Ingatan

5.7K 391 2
                                    

"Jangan bercanda sm aku Prill" elak Digo masih tak percaya pada ucapan Prilly, rahang Digo mengeras, tatapannya semakin tajam melihat bola mata Prilly.

"Aku gak ngerti maksud kamu apa, kalau cara km buat nolak perasaan aku, aku gak akan nyerah gitu aja Prill"

"Tapi Di-"

Prilly mengehentikan katanya, ia masih terkejut dengan Digo yg sekarang malah memeluk tubuhnya dengan erat.

"Jangan suruh aku buat berhenti mencintai kamu Prill, please..aku akan buktiin kekamu, bahwa apa yg aku lakukan hanya buat km" ujar Digo lagi dibahu Prilly.

Tak ada yg bisa Prilly lakukan selain diam, membiarkan tubuhnya didekap oleh Digo.
"Jangan nyuruh aku menjauh dari kamu Prill, aku gak bisa.." lirih Digo.

Prilly mencerna setiap kata2 yg Digo ucapkan padanya, hatinya juga tak bisa dibohongi, ia memang menyukai Digo, tapi rasa suka itu belum sepenuhnya dengan rasa sayang bahkan cinta.

Dengan pelan, Prilly mengangguk, pelukkan Digo membuat perasaan Prilly menghangat juga nyaman. Bisa dibilang bahwa pelukkan Digo lah yg ternyaman selama eksitensi hidupnya.
Entah sadar atau tidak, mungkin kini Prilly harus menelan ludahnya sendiri.

Dengan menganggukan kepalanya ia telah meng'iya' kan ajakan Digo untuk tetap tinggal bersamanya.

Digo melepaskan pelukkan Prilly, ia tersenyum sumringah melihat Prilly tak lagi menolaknya untuk tetap tinggal bersama Digo.

Digo mengelus pipi Prilly dengan ibu jarinya. Ia sudah bertekad bahwa ia tak akan menyinggung masa lalu Prilly secepat ini, mungkin Prilly sudah lupa kejadian 10 tahun yg lalu dan terlalu shock untuk mengingatnya.

"Jangan berkeras hati, biarkan rasa itu mengalir" kata Digo lembut.

"Maksudnya?"
Digo tersenyum, lalu mencium puncak kepala Prilly.

"Lupakan, istirahat gih, udah malem, besok kita ketemu lagi dikantor."
Prilly mengangguk, mengangkat sebelah tangannya kedepan dadanya sendiri.

Astaga jantung gue!!
ujar batinnya.

"Good night Prill"

"Night Digo" Prilly segera berbalik menuju rumahnya, jantungnya masih saja berdebar layaknya gendang yg dipukul2 bertalu2 diruang hatinya.

Ia memang terkejut dengan pernyataan Digo, tapi ia juga bingung bagaimana harus bersikap.
"Kamu cewek itu Prill.. Kamu cewek itu!"

kata2 Digo masih terngiang2 ditelinganya.

"Wajah lo emang familiar, tapi bener, gue gak inget lo siapa Digo"
*
*
*
*
Digo memasuki kantornya dengan langkah bahagia, rasanya ia tak sabar melihat wanitanya itu dengan senyum yg selalu ia rindukan.
Digo bahkan sudah tersenyum sendiri membayangkan panggilan Prilly yang kini berubah menjadi
'wanitanya' dan iya! Tentu saja Prilly akan jadi wanitanya cepat atau lambat, asal Prilly tak pernah menolak atau menyuruhnya untuk tak pernah pergi.

Denting bunyi lift menandakan ia sudah sampai dilantai ruangannya, dan benar saja, wanitanya sudah ada disana sedang berkutat dengan komputer.

"Pagi"

"Pagi" balas Prilly dengan senyumnya,meski canggung.

Digo mengusap rambut Prilly lembut, membuat Prilly mendelik.
"Sir, ini dikantor!" desisnya membuat Digo terkekeh.

"Emang kenapa? Ini kantorku sendiri, mereka gak suka ya tinggal ngundurin diri. Banyak kok yg mau kerja disini" jawab Digo santai membuat Prilly mencibir.

We Found The LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang