Menjadi sekertaris

7.4K 486 4
                                    

Dalam hati Digo bersorak kegirangan karna seperti mendapatkan durian runtuh didepannya,saat Ily menyetujui untuk bekerja dengannya.

Jujur saja, bukan ini rencana yg telah Digo siapkan untuk bertemu lagi dengan gadisnya. Ia justru berencana ingin mendatangi gadisnya itu sendiri, tapi lihatlah! Tuhan teramat baik bagi Digo, Tuhan justru telah membawa gadisnya itu sendiri untuk bertemu dengannya meski dengan keadaan yg berbeda.

"Kalau begitu, selamat bergabung nona?.."
ujar Digo menggantung, ia ingin mendengar sendiri gadis nya ini menyebutkan namanya.
"Oh, eh..kenalkan saya Prilly Amorea,Sir"
balas uluran tangan Digo.
Kening Digo mengerut bingung. Bukankah gadis didepannya ini Ily dan bukan Prilly? Tidak mungkin Digo lupa apalagi salah orang!

"Sorry,Sir"
tegur Prilly sedikit menarik tangannya lagi dari genggaman Digo.
Digo tersingkap lalu melepaskan tangannya dari Prilly.
"Ah, Iya Maaf.."

"Tidak apa2 Sir."balas Prilly lagi.

Digo masih menatap Prilly intens, setiap lekuk wajah itu benar2 Ily gadisnya. Kenapa kini gadis itu mengaku sebagai Prilly?
"Sir..kapan saya boleh bekerja?" tegur Prilly membuyarkan lamunan Digo tentangnya.
"Oh maaf Nona. Besok bisa bawakan saya CV anda?" ujar Digo datar pada Prilly. Digo hanya ingin tahu semua identitas gadis didepannya ini.
Ternyata tidak akurat.

ujar batin Digo, pada orang2 suruhannya yg memberikannya identitas Prilly.
"Baik Sir."
tegas Prilly.
*
*
*

Prilly berjalan dengan semangat kembali kepanti, ia sudah tidak sabar ingin memberitahukan kabar ini pada bunda Rosma. "Bunda!!" sapa Prilly sedikit berlari kedalam rumah itu.
Prilly memeluk bunda Rosma dengan erat.
"Prilly punya kabar bagus bun" ujar Prilly masih semangat.
"Ada apa nak?"

"Panti gak jadi digusur bun! Yey!!!"
pekiknya pada semua orang yg ada dipanti dengan mengangkat tangannya keudara.
"Yeyy...!!" sahut syukur para anak2 disana dengan gembira, karna tempat mereka tidak jadi digusur.
"Bagaimana bisa nak?" tanya Bunda Rosma penasaran.
"Nanti Prilly ceritaiin bun"
"Tapi kamu gak apa2 kan Prill?" "Alhamdulilah enggak bun"
Bunda Rosma membawa Prilly dalam dekapannya,air mata bahagia itu meluncur begitu saja jatuh dari pipi renta milik bunda Rosma.

Bunda Rosma mengusap punggung Prilly dengan lembut.
"Terima kasih ya nak, kamu selalu banyak berkorban untuk kami semua" ujar Bunda Rosma lirih ditelinga Prilly.

"Sama2 bun, bunda dan adik2 udah Prilly anggap bagian dari keluarga Prilly sendiri bun" balas Prilly dalam pelukkan bunda Rosma.

Prilly melepaskan pelukkan bunda Ros dan tersenyum.
"Sekarang bunda tenang aja ya, semua biar Prilly beresin." ujar Prilly semangat.
-
-
-

Prilly masih mencorat2 kertas folio didepannya dengan rapih, besok ia akan bekerja di perusahaan besar. Well itu adalah impiannya sejak dulu.
Prilly memang lulusan sarjana disebuah kampus terkenal dengan nilai yg bagus, kepintarannya membawanya bisa menjadi seorang mahasiswi peringkat 2 yg mendapat beasiswa.

Ketukkan didepan pintu menghentikkan aktifitasnya menulis dan segera membuka pintu.
"Lagi ngapain lo?" tanya Firla menatap begitu banyak kertas2 berserakan disana.
"Gue mau kerja besok"jawab Prilly santai, lalu melanjutkan aktifitasnya yg terhenti tadi.
"Bukannya lo udah kerja?"
"Kerja diperusahaan Marrion corp Fir"
Firla mendelikkan matanya tak percaya.

"Eh nyuk, lo gak lagi mimpi kan?"tanya Firla masih penasaran dengan ucapan Prilly.
Prilly menggeleng.
" Marrion Corp kan perusahaan gede Prill. Wah lu sarap!" cibir Firla.
"Gue gak mimpi,serius"

"Gimana bisa? Selama ini lo udah pernah coba ngelamar disana kan? Dan lo gak pernah diterima!"

Prilly mengela nafasnya panjang.
"Gini ceritanya...." lalu Prilly menceritakan kejadian tadi siang dari saat panti yg akan digusur sampai ia bertemu dengan atasan perusaan itu dan akhirnya mendapat tawaran bekerja disana.

"Gila! Gila! Lo dengan gampangnya diterima disana karna masalah panti?" Pekik Firla didepan wajah Prilly.

"Et..dah! Budeg kuping gue nih,denger suara lo!" balas Prilly kesal.
"Ye..ya udah sih, mulut gue lagi gak bisa kompromi nih denger masalah begini!"
Prilly berdecak,lalu melanjutkan menulisnya lagi.
"Yah, besok lo udah gak ngajar dong?" celuk Firla membuyarkan konsentrasi Prilly.
Bagaimana bisa ia melupakan tugasnya itu? Mengajari anak2 kecil itu.
"Besok gue langsung bikin surat deh buat kepala sekolah, sekalian pamit sebelum kekantor" ujar Prilly lemah.
*
*
*
*
Digo duduk dengan gelisah pagi ini, jantungnya tak bisa ia ajak kompromi berdetak tak karuan menanti Ily datang.
Untuk kesekian kalinya Digo mengembuskan nafasnya secara kasar.

"Tegang banget lo! Kaya lagi nahan ereksi!" celetuk Ray yg tiba2 datang tanpa mengetuk pintu ruangan Digo.
Digo menatap tajam pada Ray, bisa2nya sahabat bodohnya itu bicara secara vulgar saat ini?

"Weets..biasa aja dong tuh mata..minta banget gue colok kayanya"
lanjut Ray dengan enteng lalu duduk didepan Digo.
"Hari ini Ily udah mulai kerja" ujar Digo sambil tersenyum membayangkan betapa ia sangat bahagia karna bisa selalu bersama Ily.
"Serius? Kok bisa?" tanya Ray penasaran, sepertinya ia ketinggalan banyak berita.
"Bisalah..dia dateng sendiri kesini"
"Emng dia inget sm lo?"
Digo mengangkat bahunya. Ia tidak tahu, apakah Ily mengingatnya? Bahkan ia masih penasaran dengan nama Prilly yg gadis itu sebutkan kemarin.

"Terus,dia dateng gitu aja kesini?" tanya Ray menuntut banyak penjelasan.

"Nanti gue ceritaiin, sekarang lo pergi sana! Hari ini lo harus kesingapore selesaiin masalah kantor cabang" usir Digo tajam pada Ray. Ray beranjak dari kusinya dan mendengus kesal pada Digo.

"Gua tunggu cerita lo!" ujar Ray lalu pergi dari ruangan Digo.
*
*
*
*
Ray membolak balikkan map sambil berjalan menuju loby dengan beberapa staf yg menjelaskan mengenai masalah kantor cabang disingapore.
Ray tak memperhatikan langkahnya ketika ia tiba2 saja menabrak tubuh seseorang.

"Aww.!" pekik seorang wanita yg hampir saja terjatuh kebelakang, namun dengan cepat Ray menangkap wanita itu.
Tatapan mata Ray terkunci secara tiba2 pada manik mata hazle milik wanita didepannya.
"Cantik" gumam Ray pelan tanpa sadar.
"Sorry" tegur wanita yg masih dalam dekapan Ray seraya menepuk2 lengan Ray.
Ray dengan sigap segera melepaskan wanita itu dan membenarkan jasnya dengan sedikit arogan.

"Sorry Sir. Saya tidak sengaja" ujar wanita itu lagi dengan munduk takut.

"Tidak apa2 nona, lain kali hati2 ya"
balas Ray memperhatikan wajah wanita didepannya ini.
"Mencari siapa? Sepertinya anda bukan karyawan disini?" tegur Ray setelah melihat wanita itu dengan seksama.

Ray merutuki dirinya, kenapa ia harus perduli pada gadis didepannya ini? Kenapa pula jantungnya berdebar tak karuan seperti ini? Tak biasanya.

We Found The LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang