Kacau

6.9K 487 6
                                    

Prilly mengambil bungkusan dari tangan Firla dan segera saja duduk diatas karpet bulu yg ia beli dipasar.

Firla menatap Prilly dengan kening mengerut.
"Kaki lo kenapa?" tanya Firla pada Prilly.

"Jatoh tadi" jawab santai sambil membuka bungkus makanan yg dibawa Firla tadi.
Firla memutar bola matanya malas.
"Dari mana lo hari ini?"

"Dari panti"

"Mentang2 abis dapet honor." cibir Firla mentoyor kepala Prilly, membuat Prilly terkekeh sambil menggigit martabak manis yg dibawa Firla untuknya .
*
*
*
*
*
Pagi ini Digo sudah bersiap siap kekantor, perasaan nya tak pernah sebaik ini sebelumnya. Pertemuan tak terduga dengan gadisnya itu membuat semangat Digo bertambah.
"Aku akan segera menemukanmu Ily. Tunggu saja" ujarnya pada bayangannya sendiri didepan cermin.
"Pagi Ma, Pa, Kak" sapa Digo sambil merapihkan penampilannya sendiri dari atas tangga, dan menarik kursi dimeja makan.

"Pagi. Ayo sarapan sayang." balas Mama Digo, Marissca
Digo segera mengangguk dan menyendok nasi goreng didepannya.
"Tumben lo, senyum senyum gitu! Udah keabisan obat?" ejek Kakak Digo Varissca dari seberang mejanya.
"Emang kenapa salah?" balas Digo tak terima.
"Ya engga, tumben aja lo senyum senyum kaya orang gila"

"Sembarangan aja lo!"

"Sudah, Sudah! Kenapa jadi berkelahi sih?" tanya Papa Digo karna melihat pertengkaran kedua anak2 mereka.
"Nih anak Papa yg bawel ledekin aku terus!" Adu Digo pada Papa nya Mardion.
Papa Digo hanya menggeleng2kan kepalanya.
Digo memang anak bungsu dikeluarganya. Sifatnya yg masih manja masih terlihat jika dilingkungan keluarganya, namun sifat dingin dan arogannya ia hanya tunjukan pada pekerjaannya, itu lah yg membuat Digo sudah mempunyai saham sendiri sebesar 40% diperusahaan ayahnya.

"Digo berangkat dulu ya Ma,Pa"pamit Digo seraya mencium kedua pipi ibu dan ayahnya dan tak lupa mencium punggung tangan keduanya sebelum akhirnya benar benar meninggalkan rumahnya menuju kantor.
.
.
.
"Bagaimana?" tanya Digo datar pada kedua orang suruhannya.
"Ini Tuan. Semua yg anda inginkan sudah kami dapatkan" balas salah satu orang suruhannya memberikan sebuah amplop coklat besar pada Digo.
Dibukanya amplop itu.

Binggo!!...

Digo tersenyum lebar setelah mengetahui apa yg ia inginkan kini ia dapatkan, bahkan informasi ini belum ada 24 jam, sejak ia minta.

"Good, ini bayaran kalian" ujar Digo datar seraya menyodorkan sebuah amplop pada kedua orang tersebut.
"Terima kasih tuan"ucap keduanya lalu pergi dari ruangan Digo.

Seperginya kedua orang tadi, Digo segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Aku punya tugas untukmu" ujar Digo to the point tanpa mengucapkan basa basi dahulu.

"Baik, aku akan segera kesana" balas suara diseberang sana.
Tanpa menunggu balasan lagi,Digo langsung menutup sambungan telfon itu dan tersenyum lebar menatap isi amplop yg diberikan orang suruhannya tadi.
*
*
*
*
*
Prilly dan Firla sedang makan siang disebuah warung yg tak jauh dari tempat mereka bekerja sebagai guru Taman Kanak kanak.
Meski Prilly masih terbilang guru honorer, tapi ia merasa bersyukur, karna ada yg mau memperkejakannya meski gaji nya tak seberapa. Asal kan tak meminta2! Itulah prinsip Prilly.

Dering ponselnya membuatnya mengurungkan suapan sendok terakhir nasi kedalam mulutnya, dilihatnya nama yg tertera disana.
"Bunda?" tanya Prilly heran sekaligus khawatir.
"Assalamualaikum Bunda?" tanya Prilly pelan.
"Prill, Prill..cepat datang nak, tolong Bunda." sahut suara diseberang telfon itu membuat kekhawatiran Prilly semakin besar.
"Ada apa bun? Bunda kenapa?"
"Cepat datang nak, panti..panti akan digusur"
"Apa?!" tanya Prilly terlonjak kaget mendengar apa yg bunda bicarakan.
"Cepat datang nak, bunda ingin bertemu"
"Iya Bunda, Prilly kesana sekarang." balas Prilly lalu menutup sambungan telfon itu.
"Gua mau pergi kepanti dulu ya. Sorry gak bisa nemenin lo" ujar Prilly pada Firla sahabatnya yg membuat Firla semakin menautkan alisnya.
"Panti kenapa?" tanya Firla khawatir melihat Prilly yg sedang tergesa2.
"Panti mau digusur" balas Prilly lalu berlari ketepi jalan raya mencari angkutan umum.
.
.
.
.
.

Prilly membalik balikkan sebuah kartu nama ditangannya.

Saat dirinya datang, bunda Rosma sudah terduduk lemas dikursi tempatnya biasa istirahat.
Bunda Rosma menceritakan bagaimana kejadian tentang panti yg akan digusur oleh sebuah perusahaan, jika tak bisa melunasi pembayaran sewa selama 2tahun.

"Kita sepertinya harus merelakan panti ini digusur nak" ujar Bunda Rosma lirih pada Prilly.

#vote dan commeng masih ditunggu, kalau enggak, saya hapus.

We Found The LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang