keluarga Solano. Mereka salah satu musuh yang paling merumitkan untuk dilawan." Aku menghadap Emma. "Tapi, mungkin aku bisa mengulur waktu untukmu. Larilah ke dalam hutan!" Aku berteriak kencang.

"Mengapa? Aku tidak mau meninggalkan keluargaku!" Emma menangis.

Tiba-tiba sebuah jaring raksasa muncul dari langit. Pusaka ke-3 keluarga Solano. Jaring laba-laba suci. Jika sudah ada jaring ini, kekuatan iblis dan makhluk kotor lainnya akan terikat. Dengan kata lain, aku tidak akan bisa menggunakan kekuatanku.

"Sial!" Aku sudah lama tidak bertarung di perang semacam ini. Sepertinya ketajaman instingku sudah berkurang.

Emma dan aku terperangkap dalam jaring ini. Sekarang, bagaimana cara kami melawan mereka?

"Elios, Succubus menghilang. Ada yang aneh dengan jaring ini."

"Kau tidak bisa memanggil iblis jika telah terjerat jaring ini." Aku berkata dengan lemas.

"Sepertinya kita bertemu lagi, Elios! Ahahahahahah!" Sebuah suara yang muncul entah darimana. Aku sangat mengenal suara ini. Anak ketiga dari keluarga Solano.

Aku menoleh ke arah Emma, matanya melebar menatap anak ketiga keluarga Solano itu. Emma perlahan menutup telinganya. Ia kelihatan sangat kesakitan.

"Emma! Kau baik-baik saja?!" Aku meneriakinya dengan kencang.

Pikiran Emma mungkin sudah berqsa entah dimana. Ia tidak mendengar perkataanku. "Emma!"

"Aku keturunan keluarga Leuvour, memanggilmu malaikat yang agung. Datanglah Samuel!"

Aku terbelak. Ia memanggil malaikat? Ia memang benar keturunan Leuvour tapi ia seorang perempuan. Perempuan tidak bisa memanggil malaikat! Keajaiban terjadi lagi?

"Samuel?! Sepertinya aku harus memanggil malaikatku juga!" Anak ketiga keluarga Solano itu akan memanggil malaikatnya.

"Datanglah Uriel!"

Gawat! Sekarang, aku tak yakin Emma mampu menahan kekuatan malaikat yang sangat besar itu, dan musuhnya kali ini juga Malaikat Uriel. "Sial! Seandainya saja aku keluar dari jaring ini. Mungkin aku bisa--"

"Datanglah Ariel!" Emma memanggil malaikat lagi.

"Kau bisa memanggil dua malaikat sekaligus? Wow! Kau hebat sekali! Aku juga akan memanggil malai--"

"Datanglah Rafael, Gabriel, Michael, dan Raguel!" Emma menyebutkan nama-nama malaikatnya bagaikan membaca mantra.

Semua yang berada di tempat itu ternganga. Ia memanggil 5 malaikat sekaligus, ia bisa mati!

"Aku meminta izin ayahku, Dean d'Leuvour untuk membuka segel."

Seketika cahaya terang memenuhi tubuhnya. Segelnya terbuka? Dean membiarkannya menggunakan kekuatan sebanyak ini untuk mengalahkan jangkrik seperti keluarga Solano?

"Aku memanggilmu Lucifer!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang