Bab 21

131 14 0
                                    

Aku masih memandangi kaca itu. Film itu masih terus berputar. Terlihat pria itu berjalan melewati rak-rak minimarket. Gadis itu masih terus mengikuti pria itu.

Pria itu berbelok ke salah satu lorong rak yang berisikan mie instan. Aku mendekatkan kepalaku ke kaca itu. Di lorong itu juga berdiri seorang gadis lain yang sedang memilih mie instan. Itu aku!

Pria itu memandangku dengan tatapan aneh, lalu berjalan melewatiku. Gadis itu masih mengikuti pria itu. Gadis itu mengeluarkan kamera dari saku jaketnya dan memotretku. Apakah gadis ini orang yang memotretku di minimarket?

Gadis itu berjalan ke arah meja untuk makan di minimarket itu kemudian, ia membuka buku kecilnya dan mulai menulis berbagai hal. Mata gadis itu melirik pergerakan pria itu.

Pria itu masih mengikutiku. "Pria ini orang yang menguntitku?" Aku menaikkan alisku. Sepertinya aku pernah melihat pria ini. Pria ini pria tampan yang menabrakku di minimarket itu! Tapi, gadis ini yang memotretku?

Aku terlihat berjalan ke arah kasir dengan terburu-buru, pria itu mendahuluiku ke kasir. Pria itu sengaja ingin menabrakku.

Gadis itu menegakkan posisi duduknya dan memotretku lagi. Aku menganga. Bukankah gadis itu menguntit pria ini? Tapi, mengapa ia memotretku?

Sekerang terlihat aku menabrak pria itu dan kami bercakap-cakap sejenak. Gadis itu masih memperhatikan aku dan pria itu dari tempatnya. Pria itu berlalu, sedangkan aku sedang mencari meja kosong untuk makan di tempat itu. Gadis itu ternyata orang yang sedamg menulis di minimarket itu. Kepalaku terasa agak pusing sekarang.

Aku terlihat keluar dari minimarket itu, si pria berjalan ke arah meja si gadis. Gadis itu terkejut dan berusaha untuk bersembunyi, tapi ia sudah ketahuan.

"Bisakah kau menghentikan ini?" Pria itu berkata kepada gadis itu dengan tatapan sinis.

"Aku sudah meminta bantuan salah satu anggota Grimore, tapi ia dihalangi oleh kaum pendrta." Gadis itu berbisik, ia menangis. "Aku mohon, aku yakin kau pasti bisa membunuhnya?" Ia menatap pria itu dengan mata berkaca-kaca.

"Ya, aku sudah tahu kau meminta bantuan anggota Grimore yang lain. Jiwamu sudah ternodai." Ia berkata dengan sinis. "Jawabanku masih sama, aku tidak akan membunuhnya." Pria itu membalikkan tubuhnya dan keluar dari minimarket.

Gadis itu mengikuti si pria lagi. Ia berjalan sekitar 5 meter di belakang pria itu. "Apa hubunganmu dengan Emma sehingga kau selalu mengikutinya?" Gadis itu membuka mulutnya.

"Itu bukan urusanmu." Si pria menjawab dengan ketus. "Lagipula, sekarang aku sedang tidak mengikuti Emma."

"Aku mohon pikirkan kembali tawaranku sebelumnya."

Pria itu hanya diam saja, kemudian ia menghentikan langkahnya.

"Mengapa kau berhenti?"

Pria itu membalikkan tubuhnya. Ia menatap gadis itu. Tidak, bukan. Ia menatap segerombolan orang yang berada di belakang gadis itu. Orang-orang itu menggunakan jubah berwarna hitam.

Itu orang-orang berjubah yang menculikku sebelumnya. Aku melebarkan mataku. Aku takut, aku masih ingat sensasi ketika diikat di sebuah kursi.

Terlihat gadis itu membalikkan tubuhnya, mimik wajahnya menunjukkan bahwa ia terkejut. Tiba-tiba salah satu dari dari orang-orang berjubah hitam itu mendekatkan dirinya ke gadis itu. Ia menusuk gadis itu dengan tangannya. Terlihat dengan jelas tangannya menembus tubuh gadis itu. Aku bergidik ngeri.

"Kami akan membawanya." Orang yang menusuk gadis itu berkata.

"Kalian akan membangkitkan Emma?" Pria itu berkata dengan tatapan sinis.

"Bukankah itu bukan urusanmu?" Salah satu dari orang-orang berjubah itu menyahut.

Pria itu tertawa kecil. "Kalian tidak akan bisa membangkitkannya." Ia berkata sambil menahan tawanya.

"Bos, haruskah aku menghajar orang ini?" Salah satu dari mereka berkata lagi.

"Bunuh saja." Orang yang membunuh si gadis memerintahkan.

Salah satu dari orang berjubah itu kemudian berlari dengan cepat ke arah si pria sambil membacakan mantra. Ia bersiap menyerang pria itu.

Si pria hanya menatapnya dengan wajah santai. "Aku sangat membenci penyihir rendahan seperti kalian." Ia berkata kecil. Ia melangkahkan kakinya.

Tanpa disadari pria itu telah membunuh orang yang akan menyerangnya dengan tangannya sendiri. Tapi, tangannya berwarna hitam dan memiliki kuku-kuku yang panjang. Ia benar-benar secepat kilat, sehingga aku tidak bisa melihatnya.

Deg! Perasaan apa ini? Aku memegangi dadaku, terasa sakit.

Orang-orang berjubah hitam lainnya mulai ketakutan dan melangkah mundur.

"Kalian tahu, kan, ras kami sangat membenci penyihir?" Pria itu berkata sambil membuang mayat orang yang menyerangnya ke tanah. Tangan kanannya menghitam dan kuku-kukunya sangat panjang."Pergilah sebelum aku menghabisi kalian semua."

"Iblis?" Bos orang-orang berjubah itu berkata dengan nada takut. "Ayo pergi!" Ia berseru.

Film itu habis. Untuk sejenak aku berpikir, apakah gadis itu Sally? Mengapa ia ingin membunuhku? Dan yang membantunya adalah iblis? Apakah Dylan mengetahui semua ini?

Kepalaku terasa berat. Aku merasakan luka bakar di berbagai bagian tubuhku. Aku menundukkan kepalaku menatap kakiku, terdapat luka-luka bakar berbentuk salib. Luka-luka itu yang membuat tubuhku ini terasa sakit.

Aku berjalan tertatih-tatih ke arah pintu keluar. Kutahan semua rasa sakit ini, tapi semakin lama rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Kepalaku terasa berat dan tubuhku terasa terbakar oleh luka-luka berbentuk salib ini. Cobaan apa ini?

Ini terlalu menyakitkan! "Aaaaaa" aku melengking. Terjatuh. Sakit sekali. "Gamiel, tolong aku." Aku berkata dengan suara kecil.

"Emma? Emma! Sadarlah!" Seseorang berseru kepadaku. Tapi, apa dayaku tak bisa menahan rasa sakit ini.

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang