Bab 24

138 17 0
                                    

"Tidak bisakah kau melahirkannya demi aku?" Elios menoleh padaku. Air mata mengucur dari matanya. Air matanya berwarna hitam.

Pemandangan macam apa ini? Hatiku terasa tercelos melihatnya seperti ini. Kata-katanya terngiang di kepalaku.

"Aku akan membantumu merawat penyihir hitam ini, jadi lahirkanlah dia. Aku tak sanggup jika harus melihatmu membunuhnya seperti wanita lainnya." Elios berbicara dengan dramatis.

Aku meneteskan air mataku, tidakkah aku bersedih apabila anakku dibunuh? Haruskah aku menggugurkannya hanya karena sebuah tato mawar hitam? Belum tentu juga tato mawar hitam ini menunjukkan bahwa bayi yang berada di kandunganku ini adalah renkarnasi dari si penyihir hitam.

"Jika kau melahirkannya, segel penyihir hitamnya akan terbuka apabila umurnya mencapai 10 tahun. Saat ia berumur 10 tahun, kau bisa menyerahkannya padaku. Aku akan merawatnya dengan baik." Elios menguatkan hatiku.

Perasaan tenang menyelimutiku. Setidaknya ada satu orang yang mendukungku untuk melahirkan anak ini. "Aku akan melahirkannya. Dia masih anakku meskipun ia merupakan renkarnasi dari penyihir hitam."

Ia tersenyum. Lega. Aku dan dia saling bertatapan dan tersenyum. "Terimakasih." Ia berkata. Nada suaranya sungguh tulus.

"Apakah kau mengatakan yang sebenarnya?" Suara di belakang kami cukup mengagetkan. Kami berdua menoleh ke arah suara tersebut. Dylan berdiri di belakang kami sedari tadi dan kami tidak menyadarinya.

"Dylan, kau menguping pembicaraan kami?" Aku berkata dengan takut-takut.

Dylan bukannya menjawab, tapi ia malah berlari masuk ke dalam kastil. Aku sudah tahu apa yang akan dilakukan anak berumur 4 tahun yang banyak akal sepertinya.

"Dylan, tunggu!" Aku memanggilnya.

Aku ingin berlari untuk mengejarnya, tetapi aku sedang mengandung. Bagaimana mungkin aku berlari ketika mengandung? Aku menoleh kepada Elios.

"Aku akan mengejarnya." Ia segera berlari mengejar Dylan.

Aku berjalan perlahan mengikutinya. Kandunganku mulai merontaa-ronta. Perutku terasa sakit sekali. Apakah ia sudah ingin keluar? Aku berjalan sambil memegangi perutku, menahan sakitnya.

Butuh perjuangan bagiku untuk sampai di kamar suamiku. Sepertinya aku terlambat, Dylan telah memberi tahu semuanya.

"Bagaimanapun juga, anak yang berada di kandungannya itu putrimu. Bagaimana bisa kau meminta Selena untuk menggugurkannya?" Elios membelaku.

"Aku tidak mau memiliki adik yang berdarah iblis!" Dylan menjerit.

Aku hanya bisa menatapnya dengan tatapan kosong. Beginikah akhirnya? Menggugurkan anakku sendiri? "Jangan membuatku harus menggugurkan anakku sendiri." Aku terisak.

Suamiku masih tidak percaya bahwa ada tato mawar hitam di perutku. "Benarkah ada tato hitam di perutmu?"

Aku memalingkan wajahku, tak sanggup menjawab. Perutku terasa semakin sakit saja. Aku hanya bisa memegangi perutku.

"Ia akan lahir sebentar lagi. Mungkin besok atau lusa." Elios menatapku.

"Aku akan membantumu menggugurkannya sekarang!" Suamiku berusaha mendekatiku.

"Jangan! Jangan!" Aku berteriak. Histetis.

"Selena, larilah sekarang! Aku akan menghadang mereka!" Elios berteriak kepadaku.

Apakah ia gila? Perutku sudah jelas-jelas sakit. Ia masih memintaku untuk berlari? Bagaimana bisa? Pada akhirnya aku berjalan dengan cepat, meninggalkan ruangan itu.

Elios berhasil menghadang suamiku, tetapi Dylan lolos. Dylan mengejarku. Aku masih saja sempat menoleh ke belakang. Dylan melakukan sesuatu yang aneh, entah apa. Ia menggigit ibu jari tangan kanannya. Pemanggilan pelayan! Bukankah suamiku belum mengajarkan teknik itu kepadanya?

"Dengan darahku sebagai tuanmu, aku memanggilmu pelayanku. Datanglah!" Ia berteriak.

Seketika cahaya putih memenuhi lorong itu, seorang roh datang. "Mulai sekarang, aku Dylan d' Leuvour menamaimu Pamvent. Jadilah pelayan setiaku. Bunuh iblis yang mengotori tanah ini!" Ia berteriak.

Apa-apaan itu? Bahkan di umurnya yang masih belia ia bisa memanggil roh? Gila! Apakah semua kaum pendeta sepertinya? Aku tidak bisa menggunakan sihir, sedangkan Pamvent sudah mengejarku dengan kecepatan cahaya. Inikah akhirnya?

Aku menambah kecepatan berjalanku. Seorang anak laki-laki berdiri di hadapanku? Emilio? Tidak, bukan. Itu Gamiel! Apa yang dilakukannya di kastil ini?

"Ibu kenapa berlari?" Ia berkata dengan polos.

"Aku sedang dikejar orang jahat." Aku berkata sambil mempercepat jalanku.

"Apakah cahaya itu orang jahatnya? Auranya suci sekali!" Ia terpaku menatap cahaya itu.

Aku tidak merespon ucapannya dan hanya mempercepat langkahku. "Ayo lari, Gamiel!"

Bukannya lari ia malah menyiapkan kuda-kuda. Apakah mantan suamiku sudah mulai mengajarkannya tentang sihir? Umurnya masih 3 tahun!

Gamiel mengangkat salah satu tangannya. "Atas namaku, Gamiel, aku meminta perlindunganmu wahai Dewa Penjaga Odisea. Pinjamkan aku tameng sucimu!" Ia berkata dengan lantang.

Aku sudah tidak sanggup melangkah lagi. Perutku sangat sakit dan kepalaku sangat pusing. Bagaimana bisa mantan suamiku mengajarkan Gamiel teknik pemanggil dewa? Gamiel bisa mati nantinya! Aku menggigit bibir bawahku.

Tameng raksasa muncul di tempat itu. Kastil ini sepertinya hampir roboh. Gamiel meninggalkan Dylan dan Pamvent yang masih berusaha menerobos tameng suci itu.

Gamiel berjalan ke arahku. Ia menyentuh perutku. "Kapan ia akan lahir?" Ia bertanya masih dengan nada polos, seolah tak terjadi apapun.

"Kemungkinan, lusa." Aku menjawabnya.

"Aku tadi mendengar pertengkaran kalian, apabila bayi ini lahir sekarang maka ia akan selamat, kan?"

Aku hanya mengangguk. Kita semua tahu, tidak mungkin aku bisa mempercepat kelahirannya, kecuali ada penyihir hebat yang memanggil dewi kelahiran Odisea.

"Aku, Gamiel, memanggilmu sahabatku, wahai Dewi Kelahiran, datanglah!" Suaranya sungguh lembut.

Aku menganga, bagaimana bisa ia memanggil dua dewa sekaligus? Anak ajaib ini pantas saja sangat disayangi mantan suamiku.

Dewi itu datang di hadapanku dan Gamiel. "Percepat kelahiran bayi di perut ibu" Gamiel berkata kepada Dewi itu, seolah-olah mereka teman lama.

Dewi itu kemudian meletakkan kedua tangannya di perutku. Cahaya hijau muncul dari telapak tangannya dan memenuhi tubuhku. Seketika aku merasa rileks dan tanpa terasa bayiku telah lahir.

Dewi itu menggendong bayiku. Bayi perempuan. Aku bahagia, sangat bahagia. Dewi itu membersihkan bayiku, kemudian ia memberikannya kepadaku.

----------

Hei readers!
Maaf ya author banyak kegiatan jadi publishnya agak telat.
Karena minggu depan tanggal 14 Maret 2016 author sudah mulai ujian, jadi author mungkin akan jarang mempublish. Oleh karena itu, author akan mengusahakan minggu ini mempublish banyak chapter sekaligus!

Ditunggu, ya! Jangan pernah bosan!

Vote and comments😊😊😊

-oreo

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang