Bab 25

136 16 2
                                    

Aku menggendong bayiku dan menatap Gamiel. "Bagaimana bisa kau memanggil dewa?"

"Aku bermain ke hutan dekat kastil Odisea." Ia masih dengan nada polosnya. "Kalian sudah boleh kembali." Ia menatap Dewa dan Dewi yang ia panggil.

Aku melongo. Bagaimana bisa mantan suamiku membiarkannya yang masih berumur 3 tahun bermain di hutan terlarang?!

"Dimana Emilio? Mengapa kau bisa berada disini?" Aku mengelus kepalanya perlahan.

Ia tidak menjawabku. Matanya hanya tertuju kepada bayi yang berada di gendonganku. "Ibu,"

"Ya?"

"Apakah aku boleh tinggal bersamamu?" Ia bertanya. Matanya masih menatap bayi dipelukanku.

"Apa yang terjadi dengan ayah?" Suaraku melembut.

"Hm? Ia baik-baik saja. Tadi ia sedang mengajar Kak Emi." Gamiel duduk di sebelahku dan bersandar di tembok. "Ia sangat cantik." Mata bulatnya masih menatap bayi di pelukanku.

"Oi! Apa yang baru saja kau lakukan?!" Dylan merangkak. Sepertinya ia sudah mencapai batasnya. Matanya melebar melihat bayi di pelukanku. "Bayi itu sudah lahir?!"

Gamiel menatapnya dengan wajah Dylan yang dipenuhi darah. "Ibu, apakah orang ini yang bernama Dylan?"

"Bagaimana bisa bayi itu lahir sekarang?" Suara Dylan melemah, ia pun tak sadarkan diri.

"Darimana kau mendengar namanya? Ibu belum mengenalkannya kepadamu, kan?"

"Dewi Peramal mengatakan bahwa orang yang bernama Dylan akan menyakiti orang yang sangat berharga untukku."

Aku menaikkan satu alisku. Ramalan Dewi Peramal itu pasti akan terjadi, tapi untuk apa Dylan menyakiti orang lain?

Terdengar suara orang berlari. Suamiku dan Elios sedang berlari menuju tempatku duduk. Suamiku berhenti di tempat Dylan pingsan dan Elios mendekat ke arahku.

"Ia sudah lahir?" Matanya berair. Menangis. Ia terharu.

Aku hanya mengangguk. Tidak tahu harus mengatakan apa. Tiba-tiba bayiku menangis. Aku berusaha menenangkannya, tapi tak kunjung reda.

Elios kemudian mengambilnya secara lembut dari pelukanku dan menggendongnya. Bayi itu berhenti menangis. "Bolehkah aku menamainya?"

Mengingat jasa-jasa Elios, aku rasa ia pantas menamai bayi ini. "Ya, tentu saja."

"Akan kunamai Elise." Elios tersenyum.

Elise? Nama itu? Mengapa harus nama yang sama dengan penyihir hitam? 

"Namai ia Emma!" Gamiel memberontak. "Aku yang membantu ibu melahirkannya, jadi aku yang pantas memberikan ia nama."

Nah, Gamiel juga ada benarnya. "Aku rasa jika ia dinamai Emma akan lebih baik."

Elios menatapku dengan tatapan tajam. "Sebenarnya apapun namanya juga tidak masalah." Ia tersenyum. "Aku akan merawatnya jika umurnya sudah mencapai 5 tahun." Ia tersenyum, lagi. Tapi kali ini senyumnya lebih lebar daripada sebelumnya. Lebih tepatnya ia menyeringai.

Elios menyentuh wajah Emma, menatapnya dengan lembut. Ia menatap Emma bagikan sedang menatap kekasihnya.

"Bisakah kau tidak menatapnya seperti itu?" Aku berdiri dan berusaha menggendong Emma.

🍀🍀🍀

"Ibu! Berhentilah melamun!" Suara Emilio.

"Ah, iya! Maafkan aku."

Dylan terduduk di samping Emma. Ia menundukkan kepalanya. Sepertinya rencana yang sudah dibuat keluarga Leuvour sejak lama sudah gagal. Pantas saja ia frustasi seperti itu.

Jika segel Emma sudah terbuka semua, maka ia akan menjadi incaran banyak orang. Tidak, bukan. Ia akan mencari incaran berbagai organisasi.

Ia adalah satu-satunya manusia yang bisa memanggil malaikat, memanggil Dewa-Dewi, memanggil iblis, dan merupakan penyihir pengendali segala elemen, selain itu ia juga bisa menggunakan sihir suci dan sihir hitam. Orang yang berhasil memilikinya akan dapat menguasai dunia ini.

Aku menggigit bibir bawahku. Ia tidak akan bisa disembuhkan, apakah kami harus mengahapus ingatanya lagi? Sudah berkali-kali kami menghapus ingatannya.

"Mengapa tiba-tiba Emma begini? Ia belum mengingat sesuatu semacam iblis atau mengingat Gamiel, kan?" Aku perlu mengetahui ini.

"Sudah banyak komunitas-komunitas sihir yang tidak jelas berusaha membangkitkannya. Terlebih lagi Emma berusaha dibangkitkan oleh salah satu anggota Grimore di altar Odisea. Tidakkah kau akan menceritakan kejadian seutuhnya Emi?" Dylan berkata dengan nada merendahkan.

Emilio hanya berdeham. "Pada saat itu, Emma dimandikan dengan ramuan penetral sihir, sehingga segelnya terbuka sedikit dan akan lebih mudah membangkitkannya."

"Wah, kau bahkan baru menginformasikan kami tentang ramuan itu?" Dylan memotong pembicaraan Emilio.

"Sebaiknya kau dengarkan aku dulu. Jangan hanya menyalahkan Odisea! Ini semua juga karenamu! Jika kau tidak membiarkan film tentang ingatan gadis yang bernama Sally itu, Emma tidak akan mengingat sesuatu tentang iblis!" Emilio berteriak.

"Kau memasuki ruangan rahasiaku tanpa meminta izin?!"

"Hei, kau saja tidak menyadari aku memasuki ruangan rahasia itu. Aku menonton film itu. Film itu menampilkan adegan salah seorang anggota Grimore yang menggunakan kekuatan iblis. Kau pikir hanya aku saja yang bersalah?"

"Sudah, cukup. Hentikan." Aku menghentikan perdebatan mereka. "Sebaiknya kita saling terbuka sekarang."

"Baiklah, aku akan melanjutkan." Emilio melirik Dylan dengan tatapan tajam. "Pelayan yang memandikan Emma adalah goblin yang menggunakan sihir penyamaran. Dari sana aku tahu ada ikut campur Grimore."

"Bagaimana bisa goblin memasuki tanah Odisea?" Kepalaku terasa sakit. Mungkinkah ada penyihir yang berhianat?

"Aku rasa goblin itu dibuat langsung di Odisea." Dylan mulai angkat bicara.

"Ya, aku juga mengira demikian. Karena, goblin tidak akan bisa masuk begitu saja ke tanah Odisea." Baru kali ini Emilio dan Dylan sependapat.

"Apakah, ada beberapa penyihir yang menghilang atau meninggal beberapa hari ini?" Dylan menatapku.

"Ya, sebenarnya kami mendapati berita beberapa penyihir menghilang. Kami sudah berusaha mencarinya tapi kami tidak menemukannya." Aku menjawabnya. Beberapa hari yang lalu beberapa penyihir memang menghilang tanpa jejak.

Dylan memijat keningnya. "Goblin itu dibentuk dengan tanah dan mayat manusia, selain itu goblin juga diperkuat dengan sihir tumbuhan." Dylan mengeluarkan seluruh pengetahuan yang ia punya.

"Tapi, penyihir biasa tidak akan bisa menghasilkan banyak energi untuk membentuk goblin." Emilio menambahkan. "Jadi, aku sampai pada kesimpulan bahwa ada tetua Odisea yang berhianat."

Pendapat mereka benar. Hanya tetua saja yang memiliki energi yang cukup besar. Tapi siapa?

------------
Hei readers!
Sudah semakin jelas kan ceritanya? Ikuti terus kelanjutannya!
Sampai jumpa di chapter berikutnya!

-oreo

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang