Bab 31 - Kisah Asli 'Si Penyihir Hitam (3)

147 11 0
                                    

"Aku tidak yakin kau siap mendengarkannya." Aku berkata sambil menatap mata Emma.

"Siap atau tidak, aku harus mendengarkannya, kan?" Emma membalas tatapanku.

"Apakah kau percaya bahwa si penyihir hitam itu laki-laki?" Aku bertanya dengan ragu-ragu.

"Apa?! Aku mohon, ini bukan saatnya untuk bercanda." Emma melongo. Kelihatannya bukan ia saja yang terkejut, Dekard juga sangat terkejut mendengarnya.

Aku menunduk. "Aku serius. Penyihir hitam itu laki-laki."

Mereka berdua tertawa terbahak-bahak. "Yang benar saja! Kau mau mengatakan kalau aku ini juga laki-laki?" Emma berkata sambil tertawa.

"Ada cerita tersendiri di balik 'Si Penyihir Hitam', tapi aku tak bisa menceritakan semuanya, bukan?"

"Ceritakan inti ceritanya saja." Emma berkata sambil menghapuskan air mata akibat terlalu banyak tertawa.

"Elise itu-" Aku terbatuk kecil sejenak. "Penyihir hitam itu, sebenarnya terlahir sebagai seorang laki-laki yang cantik. Maksudku ia itu sering disangka perempuan. Saat ia lahir ia disangak perempuan oleh ayahnya dan diberi nama Elise."

"Langsung saja ke bagian pentingnya." Emma sepertinya tidak menyukai pembicaraan ini.

"Ibunya juga tidak menyukai kelahirannya sebagai seorang laki-laki dan akhirnya melakukan berbagai cara agar ia menjadi perempuan. Ia menggunakan seragam perempuan saat di sekolah, ia bahkan tidak tahu kalau ia itu seorang laki-laki."

Emma dan Dekard menganga. Mimik wajah mereka seakan-akan mengatakan 'cerita macam apa ini?'. "Jadi, aku ini sebenarnya laki-laki?" Emma menunjuk dirinya sendiri.

"Yah, bukan berarti seperti itu. Di kehidupan yang lalu kau laki-laki tapi di kehidupan ini kau perempuan. Kau tentunya tahu cerita bahwa Elise memiliki masalah dengan temannya di sekolah sehingga ia menggunakan sihir, kan?"

"Kau mau mengatakan bahwa bagian itu tidak benar?" Dekard berkomentar.

"Ah, tidak. Cerita itu benar. Tapi, pertengkaran itu terjadi karena teman Elise mengungkap jenis kelamin Elise yang sebenarnya. Elise sangat terkejut dan sedih, ia marah dengan keluarganya. Sejak saat itu teman-temannya sering mem-bully Elise.

"Suatu hari saat hari kenaikan kelas, ayahnya datang berkunjung ke kelasnya. Di sana ia melihat anaknya dipermalukan, ia pun marah dan menggunakan sihir. Sejak saat itu keluarga mereka hidup berpindah-pindah."

"Bisakah kita langsung ke inti cerita saja? Aku tidak tahan mendengar cerita semacam ini." Emma menunduk.

"Tunggu dulu, apakah pada saat itu tuan sudah lahir?" Dekard menatapku dengan wajah kebingungan.

"Aku lahir saat Grimore baru saja dibentuk. Kira-kira perbedaan umurku dengan Elise adalah sekitar 30 tahun atau 50 tahun, aku tidak tahu tepatnya. Hal yang pasti adalah ketika aku bertemu dengan Elise, ia masih seperti seorang gadis muda, karena ia tidak mengalami penuaan." Aku menjelaskan.

"Baiklah, aku rasa langsung saja ke inti ceritanya. Dalam buku cerita diceritakan bahwa ia ditangkap oleh pendeta, tapi sebenarnya ia ditangkap oleh pasukan Grimore. Ibunya ingin membunuhnya." Aku menatap Emma dengan tatapan serius.

"Mengapa?" Emma menatapku dengan sedih.

"Itulah sebabnya kau harus mendengarkan keseluruhan ceritanya." Aku mendengus. "Bahkan sampai saat ini ibunya masih ingin membunuhnya."

"Ibunya itu bukankah ia juga ibumu?" Emma sepertinya kebingungan sedari tadi.

"Iya, dia ibuku juga. Tapi, mungkin jiwanya sudah tak terselamatkan lagi." Aku berkata kecil. "Ibu kami ingin membunuh Elise karena-"

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang